WAHYU DYAH PUSPITASARI, 059912124
(2003)
PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ETANOL 60% DAN FASA AIR DAUN Gendarussa vulgaris Nees TERHADAP DIURESIS TlKUS PUTIH.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Kecenderungan masyarakat dunia untuk mengeksplorasi bahan alam sebagai salah satu sumber pengobatan semakin meningkat. Di antara sekian banyak tanaman obat yang ada antara lain Gendarussa vulgaris Nees yang terrnasuk dalam suku Acanthaceae. Tanaman ini mengandung kalium, flavonoid (6,8-diarabinosilapigenin dan 6-arabinosill-8-silosilapigenin), steroid, triterpen, dan tannin 0,4 % (Materia Medika VI, 1996; Prajogo, 2002).
Senyawa flavonoid yang terkandung di dalam tanaman gandarusa merupakan flavonoid turunan apigenin dimana apigenin diketahui mempunyai khasiat sebagai diuretika (Harbome, dIck, 1999). Selain apigenin, kandungan lain tanaman gandarusa yang diduga dapat menyebabkan diuretik adalah kalium. Sebagaimana kalium yang ada pada tanaman Keji Heling IV (Strobilanthes crispus) dan masih satu suku dengan gandarusa. Keji Beling IV digunakan sebagai obat diuretik, terutama sebagai penghancur batu ginjal. Kehadiran kalium pada tanaman ini akan menyingkirkan kalsium pada batu ginjal, sehingga endapan batu tersebut akhimya larut dan hanyut keluar bersama urine.
Dengan latar belakang yang demikian, dikhawatirkan pada pemakaiannya sebagai obat, misalnya sebagai antifertilitas pria, tanaman gandarusa akan memberikan efek yang tidak diinginkan, yaitu efek diuretik. Adanya efek diuretik tersebut akan mengganggu keamanan serta kenyamanan pemakaian tanaman gandarusa sebagai obat.
Untuk itulah penelitian ini dilakukan, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya efek diuretik dari tanaman gandarusa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh masyarakat dalam pemakaian tanaman gandarusa, sehingga efek sam ping yang ditimbulkannya, terutama efek diuretik, dapat dihindari atau diminimalkan.
Pada penelitian ini digunakan fraksi etanol 60% dan fasa air. Pada pelarut etanol 60% kandungan flavonoid tanaman gendarussa tersari dalam jumlah yang cukup besar, walaupun masih tercampur dengan komponen lain, misalnya alkaloid. Dan pada fasa air flavonoid yang tersari telah terpisah dengan kandungan lain (bebas alkaloid). Penggunaan kedua fraksi dan fasa tersebut bertujuan untuk membandingkan efek diuretik yang ditimbulkan oleh keduanya.
Untuk mengetahui adanya efek diuretik, digunakan metode pengukuran volume urine dalam kandang metabolisme. Hewan coba yang digunakan adalah tilcus putih sebanyak 48 ekor dengan berat badan 150-250 gram. Tikus-tikus tersebut dikelompokkan ke dalam 8 kelompok yang berbeda, tiap kelompok terdiri atas 6 ekor dan masing-masing kelompok akan mendapatkan satu perlakuan. Perlakuan-perlakuan tersebut adalah kontrol negatif, dosis 12,46 glkg BB, 6,25 glkg BB dan 3,12 glkg BB fraksi etanol 60%, serta dosis 5,5 glkg BB, 2,73 glkg BB dan 1,37 glkg BB fasa air, dan kontrol positi£.
Perlakuan diberikan satu kali secara oral dan setelah mendapat perlakuan, hewan coba kemudian dimasukkan ke dalam kandang metabolisme untuk selanjutnya volume urine diukur setelah pengamatan selama 320 menit.
Hasil dari penelitian ini adalah fraksi etanol 60% dosis 6,25 g1kg BB berbeda secara berrnakna dengan kontroJ negatif: sehingga dinyatakan mempunyai efek diuretik. Sedangkan dosis 12,46 glkg BB dan 3,12 glkg BB tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif, sehingga dinyatakan tidak mempunyai efek diuretik. Fasa air dosis 5,5 glkg BB; 2,73 glkg BB dan 1,37 glkg BB tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol negatif sehingga dinyatakan tidak mempunyai efek diuretik.
Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan aktif fraksi etanol 60% daun tanaman gandarusa, serta dosis pemakaian yang tepat., sehingga efek samping tanaman tersebut dapat dihindari atau diminimalkan.
Actions (login required)
|
View Item |