SINTESIS BENZILIDEN p- METOKSISINAMOILHIDRAZIDA DARI ETIL p- METOKSISINAMAT DENGAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO

ARDIAN DESTANTIO FIRMANSYAH, 051111096 (2017) SINTESIS BENZILIDEN p- METOKSISINAMOILHIDRAZIDA DARI ETIL p- METOKSISINAMAT DENGAN IRADIASI GELOMBANG MIKRO. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

[img]
Preview
Text (ABSTRACT)
FF.KF.17-17 Fir s ABSTRAK.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (FULLTEXT)
FF.KF.17-17 Fir s SKRIPSI.pdf
Restricted to Registered users only until 24 October 2020.

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Rasa nyeri merupakan pengalaman sensorik yang tidak menyenangkan dan dikaitkan dengan kerusakan jaringan. Obat yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang bekerja menghambat jalur sintesis prostaglandin melalui hambatan enzim COX. EPMS yang dapat diperoleh dari rimpang kencur diketahui dapat menghambat enzim COX-2, tetapi interaksi antara EPMS dan enzim COX-2 lemah sehingga perlu modifikasi struktur EPMS untuk meningkatkan interaksinya dengan pengenalan gugus farmakofor penghambat enzim COX-2. Senyawa turunan hidrazida telah terbukti memiliki aktifitas analgesik yang lebih baik daripada obat OAINS sehingga EPMS akan dimodifikasi strukturnya menjadi senyawa benziliden pmetoksisinamoilhidrazida yang merupakan senyawa turunan hidrazida. Sintesis senyawa benziliden p-metoksisinamoilhidrazida dilakukan dalam dua tahap. Sintesis tahap pertama adalah reaksi antara EPMS dengan hidrazin hidrat dengan hasil sintesis yang diharapkan adalah p-metoksisinamoilhidrazida, selanjutnya hasil sintesis akan direaksikan dengan benzaldehid. Sintesis akan dilakukan dengan metode iradiasi gelombang mikro. EPMS yang digunakan diperoleh dari isolasi rimpang kencur menggunakan metode perkolasi dengan etanol. Isolat yang diperoleh berupa kristal jarum warna putih. Uji kemurnian isolat dengan KLT menunjukkan satu noda dan jarak lebur sebesar 47-49,3ºC. Selanjutnya, isolat diidentifikasi dengan spektrofotometri IR, 1HNMR, dan UV-Vis. Dari hasil identifikasi tersebut disimpulkan isolat merupakan EPMS dengan rendemen 2,17%. Optimasi sintesis tahap pertama antara EPMS dengan hidrazin hidrat dalam pelarut etanol menggunakan iradiasi gelombang mikro diperoleh kondisi terpilih daya 120 Watt selama 25 menit. Dari hasil pengamatan dengan KLT, diketahui bahwa hasil sintesis lebih dari satu sehingga dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom dan diperoleh satu fraksi yang memiliki nilai Rf yang berbeda dengan EPMS. Uji kemurnian dengan KLT pada tiga fase gerak berbeda menunjukkan satu noda dan jarak lebur sebesar 71,3-74ºC. Senyawa hasil sintesis berupa padatan putih-kekuningan dan tidak berbau. Hasil sintesis diidentifikasi dengan spektrofotometri IR, 1HNMR, dan UV-Vis Dari identifikasi tersebut, disimpulkan senyawa hasil sintesis bukanlah p-metoksisinamoilhidrazida, tetapi senyawa 3- (4-metoksifenil)propanahidrazida dengan persentase hasil sebesar 7,90%. Senyawa p-metoksisinamoilhidrazida tidak dapat terbentuk akrena kemungkinan terjadi oksidasi hidrazin menjadi diimida dengan adanya oksigen sehingga diimida yang terbentuk mereduksi alkena melalui proses perisiklik. Dalam penelitian ini, peralatan yang digunakan masih memungkinkan adanya kontak sistem dengan oksigen. Terdapat dua kemungkinan pembentukan senyawa 3-(4- metoksifenil)propanahidrazida, yaitu kemungkinan pertama adalah EPMS mengalam reduksi oleh diimida, kemudian bereaksi dengan hidrazin hidrat dan kemungkinan kedua adalah EPMS bereaksi dengan hidrazin hidrat, kemudian mengalami reduksi oleh diimida. Setelah substrat yang direduksi habis, diimida akan mendestruksi dirinya menjadi gas nitrogen dan hidrazin. Senyawa p-metoksisinamoilhidrazida yang diharapkan terbentuk pada reaksi tahap pertama tidak dapat terbentuk sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa benziliden pmetoksisinamoilhidrazida tidak dapat terbentuk sehingga diperlukan jalur sintesis lain. Benzaldehid yang merupakan turunan aldehid dan hidrazin hidrat yang