EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KEDELAI DALAM MENGHAMBAT PENURUNAN KEPADATAN TULANG PADA TERAPI KORTIKOSTEROID JANGKA PANJANG TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus): PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIS

TITO SUMARWOTO (2005) EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KEDELAI DALAM MENGHAMBAT PENURUNAN KEPADATAN TULANG PADA TERAPI KORTIKOSTEROID JANGKA PANJANG TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus): PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIS. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (ABSTRAK)
A2SUM.pdf

Download (695kB) | Preview
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Penelitian ini bermula dari perhatian penulis terhadap banyaknya kasus osteoporosis sekunder akibat pemberian kortikosteroid jangka panjang yang berakibat meningkatnya kejadian patah tulang sehingga mempengaruhi produktivitas. Estrogen merupakan hormon steroid yang dapat menurunkan resorpsi tulang sehingga dapat mencegah hilangnya massa tulang dikenal sebagai agen antiresorptif. Fitoestrogen, yang banyak terdapat dalam makanan berasal dari kedelai, merupakan sekelompok campuran non-steroid tanaman yang memiliki kemampuan estrogenik, berperan pada sel dengan cara yang sama seperti estrogen tetapi memiliki efek samping yang lebih ringan daripada estrogen apabila diberikan dalam jangka waktu yang lama. Mekanisme antiresorptif inilah yang dianggap berperan dalam menghambat penurunan kepadatan tulang pada terapi kortikosteroid jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek pemberian ektrak kedelai pada terapi kortikosteroid jangka panjang dalam menghambat penurunan kepadatan tulang. Rancangan penelitian yang dipakai adalah The Post-Test Only Control Group Design. Penelitian dilakukan terhadap 48 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur wistar berusia 3 bulan yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok kontrol yang tidak diberi prednisolon peroral dan tidak diberi ekstrak kedelai peroral (P1, kelompok yang hanya diberi perlakuan ekstrak kedelai 1,8 mg / 200 gram tikus 1 hari peroral (P2), kelompok yang hanya diberi perlakuan kortikosteroid berupa prednisolon 0,54 mg / 200 gram tikus / hari peroral (P3), kelompok yang diberi perlakuan kortikosteroid berupa prednisolon 0,54 mg / 200 gram tikus / hari peroral dan ekstrak kedelai 0,9 mg / 200 gram tikus / hari peroral (P4), kelompok yang diberi perlakuan kortikosteroid berupa prednisolon 0,54 mg / 200 gram tikus / hari peroral dan ekstrak kedelai 1,8 mg / 200 gram tikus / hari peroral (P5); dan kelompok yang diberi perlakuan kortikosteroid berupa prednisolon 0,54 mg / 200 gram tikus / hari peroral dan ekstrak kedelai 3,6 mg / 200 gram tikus / hari peroral (P6). Setelah 100 hari perlakuan, kepadatan tulang diukur menggunakan alat DBM Sonic 1200 pada metafisis femur semua hewan coba dan kadar alkali fosfatase dalam serum menggunakan metode standar yang dioptimalisasikan sesuai rekomendasi Deutsche Gessellschaft fur Chemie. Hasil penelitian menunjukkan rerata kepadatan tulang kelompok kontrol (l637,00 ± 12,26) m/dtk, kelompok yang diberi ekstrak kedelai (1658,50 ± 23,66) m/dtk, kelompok yang diben prednisolon (1614,00 ± 9,52) m/dtk, kelompok yang diberikan prednisolon dan ekstrak kedelai dosis setengah (1640,25 ± 18,87) m/dtk, dosis penuh didapat (1644,63 ± 19,62) m/dtk dan dosis dua kali lipat (l652,13± 20,23) m/dtk. Sedangkan respons perubahan kepadatan tulang didapatkan masing-masing (21 ,5000 ± 23,6643) m/dtk; (-23,0000 ± 9,5169) m/dtk; (3,2500 ± 18,8661) m/dtk; (7,6250 ± 19,6173) m/dtk; (l5,1250 ± 20,2304) m/dtk. Pengukuran kadar alkali fosfatase dalam serum didapat harga rerata kelompok kontrol (102,13 ± 5,54) IU/L, kelompok yang diberi ekstrak kedelai (l09,75 ± 10,65) IU/L, kelompok yang mendapat prednisolon (92,38 ± 15,31) IU/L, kelompok yang diberikan prednisolon dan ekstrak kedelai dosis setengah (98,88 ± 26,59) IU/L, dosis penuh didapat (116,87 ± 33,39) IU/L, dosis dua kali lipat (119,50 ± 26,40) IU/L. Sedangkan respons perubahan kadar alkali fosfatase dalam serum masing-masing kelompok didapat (6,6200 ± 10,6469) IU/L; (-10,7550 ± 15,3058) IU/L; (-4,2550 ± 26,5945) IU/L; (13,7450 ± 33,3913) IU/L dan (16,3700 ± 26,4035) IU/L. Hasil penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan analisis multi varians dilanjutkan dengan uji beda (Beda Nyata Terkecil / pairwise comparisons). Hasil analisis dengan menggunakan uji multi varians menunjukkan bahwa secara bersama-sama rerata hasil pengukuran kepadatan tulang dan kadar alkali fosfatase dalam serum dipengaruhi oleh pemberian ekstrak kedelai dan prednisolon dengan p < 0,05. Kemudian dari uji beda didapatkan perbedaan rerata kepadatan tulang yang sangat bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok kedelai p = 0,022 (p < 0,05) dan dengan kelompok prednisolon p = 0,014 (p < 0,05). Sedangkan kelompok kontrol terhadap ketiga kelompok perlakuan pemberian