HUBUNGAN POPULASI SERANGGA HAMA Riptortus linearis F. PADA BERBAGAI STADIA PERTUMBUHAN POLONG DENGAN KERUSAKAN POLONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill.)

ACHMADI SUSILO, 090315225 D (2007) HUBUNGAN POPULASI SERANGGA HAMA Riptortus linearis F. PADA BERBAGAI STADIA PERTUMBUHAN POLONG DENGAN KERUSAKAN POLONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill.). Disertasi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s3-2008-susiloachm-7012-dism08-k.pdf

Download (596kB) | Preview
[img]
Preview
Text (FULL TEXT)
32804.pdf

Download (3MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang penting di daerah tropis dan subtropis. Meskipun kedelai bukan merupakan komoditas strategis, namun tanaman ini dianggap penting dan sangat diperlukan oleh sebagian besar penduduk Indonesia, karena memiliki banyak manfaat, diantarnya sebagai bahan baku bahan makanan seperti tempe, tahu, taoco, dan bahan makanan lainnya. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai banyak menemui kendala dan salah satu faktor pembatas panting yang menyebabkan rendahnya produksi kedelai adalah serangan hama. Telah diketahui bahwa terdapat sembilan jenis hama utama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman kedelai dan salah satunya adalah pengisap polong Riptortus linearis F. Serangan hama R. linearis ini masih sering diabaikan dan dianggap kurang panting karena beberapa alasan, antara lain : (1) serangan hama ini tidak menunjukkan gejala yang mudah dilihat, (2) serangga dewasa amat aktif bergerak, akibatnya kerusakan pads polong kedelai bare disadari setelah panen. Serangan populasi R. linearis pada saat stadia pembentukan polong (R3-4) dan pengisian biji (R5-6) menyebabkan biji menjadi keriput, polong gugur dan serangan pada biji yang sudah tua (R7-8) dapat menurunkan kualitas biji kedelai. Tindakan pengendalian untuk mengatasi serangan R linearis dengan menggunakan insektisida kimia belum mampu menekan kehilangan hasil. Kegagalan pengendalian hama ini seringkali disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap sifat bioekologi serangga, seperti : (a) penentuan stadia hama yang paling merusak tanaman, (b) hubungan antara kepadatan populasi dengan kerusakan tanaman dan (c) hubungan antara kepadatan populasi hama dengan hasil tanaman. Untuk kepentingan analisis pendugaan kehilangan hasil tanaman, para peneliti berusaha mengkuantitatiflcan pengaruh populasi hama terhadap kerusakan tanaman dan hasil. Perkembangan ini telah mendorong pars ahli untuk memformulasikan hubungan antara populasi hama dengan kerusakan tanaman, dan kehilangan hasil yang diakibatkan dengan menyusun model matematika. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh kepadatan populasi nimfa dan imago hama R. linearis terhadap kerusakan polong dan biji serta hasil kedelai pads berbagai stadia pertumbuhan polong (R3-4, R5-6, dan R7-8, (2) mengetahui pengaruh stadia nimfa dan imago pengisap polong R. linearis terhadap kerusakan polong dan biji serta hasil kedelai pads stadia R3-4, R5-6, dan R7-8; (3) mengetahui pengaruh kepekaan stadia pertumbuhan polong kedelai (R3-4, R5-6, dan R7-8) terhadap kerusakan polong dan biji serta hasil kedelai akibat inokulasi hama pengisap polong R. linearis; dan (4) menduga kerusakan polong kedelai berdasarkan persamaan matematika Teorema Pengangkutan Reynold pada berbagai stadia pertumbuhan polong R3-4, R5-6, dan R7-8, dan (5) menduga bahwa kerusakan polong yang diperoleh dari hubungan populasi hama R linearis dengan kerusakan polong yang diturunkan dari Teorema Pengangkutan Reynold dapat digunakan untuk memprediksi hasil kedelai pada berbagai stadia pertumbuhan polong R3-4, R5-6, dan R7-8. