SINTESIS ASAM N10-(P-TOLUOIL)FOLAT DAN UJI AKTIVITAS SITOTOKSIKNYA TERHADAP KULTUR SEL HELA

DIDY YOGA LUCKY PRAYOGA, 051111088 (2017) SINTESIS ASAM N10-(P-TOLUOIL)FOLAT DAN UJI AKTIVITAS SITOTOKSIKNYA TERHADAP KULTUR SEL HELA. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

[img]
Preview
Text (ABSTRACT)
FF.KF.03-17 Pra s ABSTRAK.pdf

Download (112kB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
FF.KF.03-17 Pra s SKRIPSI.pdf
Restricted to Registered users only until 24 October 2020.

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Dalam penelitian ini akan dikembangkan analog asam folat sebagai antikanker. Analog asam folat (contohnya metotrexat) dalm tubuh berinteraksi secara kompetitif dengan dihidrofolat reduktase sehingga menyebabkan kematian sel. Namun obat golongan ini memiliki banyak efek samping diantaranya dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati sehingga diperlukan pengembangan analog asam folat yang baru yang memiliki potensi antikanker yang besar namun toksisitasnya rendah. Penelitian ini diawali dengan merancang struktur analog asam folat yaitu asam N10-(p-toluoil)folat kemudian dilakukan uji in silico dengan metode docking molecular untuk melihat interaksi senyawa tersebut pada reseptor dihidrofolat reduktase (DHFR) (PDB: 1DDS). Kemudian dilakukan sintesis dari N10-(p-toluoil)folat. Sintesis N10-(ptoluoil) folat dilakukan dengan mereaksikan asam folat dengan p-toluoil klorida yang dilakukan pada suhu ruang ± 30oC selama 10. Senyawa hasil sintesis kemudian diuji dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), spektroskopi infrared (IR) dan spektrometri resonansi magnet inti (H1- NMR). Untuk membuktikan potensi antikanker asam N10-(p-toluoil)folat maka dilakukan uji aktivitas sitotoksik asam N10-(p-toluoil)folat pada konsentrasi 10.8 – 1080 ppm terhadap kultur sel HeLa dengan jumlah sel 10.000 per sumuran. Hasil docking molekul pada reseptor DHFR (PDB: 1DDS) menunjukkan bahwa senyawa asam N10-(p-toluoil)folat memiliki nilai rerank score -129,51, lebih rendah dibanding rerank score metotreksat sebesar -114,60. Senyawa dengan rerank score lebih rendah membutuhkan energi interaksi yang rendah sehingga diasumsikan kompleks ligan – reseptor yang terbentuk lebih stabil dan dan diprediksikan memiliki aktivitas yang lebih besar. Senyawa hasil sintesis yang berbentuk minyak menunjukkan adanya noda tunggal pada plat KLT dengan eluen metanol : air (1:1); metanol : air (3:7); asetonitril : air (3:1). Konfirmasi struktur senyawa hasil sintesis dilakukan dengan spektrofotometri IR dan spektrometri resonansi magnetik inti (1H-NMR). Spektrum IR senyawa hasil sintesis tidak memberikan hasil yang baik karena metode dengan pellet KBr tidak cocok digunakan untuk menganalisa senyawa dengan bentuk cair. Untuk sampel dengan bentuk cair lebih baik digunakan dengan metode nujol mulls. Spektrum 1H-NMR dari asam folat (senyawa penuntun) dan senyawa hasil sintesis menunjukan terdapat beberapa perbedaan yaitu puncak triplet di 6.07 ppm dengan intensitas relatif 1 yang ada pada asam folat namun tidak nampak pada spektrum 1H-NMR senyawa hasil reaksi. Selain itu puncak doublet di 4.46 ppm dengan intensitas relatif 2 yang pada spektrum 1H-NMR asam folat tidak nampak pada spektrum 1H-NMR senyawa hasil reaksi namun pada spektrum 1H-NMR senyawa hasil reaksi terdapat penambahan puncak singlet di 5.21 ppm dengan intensitas relatif 2. Perubahan ini diasumsikan bahwa pada spektrum 1H-NMR senyawa hasil reaksi puncak yang hilang di 6.07 ppm itu adalah puncak dari –NH di posisi 10 sedangkan puncak di 4.46 ppm merupakan adalah puncak dari – CH2 di posisi 11 berubah menjadi puncak singlet di 5.21 ppm. Hal ini diasumsikan karena –NH pada posisi 10 telah berikatan dengan p-toluoil klorida sehingga –CH2 pada posisi 10 tidak memiliki atom H tetangga dan menyebabkan puncaknya berbetuk singlet. Penambahan puncak lain juga terjadi pada spektrum 1H-NMR senyawa hasil reaksi yaitu puncak doblet di 7.03 ppm dan 7.23 ppm dengan intensitas relatif masing – masing 2 serta penambahan puncak singlet di 2.19 ppm dengan intensitas relatif 2. Puncak – puncak tersebut diasumsikan merupakan puncak dari gugus ptoluoil yang telah berikatan dengan asam folat. Dengan data ersebut dapat disumsikan bahwa senyawa yang terbentuk adalah asam N10-(ptoluoil) folat. Uji aktivitas sitotoksik asam N10-(p-toluoil)folat terhadap kultur sel HeLa dengan pembanding metotrexat menunjukan dengan jumlah 10.000 sel per sumuran, sampel dalam konsentrasi 10 – 1080 ppm memberikan jumlah % sel hidup diatas 90%. Pada metotrexat dengan konsentrasi 20 - 155 ppm juga memberikan jumlah % sel hidup diatas 90%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan metode ini asam N10-(p-toluoil)folat tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap kultur sel HeLa. Perbedaan hasil uji aktivitas sitotoksik secara in vitro dengan prediksi aktivitas secara in silico dengan docking molekul pada DHFR (PDB: 1DDS) dikarenakan pada uji in silico senyawa langsung berinteraksi dengan reseptor sedangkan pada uji in vitro senyawa harus melewati beberapa tahap sebelum berinteraksi dengan reseptor seperti penembusan dinding sel. Dari penelitian yang sudah dilakukan, dalam hal sintesis perlu dilakukan upaya untuk memperoleh senyawa dalam bentuk padat sedangkan terkait aktivitas asam N10-(p-toluoil)folat secara in vitro diharapkan menggunakan sel kanker lain.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKB KK FF.KF.03/17 Pra s
Subjects: R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology > RM300-666 Drugs and their actions
Divisions: 05. Fakultas Farmasi > Kimia Farmasi
Creators:
CreatorsNIM
DIDY YOGA LUCKY PRAYOGA, 051111088UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorSiswandono, Dr., MS., Apt.UNSPECIFIED
Depositing User: mrs hoeroestijati beta
Date Deposited: 23 Oct 2017 20:12
Last Modified: 23 Oct 2017 20:12
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/64572
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item