PERKAWINAN ADAT HAJAMBUA DAN PEMBAGIAN WARISAN PADA SUKU DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

Siti Zaleha, 030510625N (2008) PERKAWINAN ADAT HAJAMBUA DAN PEMBAGIAN WARISAN PADA SUKU DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s2-2008-zalehasiti-9736-tmk750-k.pdf

Download (276kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s2-2009-zalehasiti-9579-tmk750-p.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

a). Perkawinan hajambua ( poligami) pada suku Dayak Ngaju menurut Undang-Undang nomor I Tahun 1974 adalah bahwa perkawinan poligami itu hanya dapat terjadi apabila memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah ditentukan oleh undang-undang, antara lain seperti yang telah disebutkan dalam pasal 4 ayat 2 Undang-Undang nomor I tahun 1974. Begitu pula halnya dengan perkawinan Hajambua yang masih tunduk pada hukum adat, bahwa perkawinan hajambua (poligami) hanya dapat terjadi apabila ada persetujuan dari isteri pertamanya dan si suami dianggap sanggup untuk memberikan kehidupan yang layak dan adil kepada isteri-isterinya dan sanggup pula memenuhi syarat-syarat adat. Perkawinan hajambua merupakan salah satu cara untuk mempererat kekerabatan antara keluarga dekat. b). Hak dan kedudukan janda menurut hukum waris adat suku Dayak Ngaju adalah bahwa janda diakui sebagai ahli waris, Namun harta warisan suaminya tidak boleh dikuasai sendiri tetapi dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama ( para janda dan anak-anaknya). Baik isteri pertama Maupun isteri kedua kedudukannya sama sebagai ahli waris atas harta peninggalan suaminya. Namun isteri pertama biasanya lebih dihormati dalam keluarga, seperti keputusan masalah-masalah keluarga terlebih dahulu dimintakan pendapat isteri tertua. Apabila janda tersebut kawin lagi baik dengan kerabat sendiri maupun dengan orang luar suku maka kedudukanya sebagai ahli waris dicabut c). Demikian pula dengan hak dan kedudukan anak-anak dalam hukum waris adat suku dayak, baik anak laki-laki maupun anak perempuan sama hak dan kedudukannya terhadap harta peninggalan orang tuanya. Hal tersebut juga berlaku baik terhadap anak-anak dari isteri pertama maupun anak-anak dari isteri kedua. Namun biasanya anak sulung perempuan dipilih sebagai tunggu tubing yang bertanggung jawab mengurus dan memelihara serta menjamin kehidupan orang tuanya sampai wafat.

Item Type: Thesis (Thesis)
Additional Information: KKB KK-2 TMK. 75/08 Zal p
Uncontrolled Keywords: Perkawinan Adat; Pembagian Warisan
Subjects: K Law > KB Religious law in general > KB1-4855 Religious law in general. Comparative religious law. Jurisprudence > KB400-4855 Interdisciplinary discussion of subjects > KB632-636.2 Inheritance and succession
Divisions: 03. Fakultas Hukum > Magister Kenotariatan
Creators:
CreatorsNIM
Siti Zaleha, 030510625NUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorHj. Sri Hajati, Prof. Dr., S.H., MSUNSPECIFIED
Depositing User: Nn Husnul Khotimah
Date Deposited: 2016
Last Modified: 11 Jul 2017 16:19
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/34733
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item