PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA KANTOR BADAN OTORITA BATAM

Taba Iskandar (2004) PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA KANTOR BADAN OTORITA BATAM. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2008-iskandarta-6795-te49_07-k.pdf

Download (798kB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Kepemimpinan dan budaya menjadi elemen penting yang mendukung terciptanya sebuah strategi yang dapat meningkatkan motivasi kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi karena kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena yang saling bergantung. Setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membantu membentuk budaya organisasi, sebaliknya budaya organisasi yang sudah ada dapat sangat mempengaruhi efektivitas seorang pemimpin. (Pearce and Robinson, 1997:445). Kepemimpinan dalam menciptakan budaya organisasi yang sesuai dengan strategi yang dirumuskan akan mendorong terjadinya peningkatan motivasi kerja dan kinerja organisasi, sehingga semakin baik peran kepemimpinan dalam menciptakan budaya organisasi yang sesuai dengan strategi yang dirumuskan maka motivasi akan baik dan kinerja organisasi akan semakin balk pula. (Glueck and Jauch, 1997:359). Penelitian ini pada intinya adalah mengenai peran dari kepemimpinan dan budaya organisasi dalam mendorong motivasi kerja yang dirangkai dalam suatu penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap motivasi kerja di Iingkungan Kantor Badan Otorita Batam. Secara khusus pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja di Iingkungan Kantor Badan Otorita Batam? Bagaimana kepemimpinan terhadap budaya organisasi di Iingkungan Kantor Badan Otorita Batam? Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja di Iingkungan Kantor Badan Otorita Batam? Dengan terjawabnya pertanyaan tersebut diharapkan dapat diperoleh manfaat: secara teoritis dapat memberi sumbangan teori yang berkaitan dengan pola hubungan antara kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja. Secara empiris memberikan informasi kepada organisasi tentang pentingnya peran kepemimpinan yang baik dalam menciptakan budaya organisasi sehingga dapat mendorong terjadinya peningkatan motivasi kerja. Beberapa teori penting yang menjadi acuan dan landasan hipotesis dalam penelitian ini secara berturut-turut dapat diringkas sebagai berikut: Komitmen pribadi yang tumbuh dari ahii strategi untuk mengimplementasikan merupakan daya motivasi yang kuat bagi manajer dan karyawan. Para pemimpin ini mengembangkan dan menjelaskan visi mereka tentang perubahan apa yang dibutuhkan. Penyampaian visi Iebih merupakan suatu tindakan persuasif, yaitu sebuah tindakan menciptakan komitmen yang antusias dan berdedikasi terhadap visi karena hal ini tepat untuk organisasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya (Bennis, 1990:67). Visi juga dikomunikasikan untuk menarik kepada nilai-nilai dari eksekutif dan manajer lain, dengan sejumlah pemimpin yang memberikan contoh secara konsisten dan dengan pengakuan akan inisiatif, maka para pemimpin akan mampu memotivasi banyak individu untuk berperilaku seperti mereka (Kotter, 1997:107). Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa peran seorang pemimpin dalam mengkomunikasikan strateginya secara sederhana, langsung dan sering disertai dengan contoh maupun perbuatan secara konsisten memberikan motivasi kerja bagi individu untuk berperilaku seperti mereka sehingga akhirnya karyawan/anggota organisasi mempunyai pandangan yang selalu mengarah pada usaha memberikan pelayanan terbaiknya. Orientasi karyawan tersebut memberikan keuntungan bagi organisasi. Berdasarkan tinjauan teori di atas, maka hipotesis satu dapat dirumuskan sebagai berikut: Ada pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan di lingkungan Kantor Otorita Batam. Ketika budaya organisasi dianggap mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan maka kinerja organisasi berjalan dengan baik. Namun bagaimana mengusahakan agar budaya organisasi mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bukanlah hal yang mudah. Perlu seorang pemimpin yang mempunyai karakteristik dan pribadi yang mampu menimbulkan motivasi bawahannya untuk mengembangkan strategi. Menurut Kotter dan Heskett seperti yang dikutip oleh Kotter (1997:234), menegaskan bahwa yang mendasar bagi proses pembalikan