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, tahap I, H, dan III menggunakan rancangan yang sama, yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari sembilan macam perlakuan dan diulang tiga kali. Jenis perlakuan dimaksud adalah kepadatan populasi hama R. linearis yang terdiri atas : PO = kontrol, P1 = infestasi 1 ekor nimfa, P2 = infestasi 2 ekor nimfa, P3 infestasi 3 ekor nimfa, P4 = infestasi 4 ekor nimfa, P5 = infestasi 1 ekor imago, P6 = infestasi 2 ekor imago, P7 = infestasi 3 ekor imago, dan P8 = infestasi 4 ekor imago yang berperan sebagai variabel bebas. Variabel terikatnya meliputi : kerusakan polong, kerusakan biji, biomas basah polong dan biomas kering biji kedelai. Untuk mengetahui hubungan antara kepadatan populasi dengan kerusakan polong kedelai dilakukan analisis model matematika melalui pendekatan teori Kontinum (Apsley, 2005). Dari hubungan fungsional antara masing-masing peubah tersebut, melalui pendekatan Teorema Pengangkutan Reynold kemudian dicari persamaan matematikanya untuk setiap stadia hama pada berbagai stadia pertumbuhan polong kedelai (R3-4, R5-6, dan R7-8). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kepadatan populasi 4 ekor imago R linearis pads stadia R3-4, R5-6, dan R7-8 menyebabkan kerusakan polong dan biji paling tinggi dan hasil kedelai paling rendah. Dengan demikian kehadiran populasi imago R. linearis sebelum mencapai 4 ekor di areal kedelai sudah harus mendapat perhatian sebelum mencapai ambang ekonomi (2) Stadia imago R. linearis mempunyai kemampuan merusak polong dan biji yang lebih besar sehingga menyebabkan hasil paling rendah dibanding dengan stadia nimfa. Dengan demikian imago hama ini menjadi perhatian dalam monitoring populasi dalam rangka implementasi PHT (3) Kerusakan polong dan biji paling tinggi serta basil kedelai paling rendah didapatkan pada stadia R5-6 akibat inokulasi hama pengisap polong R linearis (4) Hubungan populasi hama pengisap polong R linearis dengan kerusakan polong kedelai dalam bentuk persamaan matematika Teorema Pengangkutan Reynold (TPR), dapat digunakan untuk memprediksi besarnya kerusakan polong pada stadia R3-4, R5-6, dan R7-8. Besarnya nilai simpangan pendugaan prediksi tersebut berturut-turut adalah : 0,00 – 1,74 persen, 0,06 – 0,45 persen dan 0,19 – 1,45 persen, dan (5) Hubungan populasi hama pengisap polong R. linearis dengan kerusakan polong dalam bentuk persamaan matematika TPR, dapat digunakan untuk memprediksi basil kedelai pada stadia R3-4, R5-6, dan R7-8. Besarnya nilai simpangan pendugaan prediksi tersebut berturut-turut adalah : 0,017 – 0,25 persen, 0,027 – 0,086 persen dan 0,023 – 0,099 persen.

Item Type: Thesis (Disertasi)
Additional Information: KKC KK Dis M 08/07 Sus h
Uncontrolled Keywords: Pod sucking bug R. linearis, population, pod growth stages, soybean yield
Subjects: Q Science > QK Botany > QK1-989 Botany
S Agriculture > SB Plant culture > SB950-990.5 Pest control and treatment of diseases. Plant protection
S Agriculture > SF Animal culture > SF561 Lac-insects
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Matematika & IPA
Creators:
CreatorsNIM
ACHMADI SUSILO, 090315225 DUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorKusriningrum Rochiman S, Prof.,Dr.,Hj.,Ir.,MSUNSPECIFIED
Thesis advisorMarwoto, Prof.,Dr.,H.,Ir.,MSUNSPECIFIED
Thesis advisorBasuki Widodo, Dr.,Drs.,MScUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Anisa Septiyo Ningtias
Date Deposited: 20 Jun 2017 22:03
Last Modified: 20 Jun 2017 22:04
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/32804
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item