PERAN SITOKIN TNF- , IL-10 dan TGF- ; TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN BOLA MATA GLAUKOMA SUDUT TERBUKA PRIMER

ADMADI SOEROSO, 090214899 D (2006) PERAN SITOKIN TNF- , IL-10 dan TGF- ; TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN BOLA MATA GLAUKOMA SUDUT TERBUKA PRIMER. Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s3-2008-soerosoadm-7397-disk04-8.pdf

Download (1MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Saat ini, glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan di seluruh dunia setelah katarak, dengan jumlah penderita sekitar 70 juta orang. Sedangkan di Indonesia, glaukoma merupakan penyebab kebutaan utama ketiga untuk kedua mata setelah katarak dan kebutaan karena kelainan refraksi. Prevalensi glaukoma di Indonesia sekitar 0.16% penduduk, serta berpotensi cenderung meningkat. Kondisi ini disebabkan karena gejalanya yang memang tidak khas dan bahkan tanpa gejala sama sekali. Kalaupun ditemukan penderita glaukoma sudut terbuka primer, biasanya langsung berada dalam stadium lanjut dari neuropati optik glaukomatosa, serta gangguan lapang pandangan yang sudah sangat menyempit. Disamping itu, pengobatan yang diberikan terhadap penderita glaukoma sudut terbuka primer, hampir selalu ditujukan pada kenaikan tekanan bola mata, yang sementara ini masih mungkin dimanipulasi dibanding dengan neuropati optik glaukomatosa dan gangguan lapang pandangan. Namun sampai saat ini, pengobatan dan penanganan terhadap kenaikan tekanan bola mata dengan cara medikamentosa maupun tindakan operasi belum atau bahkan kurang memuaskan. Keadaan ini mungkin disebabkan karena mekanisme kenaikan tekanan bola mata pada glaukoma sudut terbuka primer yang diduga akibat berkurangnya/hilangnya sel endotel trabecular meshwork, sampai saat ini belum diketahui secara jelas. Dalam penelitian ini diduga, bahwa salah satu penyebab berkurangnya atau hilangnya sel endotel trabecular meshwork adalah adanya jejas atau injury letal baik yang berasal dari luar (eksteral) maupun dari dalam sel itu sendiri. Jejas atau injury letal yang berasal dari luar (ekstemal) dapat bersifat fisik, kimia, iskhemia maupun biologis. Jejas atau injury letal yang bersifat biologis dapat terjadi pada semua sel dalam tubuh akibat adanya infeksi dan atau inflamasi yang berasal dari invasi mikro-organisme, jamur parasit maupun virus yang terjadi di masa lalu, yang bersifat antigenik, yang kemudian akan dapat mengaktivasi APC dan limfosit T. Limfosit T akan mengekspresikan molekul untuk mengikat antigen pada membrannya yang disebut dengan reseptor limposit T. Reseptor limfosit T ini hanya dapat mengenal antigen yang terikat pada protein sel membran yang disebut molekul MHC kelas I maupun kelas II . Fungsi utama limfosit T adalah sebagai limfosit T helper (Th) dan limfosit T Cytotoxic (Tc). Limfosit T Helper ini akibat antigen akan berdiferensiasi menjadi limfosit Thl, limfosit Th2 maupun Th3, Selanjutnya limfosit Thl akan dapat memproduksi beberapa sitokin, antara lain TNF- yang akan menimbulkan lisis sel target atau sel endotel trabecular meshwork dan akhirnya terjadi apoptosis. Limfosit Th2 antara lain akan mengekspresikan IL-10. Hampir pada semua proses inflamasi terdapat IL-10, yang sebagian besar diproduksi oleh monosit. IL-10 dapat meningkatkan harapan hidup sel dengan cara meningkatkan protein anti apoptosis Bc12. Sedangkan limfosit Th3 merupakan sumber utama dalam memproduksi sitokin TGF- , yang dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai sitokin pro-inflammatory dan sitokin anti-inflammatory. Di samping itu, TGF- mempunyai hubungan yang sangat erat dengan proses apoptosis sel akibat pengaruh enzim endonuklease. Pada penderita glaukoma ditemukan kadar TGF- 2 yang lebih tinggi dari orang normal. Selain itu, TGF- 1 dan TGF - 2 dapat merangsang peningkatan