budaya dan membuatnya lebih adaptif adalah kepemimpinan yang efektif. Peran pemimpin dalam pembentukan budaya organisasi adalah dengan membangun visi baru, mengarahkan dan memotivasi para manajer mereka untuk memberikan kepemimpinan guna melayani pelanggan, karyawan dan pemegang saham sehingga menciptakan budaya yang lebih responsif dan terfokus keluar . Manajer harus mempraktekkan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang konsisten dengan keyakinan dan nilai budaya yang dianutnya. Keempat fungsi tersebut dapat membantu mengubah kebudayaan tetapi pada umumnya sependapat bahwa kepemimpinanlah yang terpenting. Dengan contoh dan perilaku pribadi manajer dapat mendemonstrasikan bagaimana sesuatu harus dikerjakan (Schermerhorn, 1997:43) Hubungan kepemimpinan dengan budaya organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut. Kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena yang sangat bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk budaya organisasi (Pearce and Robinson, 1997:445). Manajer sebagai seorang pemimpin mempunyai perspektif Iuas dari orang luar, namun mempunyai kredibilitas orang dalam artinya pemimpin mempunyai wawasan yang luas terhadap setiap pesaing terbaiknya dan dengan wawasannya tersebut maka dipercaya oleh orang- orang di dalamnya untuk menetapkan strategi bagi organisasi. Manajer mengkomunikasikan visi baru dengan perangkat strategi baru bagi organisasi dalam kata dan perbuatan. Visi harus diwujudkan dalam kebudayaan organisasi dan diperkuat melalui proses pengambilan strategi selanjutnya memotivasi orang lain agar memberikan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan visi dan strategi organisasi. Konsekuensi dari kepemimpinan tersebut menimbulkan budaya organisasi yang sesuai dengan strategi dan tujuan organisasi. Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis kedua dapat diajukan sebagai berikut: Ada pengaruh kepemimpinan terhadap budaya organisasi di lingkungan Kantor Otorita Batam. Budaya organisasi mengggambarkan sebuah perangkat yang terdiri dari kesalingtergantungan antara nilai dan cara berperilaku umum dalam komunitas yang cenderung mengabadikan dirinya, kadang-kadang dalam periode waktu yang panjang. Menurut Peter dan Waterman seperti yang dikutip oleh Schermerhorn (1997:41), organisasi yang efektif mempunyai kebudayaan intern yang memperkuat perlunya mutu yang sangat balk. Kebudayaan dalam hal ini berarti suatu sistem nilai (apa yang penting), dan keyakinan bersama (bagaimana cara kerja hal-hal) saling berinteraksi kemudian menimbulkan norma perilaku (bagaimana organisasi harus melakukan sesuatu). Budaya dapat mempunyai konsekuensi yang sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja terutama apabila budaya-budaya itu kuat. Budaya dapat tumbuh menjadi sangat kuat apabila terdapat banyak nilai, pola perilaku dan praktik bersama, serta bila tingkatan-tingkatan budaya terkait satu sama lain dengan sangat erat. Kontinuitas kepemimpinan, keanggotaan kelompok yang stabil, konsentrasi geografis, ukuran kelompok yang kecil semua berperan pada munculnya budaya yang kuat. Budaya yang kuat menciptakan motivasi kerja yang balk yang pada akhirnya akan menciptakan kinerja organisasi yang unggul (Kotter, 1997:8). Berdasarkan kajian teori di atas maka hipotesis ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut: Ada pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja karyawan di lingkungan Kantor Otorita Batam. Bentuk penelitian ini adalah penelitian Relationship Causal Studies atau penelitian yang mempelajari tentang hubungan sebab akibat antara variabel kepemimpinan, kultur organisasi dan motivasi kerja. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individual para karyawan dengan horison waktu silang tempat (cross section). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Kantor Badan Otorita Batam. Meskipun sampel populasi hanya pada Kantor Badan Otorita Batam namun diharapkan kesimpulan penelitian ini dapat diberlakukan pada wilayah yang lebih luas. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Dengan metode ini diharapkan dapat mewakili kelompok-kelompok pegawai yang ada. Dari keseluruhan pegawai yang berjumlah 1978 akan dipilih dari berbagai kelompok secara proporsional mengikuti jumlah pada setiap kelompok. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 200 responden sebagai jumlah minimal untuk memenuhi uji asumsi pengukuran dengan alat analisis SEM (Structural Equation Model). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel eksogen, yaitu kepemimpinan, dan dua variabel endogen, variabel endogen satu adalah budaya organisasi dan variabel endogen dua adalah motivasi kerja. Ketiga variabel laten (latent variable) yang masing-masing diukur dengan lebih dari satu variabel teroservasi. Kepemimpinan diukur dengan gaya kepemimpinan dan situasi lingkungan, variabel budaya organisasi diukur dengan nilai yang dianut bersama, norma perilaku kelompok, keyakinan bersama. Kemudian motivasi kerja diukur dengan sikap menyatu dengan pekerjaan, bertanggung jawab secara kreatif dan inovatif, kemauan memperhitungkan dan menanggung risiko, semangat kerjasama, optimisme berkarir, rasa memiliki, dan keinginan umpan batik. Skala yang digunakan untuk mengukur atau menguantifikasi seluruh variabel adalah skala likert. Model analisis yang digunakan untuk menjawab masalah dan menguji hipotesis penelitian ini adalah structural equation modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam penelitian ini diukur dengan indikator gaya kepemimpinan dan situasi lingkungan, di mana indikator ini adalah valid untuk dijadikan indikator dalam mengukur variabel Kepemimpinan. Selanjutnya dari hasil analisis dapat dinyatakan bahwa Kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap motivasi kerja karyawan di lingkungan Kantor Badan Otorita Batam. Dari hasil tersebut dapat dikemukakan bahwa hipotesis 1 (satu) yang diajukan menyebutkan bahwa ada pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja dapat diterima, namun pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja adalah negatif. Artinya semakin demokratis dan situasi lingkungan yang semakin banyak memberi keleluasaan keryawan, ternyata semakin tidak dapat memotivasi kerja karyawannya. Hal ini disebabkan adanya kecenderungan bahwa para karyawan ini Iebih menyukai pengawasan, perintah dan lebih suka diatur dengan peraturan-peraturan yang mengikat, dibandingkan dibebaskan untuk berkreasi sendiri. Hasil penelitian juga ini mendukung pendapat Bennis (1990), bahwa seorang pemimpin yang baik yang mampu mengemukakan visi mereka tentang perubahan akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi karyawannya untuk bekerja dengan balk. Kemudian relevan pula dengan pendapat Kotler dan Heskett (1997) yang menyatakan bahwa pemimpin yang dapat memberikan contoh secara konsisten dan dengan pengakuan akan inisiatif, akan mampu memotivasi banyak individu untuk berperilaku seperti mereka. Hasil analisis pengaruh kepemimpinan terhadap budaya organisasi menunjukkan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif terhadap budaya organisasi karyawan di lingkungan Kantor Badan Otorita Batam. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari hasil tersebut dapat dikemukakan bahwa hipotesis 2 (dua) yang diajukan menyebutkan bahwa ada pengaruh kepemimpinan terhadap budaya organisasi dapat diterima, artinya semakin balk kepemimpinan yang diterapkan maka budaya organisasi yang diciptakan pun akan semakin balk. Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Schermerhorn (1997), yang menyatakan bahwa manajer harus mempraktekkan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian yang konsisten dengan keyakinan dan nilai budaya yang dianutnya. Keempat fungsi tersebut dapat membantu mengubah kebudayaan tetapi pada umumnya sependapat bahwa kepemimpinanlah yang terpenting. Budaya organisasi sebagai variabel independen dalam penelitian ini diukur dengan indikator nilai yang dianut bersama, norma perilaku kelompok dan keyakinan bersama di mana indikator ini adalah valid untuk dijadikan indikator dalam mengukur variabel budaya organisasi. Berdasarkan hasil analisis data dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan di lingkungan. Dari hasil tersebut dapat dikemukakan bahwa hipotesis 3 (tiga) yang diajukan menyebutkan bahwa ada pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi kerja dapat diterima, artinya semakin baik budaya anggota terhadap organisasinya maka motivasi kerja yang diciptakan pun akan semakin baik. Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Peter dan Waterman seperti yang dikutip oleh Schermerhorn (1997), dan Kotter (1997) yang menyatakan bahwa organisasi yang efektif mempunyai kebudayaan intern yang memperkuat perlunya mutu yang sangat baik. Kebudayaan dalam hal ini berarti suatu sistem nilai (apa yang penting) dan keyakinan bersama (bagaimana cara kerja hal-hal) saling berinteraksi kemudian menimbulkan norma perilaku (bagaimana organisasi harus melakukan sesuatu). Budaya dapat mempunyai konsekuensi yang sangat berpengaruh terhadap motivasi kerja terutama apabila budaya-budaya itu kuat. Budaya dapat tumbuh menjadi sangat kuat apabila terdapat banyak nilai, pola perilaku dan praktik bersama, serta bila tingkatan-tingkatan budaya terkait satu sama lain dengan sangat erat. Kontinuitas kepemimpinan, keanggotaan kelompok yang stabil, konsentrasi geografis, ukuran kelompok yang kecil semua berperan pada munculnya budaya yang kuat. Budaya yang kuat menciptakan motivasi kerja yang baik yang pada akhirnya akan menciptakan kinerja organisasi yang unggul. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, kepemimpinan berpengaruh positif significant terhadap budaya organisasi. Kedua, kepemimpinan berpengaruh negatif significant terhadap motivasi kerja. Ketiga, budaya kerja berpengaruh positif significant terhadap motivasi kerja. Pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja dapat dijelaskan secara Iangsung maupun tidak Iangsung. Pengaruh tidak Iangsung ini dimediasi oleh budaya kerja. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa pengaruh Iangsung kepemimpinan terhadap motivasi kerja ternyata Iebih kecil dibandingkan pengaruh tidak Iangsung kepemimpinan terhadap motivasi kerja dengan mediasi budaya kerja. Pengaruh Iangsung kepemimpinan terhadap motivasi kerja yang Iebih kecil dibanding pengaruh tidak Iangsung dengan adanya mediasi budaya kerja dikarenakan pada karyawan kantor badan otorita Batam ini, motivasi kerjanya Iebih banyak didorong oleh budaya organisasinya. Sehingga dengan budaya organisasi yang balk telah mampu meningkatkan motivasi kerja karyawannya. Beberapa saran yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah: penelitian ini terlepas dari keterbatasan yang dimiliki, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan terhadap pengelolaan sumber daya manusia, khususnya karyawan di Iingkungan Kantor Badan Otorita Batam. Variabel kepemimpinan dan budaya kerja patut dipertimbangkan dalam mendisain kebijakan organisasi untuk meningkatkan motivasi kerja organisasi secara keseluruhan. Untuk meningkatkan motivasi kerja, secara Iangsung dapat dilakukan dengan memperbaiki budaya organisasi yang ada. Dipandang dari sisi praktikal, kepemimpinan merupakan variabel yang memiliki banyak dimensi, yang berarti bahwa organisasi harus mengetahui bahwa perubahan terhadap salah satu dimensi kepemimpinan dalam prakteknya akan mempengaruhi dimensi Iainnya. Kultur atau budaya kerja di Kantor Badan Otorita Batam tampaknya sudah cukup balk. Budaya organisasi yang sudah baik ini sebaiknya juga terus dipertahankan dan ditingkatkan. Terlebih dalam hal mewujudkan kepedulian terhadap masyarakat dan karyawannya. Bentuk kepedulian terhadap masyarakat dapat diwujudkan dengan terus melakukan perbaikan terhadap pelayanan yang diberikan dan dengan menambah sarana serta prasarana yang dapat mendukung upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan bentuk kepedulian terhadap karyawan dapat diwujudkan dengan memberikan penghargaan kepada karyawan terbaik, pemberian tambahan dana operasional bagi setiap karyawan yang bertugas dan pengelolaan yang Iebih profesional terhadap gaji, tunjangan serta peningkatan gaji berkala bagi para karyawannya. </description

Item Type: Thesis (Thesis)
Additional Information: KKB KK-2 TE 49/07 Isk p FULLTEXT TIDAK TERSEDIA
Uncontrolled Keywords: Leadership, organization culture, employees motivation, structural equation modeling
Subjects: H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD58.7-58.95 Organizational behavior, change and effectiveness. Corporate culture
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Manajemen
Creators:
CreatorsNIM
Taba IskandarUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorH.Suroso Imam ZadjuliUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Husnul Khotimah
Date Deposited: 2016
Last Modified: 21 Oct 2016 19:11
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/34318
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item