Kesenian Topeng Malang Sebagai Atraksi Wisata

Eryna Budi P (2011) Kesenian Topeng Malang Sebagai Atraksi Wisata. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2011-erynabudip-18576-abstrak-k.pdf

Download (11kB) | Preview
[img] Text (FULL TEXT)
gdlhub-gdl-s1-2011-erynabudip-15312-fispw5-k.pdf
Restricted to Registered users only

Download (950kB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Satu –satunya ikon dikota Malang yang tetap terjaga hingga kini, setelah puluhan (bisa jadi ratusan atau ribuan) ikon Malang mulai tergerus perkembangan zaman dari waktu ke waktu. Dalam kegiatan festival, masyarakat dimanjakan oleh berbagai atraksi, suguhan, potret, pernik budaya, dan sejumlah ikon sejarah yang coba disuguhkan. Mulai dari pertunjukan keroncong, topeng Malangan, barang-barang kuno, makanan zaman dahulu seperti gulali, permainan gobak sodor, egrang, menyulap dan berbagai suguhan menarik lainnya. Salah satu iconnya adalah tari Topeng Malang. Tari Topeng Malang merupakan hasil perpaduan antara budaya jawa tengahan, jawa kulonan dan Jawa Timuran ( blambangan dan Osing). Sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali. Pada akhir- akhir ini Topeng Malang sudah berangsur- angsur punah secara perlahan – lahan, jiwajiwa muda kurang bisa meneruskan jejak orang tua yang dari dulu membudidayakan topeng asal Malang ini. Tak hanya itu ternyata masyarakat mulai terlihat kurang antusias dalam menawarkan usaha topengnya. Bahkan generasi yang seharusnya mampu menarikan tari kesenian ini mulai mundur karena tuntutan jaman. Semua masih menjadi pertanyaan bahkan dinas pariwisata juga belum terlihat cara mempertahankan tari kesenian topeng dan pembuatan topeng ini. Selain itu keadaan Topeng Malang saat ini sangat kurang sekali, maka sedikit demi sedikit budaya tari maupun topeng yang asli sudah kehilangan gaung dan mulai tidak dikenal masyarakat Malang maupun masyarakat yang dulu sangat akrab dengan budaya ini. Saat ini hanya terdapat lima sentra usaha kerajinan asli Topeng Malang dan satu paguyuban tari Topeng Malang. Kesenian Topeng Malang ini terancam punah dengan adanya era globalisasi yang menyebabkan generasi muda tidak terlalu memperhatikan warisan budaya bangsa. Untuk mempertahankan kesenian Topeng Malang ini dibutuhkan strategi kebijakan pemerintah dan juga seniman Topeng Malang itu sendiri. Berbicara mengenai budaya dan pariwisata sangat erat sekali kaitannya. Warisan budaya dapat memperkaya dunia pariwisata begitupun sebaliknya pariwisata dapat mengakat eksistensi budaya yang kita miliki. Namun pengaruh yang berasal dari luar pun banyak mempengaruhi keterkaitan ini. Jadi antara kesenian, kebudayaan dan masyarakat juga sangat berkaitan erat sekali. Mereka saling mempengaruhi, kembali kepermasalahan Topeng Malang bahwa pola pikir masyarakat sangat mempengaruhi eksistensi budaya yang ada. Namun sebaliknya, keberadaan sebuah budaya juga dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dalam menyikapi hal ini pemerintah melakukan beberapa cara yaitu membina seniman tradisional agar paham terhadap keberadaan dan perkembangan Topeng Malang, menyelenggarakan festival atau pagelaran wayang topeng oleh pemerintah kabupaten Malang, mensosialisasikan pada masyarakat agar ikut serta aktif melestarikan dan mengembangkan potensi Topeng malang ini semua bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan Topeng Malang agar sesuai harapan dan kemauan seniman. Translation: The only icon in the city of Malang is still maintained until now, after tens (could be hundreds or thousands) of icons began to erode the development of Malang age from time to time. In the festival activities, community pampered by a variety of attractions, treats, portraits, cultural artifacts, and a number of iconic history who tried were served. Starting from the show keroncong, mask Malangan, old stuff, old food like cotton candy, games gobak sodor, stilts, juggling and various other interesting treats. One iconnya is Malang Mask Dance. Malang Mask Dance is the result Middle Javanese blend of culture, Java and Java kulonan Timuran ( Blambangan and Osing). So the root of these contain elements of dance movement dynamic wealth and ethnic music from Java, Madura and Bali. In recent This Mask of Malang has gradually disappeared briefly - land, jiwajiwa younger or less able to continue the trail from the first parent Malang mask the origin of this breed. Not only that turned out to community began to look less enthusiastic in offering businesses mask. Even generation should be able to dance this dance art began to retreat because the demands of the times. All is still in question even tourism office also have not seen how to maintain the art of dance and mask making this mask. In addition, the current state of Malang Mask is less so, then little by little cultural mask dance and the original has been lost echo and began was not known to the public and community Malang very old familiar with this culture. Currently there are only five native handicraft business centers Malang Mask Dance Mask and a community of Malang. Malang Mask Art is threatened with extinction in the presence of an era globalization is causing the young generation is not too concerned nation's cultural heritage. To maintain this art Malang Mask government's policy strategy is needed and also artists that Malang Mask own. Talking about culture and tourism are very closely related. Can enrich the world's cultural heritage tourism vice versa tourism can mengakat our cultural existence. However, the influence originating from outside could greatly influence this association. So between arts, culture and communities are very closely related. They influence each other, back kepermasalahan Mask of Malang that mindset society greatly affects the existence of the existing culture. But on the contrary, existence of a culture may also influence the public mindset. In addressing this case the government made several ways, namely fostering traditional artists to understand the existence and development Mask of Malang, organizing puppet festivals or performances mask by Malang regency government, socialize in the community to participate actively conserve and develop the potential of this poor Mask all aims to preserve and develop to match the Mask of Malang expectations and willingness of artists.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KK-2 KKB Fis Pw 56 10 Ery k
Uncontrolled Keywords: ART MASK, TOURISM ATTRACTION
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) > G154.9-155.8 Travel and state. Tourism
Divisions: 07. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Ilmu Pariwisata (D3)
Creators:
CreatorsNIM
Eryna Budi PNIM070610521-S
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorSri Endah Nurhidayati, , S.sos, M.siUNSPECIFIED
Depositing User: Tn Hatra Iswara
Date Deposited: 06 May 2011 12:00
Last Modified: 22 Sep 2016 00:36
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/14814
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item