UJI KELARUTAN DAN KARAKTERISASI ASAM p-METOKSISINAMAT DALAM SISTEM NANOEMULSI MENGGUNAKAN MINYAK JAGUNG (Nanoemulsi O/W dengan Surfaktan Span 80 dan Tween 80 : Kosurfaktan Isopropanol = 6:1)

AKHMADI ASLAKH, 050911239 (2014) UJI KELARUTAN DAN KARAKTERISASI ASAM p-METOKSISINAMAT DALAM SISTEM NANOEMULSI MENGGUNAKAN MINYAK JAGUNG (Nanoemulsi O/W dengan Surfaktan Span 80 dan Tween 80 : Kosurfaktan Isopropanol = 6:1). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
6. RINGKASAN.pdf

Download (129kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
FF.F 02-14.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Nanoemulsi dapat didefinisikan sebagai emulsi minyak dalam air (o/w) yang memiliki diameter droplet antara 50 sampai 1000 nm. Biasanya rata-rata diameter droplet adalah antara 100 sampai 500 nm. Partikelnya dapat berwujud sebagai bentuk w/o atau o/w, dimana inti dari partikel tersebut bias air maupun minyak (Shah et al., 2010). Sistem nanoemulsi ini memiliki beberapa keuntungan, salah satunya yaitu karena ukuran dropletnya yang sangat kecil, akan mencegah terjadinya creaming atau sedimentasi dan koalesensi, sehingga dapat mempertahankan sistem stabil selama proses penyimpanan. Selain itu, dengan ukuran droplet yang kecil, dapat menghantarkan bahan obat menembus melalui permukaan kulit dan berpenetrasi secara aktif (Tadros et al., 2004) sehingga efektivitas bahan aktif menjadi lebih meningkat. Dengan ukuran droplet yang kecil pula, nanoemulsi dapat meningkatkan kelarutan dan biovailabilitas bahan obat yang memiliki kelarutan kecil dalam air (Debnath et al., 2011). Pada penelitian ini, asam p-metoksisinamat (APMS) digunakan sebagai model obat untuk dibuat dalam sistem nanoemulsi. Asam pmetoksisinamat merupakan hasil hidrolisis dari etil p-metoksisinamat yang diperoleh dari rimpang kencur, tergolong bahan aktif yang sukar larut dalam air dan dilaporkan memiliki aktivitas analgesik (Sadono, 2001). Golongan obat ini diduga memiliki mekanisme kerja dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Dengan demikian terjadi hambatan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi (Gunawan, 2007). Pada penelitian ini ingin diketahui karakteristik dan kelarutan asam p-metoksisinamat menggunakan (Tween 80-Span 80) : isopropanol = 6:1 dan minyak jagung : fase air (larutan dapar pH 4,2 ± 0,2) = 1:25, 1:27,5 dan 1:30. Karakteristik yang dilakukan yaitu organoleptis, konduktivitas, ukuran droplet dari sistem nanoemulsi sebelum dan setelah penambahan asam pmetoksisinamat. Dari hasil penelitian diperoleh persamaan kurva baku yaitu : y = 0,1031 x + 0,0027 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,99978 dimana r tersebut lebih besar dari r tabel (0,404) sehingga menunjukan adanya persamaan yang linier antara kadar asam p-metoksisinamat dengan absorban. Berdasarkan pemeriksaan organoleptis, nanoemulsi yang dibuat memiliki tampilan fisik yang sama yaitu cairan jernih berwarna kuning pucat, dengan konsistensi encer. Setelah nanoemulsi ditambah dengan bahan obat, secara visual terlihat lebih keruh. Hal ini terjadi karena APMS bersifat lipofil sehingga pada saat ditambahkan ke dalam sistem, APMS terlarut di dalam droplet-droplet minyak dan menyebabkan perubahan ukuran droplet minyak menjadi lebih besar. Oleh karena itu kejernihan nanoemulsi setelah penambahan APMS menjadi berkurang. Pada evaluasi konduktivitas didapatkan bahwa nanoemulsi yang terbentuk memiliki tipe emulsi o/w. Selain pemeriksaan konduktivitas, dilakukan pemeriksaan ukuran droplet dari sistem nanoemulsi sebelum dan setelah penambahan bahan obat. Hasil pemeriksaan ukuran droplet sebelum penambahan bahan obat berturut-turut adalah formula 1:25 (307,9 nm), formula 1:27,5 (151,6 nm), dan formula 1:30 (122,5 nm) dan ukuran droplet setelah penambahan bahan obat berturut-turut adalah formula 1:25 (640,1 nm), formula 1:27,5 (386,6 nm), dan formula 1:30 (177,2 nm). Hasil pemeriksaan kelarutan secara berturut-turut adalah formula 1:20 (2844,58 ± 34,01 μg/mL), formula 1:27,5 (2462,69 ± 133,57 μg/mL), dan formula 1:30 (2815,20 ± 10,67 μg/mL).. berdasarkan uji Anova one way didapatkan perbedaan yang bermakna antara ketiga formula. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, formula dengan ukuran droplet terkecil yaitu formula 1:30 dan formula yang memiliki kapasitas kelarutan yang besar yaitu formula 1:25.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKB KK-2 FF.F 02 / 14 Asl u
Uncontrolled Keywords: NANOEMULSI ; OBAT
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica > RS1-441 Pharmacy and materia medica
Divisions: 05. Fakultas Farmasi > Farmastika
Creators:
CreatorsNIM
AKHMADI ASLAKH, 050911239UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorTristiana Erawati, Dra., Apt., M.Si.UNSPECIFIED
Depositing User: mrs siti muzaroh
Date Deposited: 12 Jun 2014 12:00
Last Modified: 31 Aug 2016 03:13
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10113
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item