DJOHAN MAHDY M (2004) PENGARUH PEMBERIAN ASAM MEFENAMAT TERHADAP PEMBENTUKAN KALUS PADA PENYEMBUHAN FRAKTUR KRURIS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus): PENELITIAN EKSPERIMENTAL LABORATORIS. Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Abstract

Penelitian ini bermula dari perhatian peneliti terhadap adanya kontroversi dari praktek sehari-hari, dimana asam mefenamat sering digunakan untuk mengatasai nyeri pada penderita fraktur. Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif konsumsi NSAID berupa terjadinya gangguan pembentukan kalus pada penyembuhan fraktur. Asam mefenamat mempunyai sifat farmakodinamik berupa anti prostaglandin. Prostaglandin disini berperan dalam meningkatkan aktifitas osteoklas, dan merangsang pengumpulan osteoblas baru. Jaringan tulang yang mati akan dibersihkan dari daerah fraktur. Setelah itu terbentuk rongga-rongga yang kemudian diikuti pembentukan pembuluh darah baru, penempatan osteoblas, pelepasan zat aktif dan pembentukan matriks tulang baru pada rongga-rongga tersebut. Aktifitas osteoblas didahului oleh aktifitas osteoklas, sehingga hila ada gangguan aktifitas osteoklas maka aktifitas osteoblas juga terganggu. Pemberian asm mefenamat mengakibatkan terhambatnya aktifitas dan pengumpulan osteoklas, berkurangnya atau tidak terbentuknya rongga-rongga. Revaskularisasi dirongga tersebut berkurang atau tidak terbentuk yang mengakibatkan ganguan osteblas. Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah The post test only control group design. Penelitian dilakukan terhadap 30 ekor tikus putih jantan ( Rattus norvegicus ) galur wistar berumur 3 bulan yang dibagi secara acak menjadi 3 kelompok. Semua tikus dilakukan frakturasi terbuka. Kelompok tersebut terdiri dari 1 kelompok kontrok dan 2 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol mendapat 2 ml CMC Na / 200 gr BB/hari. Kelompok perlakuan mendapat larutan asam mefenamat sebanyak 2ml /hari dengan perincian sebagai berikut : untuk kelompok perlakuan 1 dengan dosis 27 mg/200 grBB/hari selama 4 minggu, kelompok perlakuan 2 mendapat 27 mg/200gr BB/hari selama 2 minggu. Semuanya diberikan per oral. Semua kelompok, setelah 4 minggu perlakuan , kalus diukur dengan cara menimbang berat kalus dengan timbangan digital Sartorius® dan mengukur diameter kalus dengan Dissecting microscope Spencer®. Hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara deskriptif, diperoleh hasil untuk kelompok 1 : berat kalus (rerata 745,8 fig, simpangan baku 13,18) diameter kalus (rerata 5,64 mm, simpangan baku 9,661E-02) kelompok 2 : berat kalus (rerata 935,5 mg, simpangan baku 19,42) diameter kalus (rerata 7,59mm, simpangan baku 0,137) kelompok 3 : berat kalus (rerata 1007,7 mg, simpangan baku 21,37) diameter kalus (rerata 8,38 mm,' simpangan baku 0,103). Selanjutnya dianalisis secara analisis varians yang dilanjutkan dengan uji beda ( multiple comparisons ). Hasil analisis menunjukkan semua kelompok hewan coba yang diberi asam mefenamat mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap kontrol (p< 0,05 ). Dari uji beda didapatkan juga adanya perbedaan yang signifikan ( p< 0,05 ) antara kelompok kontrol dengan kelompok pemberian asam mefenamat selama 2 dan 4 minggu begitu juga antara kelompok pemberian asam mefenamat 2minggu dan 4 minggu. Berdasarkan hasil analisis terhadap perubahan yang terjadi pada kalus, penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian asam mefenamat menghambat pembentukan kalus. Diperlukan penelitian serupa dengan menggunakan metode dan media pengukuran yang lain sebagai pembanding serta diperlukan juga penelitian secara biomolekuler agar dapat menjelaskan lebih jauh tentang efek asam mefenamat terhadap penyembuhan fraktur

Actions (login required)

View Item