GANCAR CANDRA PREMANANTO, 090013837 M
(2004)
KETERKAITAN RISK PERCEPTION, RISK ATTITUDE DAN RISK INTENDED BEHAVIOR DALAM PENGKONSUMSIAN ROKOK BAGI PARA PEROKOK AKTIF DI SURABAYA SERTA PERBEDAANNYA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day/ WNTD) diperingati setiap tahun pada tanggal 31 Mei di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Kampanye tersebut ditujukan untuk mendorong kesadaran para perokok mengenai dampak negatif dari rokok baik terhadap diri perokok (perokok aktif) maupun orang disekitarnya (perokok pasif), sehingga mereka (para perokok aktif) dengan sukarela bersedia berhenti merokok. Berbagai aktivitas dilakukan untuk memperingati hari tersebut, seperti penulisan artikel, penyebaran brosur, stiker dan sebagainya. Pemerintah juga memberlakukan keharusan untuk mencantumkan peringatan mengenai dampak negatif merokok dalam setiap kemasan dan iklan rokok, serta membatasi format dan waktu penayangan iklan rokok. Namun menurut data yang diperoleh baik dari Depkes maupun Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) menunjukkan adanya kenaikan dari jumlah konsumsi rokok. Hal ini menjadi fenomena yang cukup menarik untuk diamati. Rokok merupakan produk yang berisiko terutama pada kesehatan. Sebagai produk yang berisiko, perilaku pengkonsumsiannya - berdasarkan literatur yang ada"dipengaruhi oleh persepsi terhadap risiko (risk perception) dan sikap terhadap risiko (risk attitude). Konsep Risk perception atau persepsi terhadap risiko didefinisikan sebagai pandangan seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan dirinya terkena risiko dari pengkonsumsian rokok. Persepsi tersebut menyangkut persepsi terhadap besarnya risiko yang ditimbulkan (size of damage) dan kemungkinan timbulnya risiko tersebut (probability of damage). Mengingat risiko dari rokok yang dapat mengancam perokok sendiri (perokok aktif) dan juga non perokok (perokok pasif), maka indikator untuk variabel ini terbagi sebagai berikut : a. Persepsi terhadap besarnya risiko yang ditimbulkan akibat merokok terhadap diri perokok aktif, b. Persepsi terhadap besarnya risiko yang ditimbulkan akibat merokok terhadap diri perokok pasif, c. Persepsi terhadap kemungkinan bagi perokok aktif terimbas bahaya merokok, d. Persepsi terhadap kemungkinan bagi perokok pasif terimbas bahaya merokok, Risk attitudes atau sikap terhadap risiko dalam hal ini didefinisikah sebagai kecenderungan seseorang untuk mensikapi risiko yang dihadapinya manakala mengkonsumsi rokok. Mengingat risiko merokok menyangkut perokok aktif dan perokok pasif, maka indikator untuk variabel risk atitudes ini adalah : a. Sikap perokok aktif terhadap keselamatan dan kesehatan dirinya, b. Sikap perokok aktif terhadap keselamatan dan kesehatan keluarga dan orang disekitarnya merokok. Risk intended behavior atau niat untuk berperilaku dalam menghadapi / merespon risiko didefinisikan sebagai niat terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh perokok aktif dalam mengantisipasi/menghadapi risiko rokok yang dikonsumsinya. Dengan pertimbangan yang sama yakni risiko yang mengancam pada pihak perokok akif dan perokok pasif, maka indikator untuk mengukur risk intended behavior adalah ; a. Niat berperifaku dalam merespon risiko yang mengancam dirinya, b. Niat berperilaku dalam merespon risiko yang mengancam keluarga dan orang disekitarnya merokok, Dari hasil analisis pengujian didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Pengaruh risk perception terhadap risk intended behavior atas pengkosumsian rokok adalah signifikan dengan hubungan yang positif, 2. Pengaruh risk altitude terhadap risk intended behavior atas pengkosumsian rokok adalah tidak signifikan, 3. Pengaruh risk altitude terhadap risk perception atas pengkosumsian rokok adalah signifikan dengan hubugan yang positif, 4. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok berpendidikan tinggi engan yang berpendidikan rendah dalam risk perception. Kelompok yang berpendidikan tinggi memiliki persepsi yang Iebih tinggi dibanding yang berpendidikan rendah terhadap risiko rokok 5. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok berpendidikan tinggi dengan yang berpendidikan rendah dalam risk altitude. Adapun saran yang diajukan untuk permasalahan diatas adalah optimalisasi upaya untuk mengurangi sisi permintaan (reducing demand) - yang dinyatakan lebih efektif dan lebih 'aman' bagi pemerintah dalam perspektif ketenagakerjaan dan keuangan - dan mempersiapkan usaha untuk mengurangi sisi penawaran (reducing supply)</description
Actions (login required)
|
View Item |