Yuan Agita Aprilia Rahayuningrum, NIM011511133144 (2018) PROFIL HEMATOLOGI PASIEN KANKER PAYUDARA DAN RENTANG WAKTU ANTAR SIKLUS KEMOTERAPI DENGAN REGIMEN CAF DAN TAC DI RSUD DR SOETOMO SURABAYA TAHUN 2016. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

Preview	Text (Abstrak) Abstrak.pdf Download (127kB) | Preview
	Text (Fulltext) FK PD 46 18 Rah p.pdf Restricted to Registered users only until 7 December 2021. Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Kanker payudara merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi sebab tidak ada yang dapat sembuh secara spontan, oleh karena itu terapi untuk menangani kanker payudara sangatlah penting. Salah satu terapi kanker payudara yang sering digunakan adalah kemoterapi yang merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obat sitostatika dengan tujuan untuk menghancurkan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Berdasarkan log Cell Kill Hypothesis kemoterapi diberikan beberapa kali paparan sampai jumlah sel kanker yang masih hidup minimal yang disebut dengan siklus kemoterapi. Siklus kemoterapi adalah penggunaan kemoterapi dengan dosis tertentu, baik dengan agen kemoterapi tunggal maupun secara kombinasi yang kemudian diikuti dengan beberapa hari atau minggu tanpa terapi. First line kemoterapi untuk kanker payudara saat ini adalah anthracycline based chemotherapy yang biasanya dikombinasikan dengan cyclophosphamide, fluorouracil, atau taxane. Selain merusak sel kanker, obat kemoterapi juga mempengaruhi sel sehat (terutama sel-sel yang membelah dengan cepat), sehingga tidak heran jika kemoterapi memiliki efek samping yang beraneka ragam, salah satunya adalah efek hematologi akibat dari supresi pada sumsum tulang (pabrik sel darah). Penelitian tentang profil hematologi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dan rentang waktu antar siklus kemoterapi sangatlah penting, sebab selain sebagai parameter untuk memulai siklus kemoterapi berikutnya profil hematologi juga dapat digunakan untuk menentukan apakah terjadi efek samping dari pengobatan yang diberikan. Apabila terjadi keterlambatan masuk ke siklus kemoterapi berikutnya, yang normalnya adalah 21 hari sesudah kemoterapi yang sebelumnya, akan berdampak pada jumlah sel kanker yang residif dan sel kanker yang kambuh. Selain itu, kondisi yang diperparah dengan adanya infeksi sekunder juga dapat mengakibatkan resistensi obat-obat sitostatika karena adanya perubahan farmakokinetik pada obat tersebut. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif cross sectional menggunakan riwayat rekam medik. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan seluruh pasien di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan diagnosis kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan regimen CAF dan TAC pada tahun 2016. Variabel yang diteliti meliputi profil hematologi pada pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi, dalam hal ini dilihat dari hasil pemeriksaan darah, terutama leukosit, neutrofil, hemoglobin, dan trombosit serta rentang waktu antar siklus kemoterapi. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pasti ada yang mengalami penurunan hasil pemeriksaan darah pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan regimen CAF dan TAC pada tiap siklusnya namun mayoritas masih dalam batas normal sesuai nilai rujukan laboratorium patologi klinik RSUD Dr. Soetomo. Selain itu pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi dengan regimen CAF mayoritas memiliki rentang waktu antar siklus kemoterapi yang sama dengan pasien kanker payudara yang mendapat kemoterapi dengan regimen TAC yaitu sekitar 4 minggu. Adanya keterlambatan memasuki siklus kemoterapi berikutnya ini dapat disebabkan baik oleh faktor medis maupun oleh faktor non medis, seperti ketersediaan kamar, tempat tinggal serta umur pasien.

Actions (login required)

View Item