prednisolon dan ekstrak kedelai tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna yaitu masing-masing p = 0,720 (p > 0,05), p = 0,402 (p > 0,05) dan p = 0, 101 (p>0,05). Diantara ketiganya terlihat bahwa harga p cenderung semakin kecil. Antara kelompok kedelai dengan kelompok prednisolon terdapat perbedaan rerata kepadatan tulang yang bermakna dengan p = 0,000 (p < 0,05). Antara kelompok kedelai dengan kelompok perlakuan pemberian prednisolon dan ekstrak kedelai dengan dosis setengah juga terdapat perbedaan relata kepadatan tulang yang bermakna dengan p = 0,049 (p < 0,05). Tetapi tidak dijumpai perbedaan rerata yang bermakna antara kelompok kedelai dengan kedua kelompok perlakuan pemberian prednisolon dan ekstrak kedelai berikutnya yaitu masing-masing, p = 0,131 (p > 0,05) dan p = 0,483 (p> 0,05). Antara kelompok prednisolon dengan ketiga kelompok perlakuan pemberian prednisoion dan ekstrak kedelai juga terdapat perbedaan relata kepadatan tulang yang bermakna dengan masing-masing p = 0,006 (p < 0,05); p = 0,002 (p < 0,05) dan p = 0,000 (p < 0,05). Antar ketiga kelompok perlakuan pemberian prednisolon dan ekstrak kedelai tidak terdapat perbedaan relata kepadatan tulang yang bermakna dengan masing-masing p = 0,630 (p > 0,05); p = 0,195 (p > 0,05) dan p = 0,410 (p > 0,05). Sementara itu berdasar pada respons perubahan kepadatan tulang terdapat perbedaan rerata yang sangat bermakna antara kelompok kedelai dengan kelompok prednisolon dengan p = 0,000 (p < 0,05). Tetapi tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara kelompok kedelai dengan ketiga kelompok perlakuan pemberian prednisolon dan ekstrak kedelai masing-masing dengan p = 0,063 (p >0,05), p = 0,153 (p > 0,05) dan p = 0,506 (p > 0,05). Antara kelompok prednisolon dengan ketiga kelompok perlakuan pemberian prednisolon dan ekstrak kedelai didapat perbedaan rerata yang bermakna dengan masing-masing p = 0,009 (p < 0,05); p = 0,003 (p < 0,05) dan p = 0,000 (p < 0,05). Antar ketiga kelompok perlakuan pemberian prednisolon dan ekstrak kedelai tidak terdapat perbedaan rerata kepadatan tulang yang bermakna dengan masing-masing p = 0,648 (p > 0,05); P = 0,219 (p > 0,05) dan p = 0,435 (p> 0,05). Bila mengamati hasil perhitungan uji beda untuk kadar alkali fosfatase dalam serum hampir semua didapat harga p > 0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan rerata kadar alkali fosfatase dalam serum yang bermakna diantara kelompok-kelompok tersebut di atas, kecuali antara kelompok 3 dengan kelompok 5 dan antara kelompok 3 dengan kelompok 6 dengan p masing-masing 0,031 dan 0,018 (p < 0,05). Demikian juga pada hasil perhitungan uji beda untuk respons perubahan kadar alkali fosfatase dalam serum hampir semua didapat harga p > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan rerata respons perubahan kadar alkali fosfatase dalam serum yang bermakna diantara kelompok-kelompok tersebut di atas, kecuali juga antara kelompok 3 dengan kelompok 5 dan antara kelompok 3 dengan kelompok 6 dengan p masing-masing 0,048 dan 0,030 (p < 0,05). Akhimya dengan menggunakan uji korelasi regresi linier terbukti bahwa terdapat hubungan antara peningkatan dosis pemberian ekstrak kedelai dengan peningkatan efek penghambatan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan kadar alkali fosfatase serum dengan hasil p masing-masing adalah 0,000 dan 0,000 (p < 0,05). Jadi dengan peningkatan dosis pemberian ekstrak kedelai berpengaruh secara bermakna terhadap efek penghambatan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan kadar alkali fosfatase serum. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak kedelai pada terapi kortikosteroid jangka panjang dapat rnenghambat terjadinya penurunan kepadatan tulang. Pemberian ekstrak kedelai pada terapi kortikosteroid jangka panjang juga dapat meningkatkan kadar alkali fosfatase dalam serum tetapi peningkatan enzim ini tidak dapat dipakai sebagai petanda untuk melihat peningkatan aktivitas osteoblas. Dan dengan peningkatan dosis pemberian ekstrak kedelai pada terapi kortikosteroid jangka panjang ternyata dapat meningkatkan penghambatan terjadinya penurunan kepadatan tulang.

Item Type: Thesis (Thesis)
Additional Information: KKA KK TKD 01/05 Sum e (FULLTEXT TIDAK TERSEDIA)
Uncontrolled Keywords: soybean extract, bone density, long-term corticosteroid; ekstrak kedelai, kepadatan tulang, kortikosteroid jangka panjang
Subjects: S Agriculture > SF Animal culture > SF405.5-407 Laboratory animals
S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > Including veterinary genetics, ethology, anatomy, physiology, embryology, pathology
Creators:
CreatorsNIM
TITO SUMARWOTOUNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorDjoko RoeshadiUNSPECIFIED
Thesis advisorPaulus LibenUNSPECIFIED
Depositing User: Tn Joko Iskandar
Date Deposited: 2016
Last Modified: 18 Oct 2016 04:10
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/35448
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item