IMPLANTASI HORMON LHRH-ANALOG SEBAGAI STIMULI PEMIJAHAN DAN UPAYA MENINGKATKAN SINTASAN LARVAIKAN NAPOLEON WRASSE Cheilinus undulatus Ruppell :Penelitian Eksperimental Reproduksi Buatan Pada Ikan

WIWIK HENY WINARSIH, 099712396 D (2002) IMPLANTASI HORMON LHRH-ANALOG SEBAGAI STIMULI PEMIJAHAN DAN UPAYA MENINGKATKAN SINTASAN LARVAIKAN NAPOLEON WRASSE Cheilinus undulatus Ruppell :Penelitian Eksperimental Reproduksi Buatan Pada Ikan. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
jiptunair-gdl-s3-2003-winarsih2c-818-hormon-disk03-k.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2007-winarsihwi-5234-disk03-3.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Ikan napoleon wrasse merupakan ikan ekonomis penting yang memiliki nilai jual sangat tinggi, terutama di pasar Asia. Dewasa ini keberadaan populasinya di alam menunjukkan gejala penurunan yang tajam, disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: penangkapan secara ilegal oleh nelayan dengan menggunakan bahan kimia beracun KCN, rusaknya habitat akibat pencemaran dan meningkatnya kegiatan manusia dalam mengeksploitasi terumbu karang. Pada tahun 1995, ikan napoleon wrasse dilindungi oleh pemerintah Indonesia dengan SK menteri pertanian nomor: 375/Kpts/IK.250/5/1995 tentang larangan penangkapan ikan napoleon wrasse. Pengaturan mengenai ukuran, lokasi dan tata cara penangkapan ikan napoleon wrasse untuk kepentingan: (a) penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan serta pengembangan pembudidayaan; (b) penangkapan oleh nelayan tradisional yang tidak merusak sumberdaya dan lingkungan diatur dengan SK Dirjen Perikanan nomor: HK.330/DJ.8259/1995 tanggal 6 September 1995. Permintaan pasar luar negeri yang terus meningkat menyebabkan walaupun ada pembatasan penangkapan, masih terjadi pelanggaran di mana-mana. Terbukanya peluang pasar ikan napoleon wrasse ini harus segera diimbangi dengan kegiatan budidaya karena stock benih ikan di alam sangat terbatas, bersifat musiman dan sulit ditangkap. Di samping itu untuk menjaga kelestarian ikan napoleon wrasse perlu dilakukan upaya rehabilitasi dan konservasi dengan maksud menjaga stock populasi di alam dan sebagai sumber plasma nutfah. Posisi Indonesia dalam melestarikan sumberdaya genetik ikan napoleon wrasse memegang peranan penting karena 12 dari 58 spesies yang ada di dunia terdapat di perairan karang Indonesia. Agar pemanfaatan sumberdaya ikan dapat berlangsung secara terus menerus dan kelestarian sumber plasma nutfah dapat dipertahankan, maka diperlukan upaya pengelolaan dan pengembangan sumberdaya melalui usaha budidaya dengan teknik reproduksi buatan agar benihnya dapat diproduksi secara masal dan berkesinambungan pada panti-panti pembenihan. Kendala utama usaha budidaya ikan napoleon wrasse adalah benih dari alam sangat terbatas dan bersifat musiman. Sedangkan masalah utama pada usaha pembenihan adalah sulitnya mendapatkan induk matang gonad dari alam dan tingkat kematian yang tinggi pada stadia awal larva. Berdasarkan konsep reproduksi buatan, pematangan gonad pada ikan dapat dipacu dengan menggunakan hormon gonadotropin balk secara implan, oral ataupun suntikan. Untuk menginduksi proses oogenesis, spermatogenesis dan pemijahan pada ikan napoleon wrasse dapat digunakan luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) atau luteinizing hormone releasing hormone analogue (LHRHa) dalam bentuk pellet implan. Sedangkan untuk meningkatkan sintasan larva perlu dilakukan penelitian tentang cahaya dan pengkayaan rotifer sebagai pakan awal alami. Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan rekayasa reproduksi pada ikan napoleon wrasse dengan melakukan manipulasi hormonal menggunakan pellet implan hormon LHRHa untuk menstimuli terjadinya pemijahan dan meningkatkan produksi benih sebagai sumberdaya perikanan agar lestari, dapat dikembangbiakkan dan dibudidayakan secara masal. Permasalahannya adalah: (1) Bagaimanakah pola pemijahan ikan napoleon wrasse?; (2) Bagaimanakah pengaruh dosis dan waktu pemberian implan hormon LHRHa terhadap kadar hormon estradiol-17 pada induk betina ikan napoleon wrasse?;(3) Bagaimanakah pengaruh dosis dan waktu pemberian implan hormon LHRHa terhadap diameter oosit ikan napoleon wrasse?; (4) Bagaimanakah pengaruh dosis dan waktu pemberian implan hormon LHRHa terhadap kadar hormon testosteron induk jantan ikan napoleon wrasse?; (5) Bagaimanakah pengaruh cahaya terhadap daya tetas telur ikan napoleon wrasse?; (6) Bagaimanakah pengaruh cahaya dan pengkayaan rotifer terhadap kemampuan larva mendapatkan pakan awal?; (7) Bagaimanakah pengaruh cahaya dan pengkayaan rotifer terhadap sintasan larva ikan napoleon wrasse ? Penelitian ini dilaksanakan dengan cara observasional dan eksperimental. Penelitian observasional dilakukan selama satu tahun, dimaksudkan untuk mengetahui pola pemijahan ikan napoleon wrasse, dengan memperhatikan dua variabel yaitu frekuensi pemijahan dan jumlah telur yang dihasilkan. Hasil penelitian awal ini dimaksudkan untuk menentukan saat pemberian implan, pengambilan sampel oosit dan sampel sperma serta pengambilan sampel darah dari induk ikan napoleon wrasse. Penelitian eksperimental dilakukan pada induk dan telur ikan sampai menetas menjadi larva. Perlakuan pada induk berupa implantasi hormon LHRHa pada induk betina dan induk jantan ikan napoleon wrasse. Variabel yang diamati adalah kadar hormon estradiol-173 dan diameter oosit pada induk betina, serta kadar hormon testosteron pada induk jantan. Dosis implan hormon LHRHa yang digunakan adalah 100 µg, 200 µg, 300 µg dan 0 µg sebagai kontrol. Sedangkan waktu pemberian implan dilakukan pada 0 hari sebagai kontrol, 30 hari, 60 hari dan 90 hari. Perlakuan pada telur berupa penggunaan lampu neon untuk daya tetas sedangkan untuk larva berupa penggunaan lampu neon dan pengkayaan rotifer untuk mengetahui kemampuan larva mendapatkan pakan awal dan sintasannya. Perlakuan lampu neon yang digunakan adalah 10 watt, 20 watt, 30 watt dan tanpa cahaya sebagai kontrol. Sedangkan pengkayaan rotifer dilakukan menggunakan scots emulsion dan emulsi kuning telur. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa pola pemijahan ikan napoleon wrasse mengikuti sistem lunar, frekuensi pemijahan dan jumlah telur yang dihasilkan bersifat fluktuatif. Pemijahan ikan napoleon wrasse bersifat masal, dapat terjadi sepanjang tahun, terutama pada sekitar bulan gelap, yaitu 3 hari sebelum dan 8 hari sesudahnya. Implantasi hormon LHRHa meningkatkan kadar hormon estradiol-17 pada serum darah induk betina ikan napoleon wrasse dan diameter oosit. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis implan, waktu pemberian serta interaksi antara dosis dengan waktu pemberian memberikan pengaruh signifikan terhadap kadar hormon estradiol-17 dan diameter oosit. Implantasi hormon LHRHa pada induk betina ikan napoleon wrasse dengan dosis 300 µg dan waktu pemberian 90 hari menghasilkan kadar hormon estradiol-173 dan diameter oosit paling tinggi. Hal ini merupakan indikasi bahwa hormon LHRHa dapat memacu proses vitellogenesis dan meningkatkan diameter oosit. Hasil analisis trend dengan menggunakan kurva estimasi untuk setiap perlakuan dosis dan waktu didapatkan bahwa semakin tinggi dosis memberikan kecenderungan eksponensial untuk pertambahan diameter oosit dengan mengikuti persamaan Y = bo + eb1x . Hasil ini menunjukkan ada kemungkinan bahwa diameter oosit dapat mencapai maksimum untuk dosis tertentu dan waktu pemberian yang dapat dihitung berdasarkan fungsi eksponensial tersebut. Pada induk jantan, implantasi hormon LHRHa meningkatkan kadar hormon testosteron. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa dosis, waktu pemberian dan interaksinya berpengaruh secara signifikan (p&lt;0,05). Pemberian perlakuan lampu neon berpengaruh secara signifikan terhadap daya tetas telur ikan napoleon wrasse. Lampu neon 20 watt menghasilkan persentase daya tetas telur tertinggi, yaitu 82,61±2,6997 %. Cahaya lampu neon dan pengkayaan rotifer serta interaksinya memberikan pengaruh yang signifikan (p&lt;0,05) terhadap kemampuan larva mendapatkan pakan awal dan sintasannya. Hasil analisis regresi menunjukkan kemampuan larva mendapatkan pakan awal berpengaruh secara signifikan terhadap sintasan larva dengan nilai r2 = 0,946. Hal ini berarti bahwa 94,6 % sintasan larva ikan napoleon wrasse dipengaruhi oleh kemampuannya mendapatkan pakan awal. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: (1) Induk ikan napoleon wrasse dapat memijah sepanjang tahun, namun frekuensi dan jumlah telur yang dihasilkan bervariasi; (2) Kadar hormon estradiol-17 dalam serum darah induk betina ikan napoleon wrasse meningkat pada perlakuan implantasi hormon LHRHa dosis 300 µg sebanyak tiga kali masing-masing dengan selang pemberian 30 hari; (3) Diameter oosit ikan napoleon wrasse meningkat pada perlakuan implantasi hormon LHRHa dosis 300 µg sebanyak tiga kali masing-masing dengan selang pemberian 30 hari; (4) Kadar hormon testosteron dalam serum darah induk jantan ikan napoleon wrasse meningkat pada perlakuan implantasi hormon LHRHa dosis 300 &amp;#956;g sebanyak tiga kali masing-masing dengan selang pemberian 30 hari; (5) Daya tetas telur ikan napoleon wrasse meningkat pada pencahayaan lampu neon 20 watt; (6) Kemampuan larva ikan napoleon wrasse mendapatkan pakan awal pada hari ke-3 meningkat dengan perlakuan pencahayaan lampu neon 10 watt dan 20 watt serta pengkayaan rotifer dengan emulsi kuning telur; (7) Sintasan larva ikan napoleon wrasse pada hari ke-5 meningkat dengan perlakuan pencahayaan lampu neon 10 watt dan 20 watt serta pengkayaan rotifer dengan emulsi kuning telur. Saran yang diberikan adalah: (1) Implantasi hormon LHRHa pada induk ikan napoleon wrasse sebaiknya diberikan sebanyak tiga kali ulangan masing-masing dengan dosis 300 µg per ekor; (2) Cahaya optimum untuk inkubasi telur dan pemeliharaan larva ikan napoleon wrasse adalah 20 watt; (3) Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan larva ikan napoleon wrasse, penggunaan rotifer sebagai pakan alami sebaiknya diperkaya dengan emulsi kuning telur. </description

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKA KK Dis K 03/03 Win i
Uncontrolled Keywords: Napoleon wrasse, spawning, hormone implantation LHRHa, estradiol-1713, oocyte diameter, testosteron, hatching rate, initial feeding ability, survival rate.
Subjects: S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling > SH1-691 Aquaculture. Fisheries. Angling > SH201-399 Fisheries > SH327.5-327.7 Fishery resources. Fishery conservation
S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling > SH1-691 Aquaculture. Fisheries. Angling > SH201-399 Fisheries > SH343.4 Fishery research vessels
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran
Creators:
CreatorsNIM
WIWIK HENY WINARSIH, 099712396 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorH. Soehartojo Hardjopranjoto, Prof., Dr., drh., M.ScUNSPECIFIED
Thesis advisorRustidja, Dr., Ir., M.SUNSPECIFIED
Thesis advisorH. Moch. Ichsan Effendie, Prof., Dr., M.ScUNSPECIFIED
Depositing User: Ika Rudianto
Date Deposited: 08 Jun 2016 01:04
Last Modified: 09 Jun 2017 19:17
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31860
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item