PERBEDAAN SEKRESI SALIVA ANTARA MENGUNYAH MAKANAN MANIS DAN MAKANAN PAHIT

NIKEN PUSPITOSARI, 070517665 (2006) PERBEDAAN SEKRESI SALIVA ANTARA MENGUNYAH MAKANAN MANIS DAN MAKANAN PAHIT. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
10.pdf

Download (234kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2006-puspitosar-2190-kg64_06.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Perubahan sekresi saliva bisa disebabkan karena rangsangan rasa pengecap yang berbeda dan bervariasi, rangsangan dari bau makanan, rangsangan mekanis pada mukosa mulut dan pengunyahan makanan. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada perbedaan volume sekresi saliva antara mengunyah makanan manis dan makanan pahit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya perbedaan volume sekresi saliva antara mengunyah makanan mans dan makanan pahit. Manfaat dari penelitian ini adalah selain untuk mendapatkan data primer volume sekresi saliva yang dihasilkan antara mengunyah makanan manis dan makanan pahit, manfaat lainnya juga dapat sebagai acuan rencana perawatan pada dry mouth dan xerostomia, pencegahan penyakit yang berasal dari rongga mulut dan bagian tubuh yang lain. Pengunyahan merupakan kesatuan fungsional yang merupakan kerjasama antara peredaran darah, saraf, otot pengunyahan, sendi temporomandibula dan geligi. Pada umumnya otot pengunyahan dipersarafi oleh cabang motorik saraf Trigeminus khususnya saraf mandibularis. Proses pengunyahan makanan dikontrol oleh nukleus pads batang otak. Di dalam mulut makanan mengalami proses mastikasi yang mempermudah pencernaan makanan dan merangsang sekresi saliva. Bahan kimia penyusun makanan yang larut dalam saliva akan kontak dengan sel rasa melalui sel pengecap. Pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud, yang didalamnya terdapat TRCs (Taste Receptor Cells). Sel reseptor dipersarafi oleh afferent nerve endings, yang menyalurkan informasi ke pusat rasa dalam otak dan talamus. Sehingga terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatik dan peningkatan triger dari saraf fasialis dan glosofaringeal, mengakibatkan peningkatan sekresi saliva. Rasa mans dan pahit diatur oleh fungsi TRCs yang melibatkan GPCRs (G-Protein Coupled Receptors), aktivasinya menyebabkan terlepasnya transmiter pads saraf gustatori primer. Serabut aferen berakhir di saraf gustatori di medula, mengatur aktivitas kelenjar ludah dan perut. Kedua hipotalamus berperan dalam pusat kenyang dan lapar dan sistem limbik membawa unsur afektif pengecapan. Ketiga adalah hubungan reseptor raba lidah ke talamus dan korteks yang berkaitan dengan modalitas kecap membedakan rasa. Subyek penelitian mendapatkan perlakuan yang sama. Bahan penelitian yang digunakan adalah mentimun, buah pir dan pare. Masing-masing bahan dipotong dan dibungkus dengan kasa steril, dan dikunyah secara bergantian. Sekresi saliva hasil pengunyahan ditampung pada gelas ukur dan diukur dalam ml/menit. Pada penelitian ini didapatkan hasil rata-rata sekresi saliva mengunyah mentimun adalah 4,27 ml/mnt, mengunyah buah pir 4,46ml/mnt, dan mengunyah pare 3,92ml/mnt. Data in menyatakan ada beda antara mengunyah mentimun, buah pir dan pare dengan p<0,05. Translation: The purpose of these studies was to determine the amount of saliva secreted in response to chewing sweet and bitter taste in human. The Masticatory system is comprised of joints, muscle, teeth. and nerves that are integrated in the act of mastication. When the. food is taken into the mouth, the lips, tongue, and periodontium function to estimate size, hardness, and other characteristics that must be compared with previous behavior required for chewing. An increased saliva secretion may result from a conditioned reflex. This saliva flow may be initiated by the noise of food being prepared, talking about food or the sight of food. For a chemical to be tasted it must dissolve in saliva, douse into the taste pore, and contact the gustatory hairs. The gustatory cells contain synaptic vesicles, and binding of the food chemical to the gustatory cell membrane induces a depolarizing potential that causes the release of the synaptic vesicles contents, neurotransmitter. Binding of the neurotransmitter to the associated sensory dendrites triggers generator potentials that elicit action potentials in these fibers. Transduction is the process by which stimulus energy is converted into a nerve impulse. Bitter and sweet responses are mediated by G protein coupled receptors (GPCRs) dependent mechanism that act via second messengers to increase intracellular levels of Ca2+ (bitter) or to close K+ channels (sweet). The G protein that mediates transduction of bitter and sweet taste has recently been identified and named gustducin. In this studies, subjects chewed and spat out cucumber, pier and Momordica (in Indonesia: pare). Mean salivary flow after chewing cucumber 4,27 ml/mnt, pier 4,46 ml/mnt, and pare 3,92 m/mnt. Chewing pier increased salivary secretion than cucumber and Momordica. Salivation is controled primarily by the parasymphatetic division of the autonomic nervous system. We ingest food, chemoreceptors and proreceptors in the mouth send signals to the salivatory nuclei in the brain stem (pons and medulla). As a result, parasymphathetic nervous system activity increases and motor fibers in the facisl (VII) and glossopharyngeal (IX) nerves trigger dramatically increased output of watery (serous), enzyin-rich saliva.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKA KK KG. 64/06 Pus p
Uncontrolled Keywords: SALIVA, DENTAL CARE
Subjects: T Technology > TX Home economics > TX341-641 Nutrition. Foods and food supply
Divisions: 02. Fakultas Kedokteran Gigi
Creators:
CreatorsNIM
NIKEN PUSPITOSARI, 070517665UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorENDAH LAKSMINIWATI, Drg.M.KesUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Sheli Erlangga Putri
Date Deposited: 22 Sep 2006 12:00
Last Modified: 25 Oct 2016 23:04
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/19108
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item