HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN HASIL PENGOBATAN PENDERITA TB PARU TAHAP INTENSIF DENGAN STRATEGI DOTS DI KOTA BANJARMASIN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2002

Sukamto, 099910091 (2002) HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN HASIL PENGOBATAN PENDERITA TB PARU TAHAP INTENSIF DENGAN STRATEGI DOTS DI KOTA BANJARMASIN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2002. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
jiptunair-gdl-s2-2004-sukamto-1259-tkm_12-04 ABSTRAK.pdf

Download (369kB) | Preview
[img]
Preview
Text (Fulltext)
35293.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB, karena pada sebagian besar negara di dunia penyakit TB tidak terkendali. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita dengan BTA positif Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun di dunia terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta orang. Di beberapa negara berkembang kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara berkembang, dan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif (Departemen Kesehatan, 2000). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), tahun 1995 di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardio vaskuler dan penyakit pernafasan pada semua kelompok umur, dan nomor satu (1) dari golongan peyakit infeksi (Departemen Kesehatan, 1999). Program penanggulangan penyakit TB Paru dengan strategi DOTS di Kota Banjarmasin mulai dilaksanakan pada tahun 1996/1997. Penemuan penderita TB Paru BT A (+) pada tahun 1998 sebanyak 264 kasus dan setelah mendapat pengobatan terjadi konversi 76%. Penemuan penderita TB Paru BTA (+) pada tahun 1999 sebanyak 242 kasus dan angka konversi mencapai 74%. Penemuan penderita TB Paru BTA (+) pada tahun 2000 sebanyak 311 kasus dan angka konversi mencapai 77%. Seterusnya Penemuan penderita TB Paru BTA (+) pada tahun 2001 sebanyak 252 kasus dan angka konversi mencapai 75%. Pengobatan penderita tuberkulosis paru bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, mencegah resistensi dan memutuskan rantai penularan Obat diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan jenis yang tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO), untuk menjamin kepatuhan penderita menelan ohat (Departemen Kesehatan RI., 2000). Pengobatan penderita tuberkulosis paru diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (intensif) penderita mendapat obat setiap hari. Bila pada tahap ini diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, dan sebagian besar penderita BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif Pengawasan yang ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat (Departemen Kesehatan, 2000). Pengawasan pengobatan, sebaiknya mengikut sertakan keluarga sebagai pengawas pengobatan, agar penderita dapat berobat secara kontinyu (Mangunnegoro dan Suryatenggara, 1994). Menurut Departemen Kesehatan RI (1997) untuk menjamin kesembuhan, mencegah resistensi, keteraturan pengobatan dan mencegah drop out/lalai perlu diadakan pengawasan dan pengendalian pengobatan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) oleh pengawas pengobatan setiap hari. Kinerja pengawas menelan obat (PMO) adalah hasil kerja yang dicapai oleh PMO melalui aktivitas kerja yang telah ditentukan menurut kriteria yang berlaku bagi pekerjaan tersebut.Beberapa variabel yang mempengaruhi prestasi atau kinerja, menurut Gibson et al. (1995) adalah : 1) variabel individul, yang terbagi menjadi tiga yakni, (1) kemampuan dan ketrampilan : mental, fisik; (2) latar belakang : keluarga, tingkat sosial, pengalaman; (3) demografi : umur, asal-usul dan jenis kelamin. 2) variabel organisasi yang meliputi : sumber daya, kepemimpinan, imbalan struktur dan desain pekerjaan. 3) variabel psikologis, yang meliputi : persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Keadaan tersebut di atas menarik untuk dikaji dengan mencari faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan penderita TB Paru dengan strategi DOTS dengan menitikberatkan pada salah satu komponen DOTS yaitu pengobatan dengan pengawasan langsung oleh PMO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kinerja Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan hasil pengobatan tahap intensif penderita TB Paru BTA positif dengan strategi DOTS di Kota Banjarmasin, selanjutnya akan diperoleh informasi yang akurat dalam memilih PMO untuk masing-masing penderita TB Paru. Desain penelitian adalah kasus-kontrol dengan dilakukan matching kelompok umur, jenis kelamin dan tempat pengobatan penderita. Sampel adalah penderita tuberkulosis paru BTA positif yang berumur &amp;#8805;15 tahun, yang mendapat pengobatan OAT kategori 1 yang telah menyelesaikan pengobatan tahap intensif yang berobat di 20 Puskesmas sejak bulan Juni 2002 sampai dengan November 2002, sebanyak 86 penderita yang terdiri 43 orang kasus dan 43 orang kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja PMO yang kurang, 4 kali lebih besar untuk tidak terjadi konversi dibanding dengan kinerja PMO yang baik. PMO yang mempunyai pengetahuan kurang, 4 kali lebih besar mempunyai kinerja kurang dibandingkan pengetahuan baik. PMO yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan penderita, 3 kali lebih besar mempunyai kinerja kurang dibandingkan PMO yang mempunyai hubungan keluarga dengan penderita. PMO yang baru , 3 kali lebih besar mempunyai kinerja kurang dibandingkan PMO yang lama. Penderita yang mempunyai pengetahuan kurang, 4 kali lebih besar mempunyai PMO kinerja kurang dibandingkan pengetahuan baik. PMO baik apabila PMO dan penderita mempunyai pengetahuan yang baik tentang penyakit TB Paru, mempunyai hubungan keluarga dengan penderita dan sebelumnya PMO pernah menjadi PMO. Kinerja PMO mempunyai hubungan yang bermakna dengan hasil pengobatan tahap intensif Kinerja PMO dipengaruhi oleh pengetahuan PMO dan hubungan keluarga dengan penderita. Orang yang ditunjuk/ditugaskan menjadi PMO adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang penyakit TB Paru dan masih mempunyai hubungan keluarga dengan penderita TB Paru. </description

Item Type: Thesis (Thesis)
Additional Information: KKC KK TKM.12/04 Suk h
Uncontrolled Keywords: Obat Paru-paru; Penderita TBC Paru ; Strategy DOTS
Subjects: R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine
R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1-1270 Public aspects of medicine > RA421-790.95 Public health. Hygiene. Preventive medicine > RA643-645 Disease (Communicable and noninfectious) and public health
Divisions: 09. Sekolah Pasca Sarjana > Ilmu Kesehatan Masyarakat
Creators:
CreatorsNIM
Sukamto, 099910091UNSPECIFIED
Depositing User: Nn Andalika ilmianti
Date Deposited: 2016
Last Modified: 07 Jun 2017 21:35
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/35293
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item