memiliki gugus -NH2 dapat direaksikan. Hasil yang diharapkan adalah senyawa (E)-benzilidenhidrazin, kemudian hasil sintesis akan direaksikan dengan EPMS. Sintesis akan dilakukan dengan metode iradiasi gelombang mikro. Optimasi sintesis antara benzaldehid dengan hidrazin hidrat diperoleh kondisi terpilih daya 120 Watt selama 20 detik. Hasil sintesis dimurnikan dengan rekristalisasi dan diperoleh titik lebur 94,1ºC. senyawa hasil sintesis berupa padatan kekuningan dan tidak berbau. Hasil sintesis diidentifikasi dengan spektrofotometri IR, 1HNMR, UV-Vis, dan massa. Dari hasil identifikasi tersebut, diketahui senyawa hasil sintesis yang terbentuk bukanlah senyawa (E)- benzilidenhidrazin, tetapi senyawa (1E,2E)-1,2-dibenzilidenhidrazin. Senyawa (E)-benzilidenhidrazin tidak terbentuk karena hidrazin hidrat memiliki dua gugus -NH2 yang bereaksi dengan benzaldehid sehingga kemungkinan reaksi berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pembentukan senyawa (E)- benzilidenhidrazin dari reaksi antara hidrazin hidrat dengan benzaldehid dan tahap kedua adalah reaksi antara (E)- benzilidenhidrazin dengan benzaldehid. Pembentukan senyawa (1E,2E)-1,2-dibenzilidenhidrazin dapat terjadi kemungkinan karena jumlah mol benzaldehid lebih banyak daripada jumlah mol hidrazin hidrat. Hal ini dapat terjadi karena pada saat proses iradiasi gelombang mikro, hidrazin hidrat menguap terlebih dahulu. Titik didih hidrazin hidrat adalah 47ºC sedangkan titik didih benzaldehid adalah 179ºC. Selain itu, jumlah mol benzaldehid dapat lebih banyak daripada hidrazin hidrat karena peralatan yang digunakan masih memungkinkan adanya kontak antara sistem dengan lingkungan sehingga hidrazin hidrat hilang menguap. Hidrazin hidrat bersifat higroskopis. Hidrazin hidrat dapat menarik air dari lingkungan sehingga konsentrasinya menurun. Hal ini dapat menyebabkan jumlah benzaldehid berlebih sehingga saat reaksi berlangsung, jumlah mol benzaldehid lebih banyak daripada jumlah mol hidrazin hidrat. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa reaksi antara benzaldehid dengan hidrazin hidrat adalah senyawa (1E,2E)- 1,2-dibenzilidenhidrazin. EPMS dan hasil reaksi antara benzaldehid dan hidrazin hidrat tidak dapat bereaksi. Berdasarkan KLT, tidak ditemukan noda baru yang memiliki nilai Rf yang berbeda dengan EPMS dan hasil reaksi antara benzaldehid dan hidrazin hidrat. Hal ini terjadi kemungkinan karena senyawa hasil reaksi antara benzaldehid dan hidrazin hidrat tidak memiliki gugus -NH2 yang bersifat nukleofilik yang dapat menyerang gugus karbonil dari EPMS. Senyawa (1E,2E)-1,2- dibenzilidenhidrazin tidak memiliki gugus pergi yang baik. Senyawa ini memiliki halangan ruang yang lebih besar dibandingkan senyawa (E)-benzilidenhidrazin sehingga lebih sulit bereaksi. Selain itu, senyawa (1E,2E)-1,2-dibenzilidenhidrazin yang tidak memiliki gugus -NH2 memiliki sifat nukleofilik yang kurang dibandingkan dengan senyawa (E)-benzilidenhidrazin yang memiliki gugus -NH2. Oleh karena itu, dapat disimpulkan reaksi antara EPMS dengan hasil reaksi antara benzaldehid dengan hidrazin hidrat tidak dapat membentuk senyawa benziliden p-metoksisinamoilhidrazida. Dari hasil penelitian ini, disarankan sintesis dilakukan dengan peralatan yang dapat menghindari adanya kontak hidrazin hidrat dengan udara. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat senyawa yang dihasilkan dalam penelitian ini.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KKB KK FF.KF.17/17 Fir s
Subjects: Q Science > QC Physics > QC972.6-973.8 Radio Meteorology, Microwave Meteorology
Q Science > QD Chemistry > QD625-655 Radiation chemistry
Divisions: 05. Fakultas Farmasi > Kimia Farmasi
Creators:
CreatorsNIM
ARDIAN DESTANTIO FIRMANSYAH, 051111096UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorJUNI EKOWATI, Dr., M.Si., Apt.UNSPECIFIED
Depositing User: mrs hoeroestijati beta
Date Deposited: 23 Oct 2017 22:58
Last Modified: 23 Oct 2017 22:58
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/64629
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item