akumulasi matriks ekstra seluler, fibronectin dan peningkatan enzim Tissu –Transglutaminase, yang sangat berperan dalam proses kematian sel (apoptosis ). Ketiga sitokin yang diekspresikan oleh limfosit Th1, Th2 serta Th3 adalah TNF- , IL¬IO dan TGF- , kesemuanya berperan terhadap kematian sel. Ketiga sitokin tersebut ditemukan dalam cairan akuos dengan kadar yang berbeda dibandingkan dengan orang normal. Keadaan ini berpeluang menimbulkan kematian sel, termasuk di dalamnya sel endotel trabecular meshwork. Kematian sel endotel trabecular meshwork mengakibatkan jumlah sel endotel trabecular meshwork akan sangat berkurang, serta akan mengakibatkan penurunan outflow cairan akuos yang melewati trabecular meshwork, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan bola mata. Penelitian ini berusaha mengungkap penyebab terjadinya kenaikan tekanan bola mata pada glaukoma sudut terbuka primer, melalui pendekatan imunologis dengan dasar infeksi dan atau inflamasi akibat mikro-organisme intra maupun ekstra seluler, yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar sitokin TNF- , IL-10 dan TGF- cairan akuos penderita glaukoma sudut terbuka primer dengan kenaikan tekanan bola mata, kemudian dibandingkan dengan kadar sitokin TNF- , IL-10 dan TGF- cairan akuos orang normal (dalam hal ini penderita katarak yang dioperasi dengan tekanan bola mata normal atau tidak meningkat,karena secara etik tidak dibenarkan mengambil cairan akuos pads orang sehat). Nilai rerata ketiga sitokin pada kedua kelompok tersebut diuji perbedaannya secara statistik. Pengambilan sampel dilakukan terhadap penderita yang menjalani operasi anti¬glaukoma atau trabekulektomi dan operasi katarak di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya yang memenuhi syarat penelitian, selama kurun waktu Januari 2005 sampai dengan Januari 2006. Selanjutnya pemeriksaan sitokin dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik FK UNAIR/RSU dr. Soetomo Surabaya, dengan cara ELM-sandwich, menggunakan alat merek Organon. Sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 21 orang penderita glaukoma dengan kenaikan tekanan bola mata yang telah dioperasi anti glaukoma (rerata umur 62.05 + 13.385 tahun) dengan rerata tekanan bola matanya 36.1781 + 6.67779 mmHg, serta 13 orang penderita katarak dengan tekanan bola mata normal yang telah dioperasi katarak (rerata umur 66.00 + 11.415 tahun) dengan rerata tekanan bola mata 15.9550 + 2.01806 mmHg. Dalam penelitian ini ditemukan perbedaan secara statistik bermakna, yaitu bahwa rerata kadar sitokin TNF- a , IL-10 dan TGF- pada glaukoma sudut terbuka primer dengan tekanan bola mata yang meningkat, lebih tinggi dibanding dengan rerata kadar sitokin TNF- , IL-10 dan TGF- penderita katarak dengan tekanan bola mata normal atau tidak meningkat ( nilai PTNF- a = 0.029 ; P #960;10 = 0.001 dan TGF- =0.010). Simpulan yang dapat ditarik dan penelitian ini adalah bahwa kenaikan kadar sitokin TGF- , IL-10 dan TNF- dalam cairan akuos secara berurutan (dengan menggunakan statistik regresi) mempunyai peran penting terhadap tekanan bola mata pada penderita glaukoma sudut terbuka primer.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKA KK Dis K 04/08 Soe p ABSTRAK TIDAK ADA
Uncontrolled Keywords: role of cytokines – increased intra ocular pressure – Thl, Th2, Th3 – immune response
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kedokteran
Creators:
CreatorsNIM
ADMADI SOEROSO, 090214899 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorH. Wisnujono Soewono, Prof., dr., SpM(K)UNSPECIFIED
Thesis advisorF.M. Judajana, Dr., dr., SpPK(K)UNSPECIFIED
Depositing User: Nn Husnul Khotimah
Date Deposited: 06 Oct 2016 01:44
Last Modified: 11 Jul 2017 15:20
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/31868
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item