RIKA WIDYOWATI RAYUNG WULAN (2006) PENGARUH JENIS BASA TERHADAP STABILITAS FISIK DAN ASEPTABILITAS SEDIAAN GEL MINYAK ATSIRI Piper betle Linn BERBASIS KARBOPOL 940. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Text (ABSTRAK) download.php_id=gdlhub-gdl-s1-2006-wulanrikaw-1714&no=1 Download (1kB)

Abstract

Dewasa ini, penggunaan handgel antiseptic semakin popular dan diminati oleh masyarakat sebagai upaya untuk pencegahan infeksi melelui tangan. Sebagian besar, bahan aktif sediaan handgel antiseptic yang beredar di masyarakat adalah etanol. Penggunaan etanol yang berlebih justru dapat mengikis lapisan kulit, yang pads akhirnya dapat meningkatkan kerentanan kulit itu sendiri untuk terinfeksi. Piper betle Linn atau yang biasa dikenal di Indonesia dengan nama sirih merupakan salah satu jenis tanaman berkhasiat. Minyak atsiri daun sirih yang terdiri dari komponen-komponen fenol, mempunyai aktifitas sebagai antiseptik. Daya antiseptika daun sirih juga menunjukkan hasil yang positif, pada uji aktifitas terhadap bakteri dari sediaan sabun dengan bahan aktif minyak atsiri daun sirih. Maka, dikembangkan sediaan handgel dengan bahan aktif minyak atsiri daun sirih berbasis karbopol 940 . Dispersi karbopol di dalam air membentuk larutan asam berawan yang dapat dinetralkan dengan penambahan basa kuat seperti Natrium Hidroksida, amina, atau basa organik lemah dan setelah penambahan basa, konsistensinya akan meningkat. Konsentrasi minyak atsiri yang digunakan dalam formula adalah 0,5% berdasarkan uji konsentrasi hambat minimum (KHM) terhadap daya bunuh total bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis basa penetral terhadap stabilitas fisik (viskositas dan pH) dan aseptabilitas dari sediaan hand gel antiseptic karbopol 940 dengan bahan aktif minyak atsiri Piper betle Linn. Sediaan gel dibuat dengan menggunakan gelling agent karbopol 940 sebesar 0,4% dengan penambahan basa penetral TEA 0,4% (Fh); 0,6% (FI2); NaOH 0,5% sebanyak 6,0% (FRI); 7,0% (FII2); dan NH4OH 2,5% sebanyak 0,75% (FIIh);1,0% (FIII2). Evaluasi sediaan dilakukan dengan mengamati stabilitas fisika yang meliputi : bau, penampilan, viskositas, pH selama 8 minggu, sedangkan evaluasi aseptabilitas sediaan dilakukan pada sediaan yang stabil secara fisik untuk mendapatkan respon terhadap pemakaian sediaan yang meliputi daya lengket, pengeringan, efek dingin. Hasil uji organoleptis, semua sediaan memiliki bau stawberi dan penampilan putih-homogen yang tidak berubah dari awal pembuatan hingga terakhir pengamatan. Pada hasil pemeriksaan pH, diketahui bahwa pH sediaan yang menggunakan basa penetral 1'EA memiliki pH 6 ± 0,5 , sedangkan sediaan yang menggunakan basa penetral NaOH dan NH4OH masing-masing memiliki pH 7 ± 0,5 and 6 ± 0,5. Semua formula memiliki pH stabil, yang ditandai dengan harga kv yang relatif kecil, yaitu tidak lebih dari 6%. Pada basil pemeriksaan viskositas, sediaan dengan basa penetral TEA memiliki viskositas 6,93-7,50, dan sediaan dengan basa penetral NaOH dan NH4OH memiliki viskositas 2,57-2,78 and 2,90-3,17. FII2 dan FIII2 memiliki viskositas yang stabil, ditandai dengan harga kv yang kecil, yaitu tidak lebih dari 6%. Selanjutnya, uji aseptabilitas dilakukan pada formula yang secara organoleptis dan secara fisik stabil. Hasil pemeriksaan uji aseptabilitas, FIII2 memiliki jumlah poin yang lebih tinggi untuk setiap kategori dari aspek aseptabilitas yang diinginkan yang meliputi aspek lembut sekali, dingin sekali, tidak lengket dan cepat keying. Dengan demikian, sediaan yang menggunakan jenis basa penetral NaOH memiliki stabilitas fisik dan aseptabilitas yang paling baik.

Actions (login required)

View Item