Arif Tri Prasetyo, dr, NIM011418246303 (2019) Perbandingan Kejadian Obstructive Sleep Apnea pada Anak dengan Kelainan Kraniofasial Kongenital dan pada Anak Tanpa Kelainan Kraniofasial Kongenital di RSUD Dr. Soetomo Tahun 2014 – 2018. Other thesis, Universitas Airlangga.
Text (abstrak)
ABSTRAK.pdf Download (188kB) |
|
Text (daftar isi)
Daftar Isi.pdf Download (147kB) |
|
Text (daftar pustaka)
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (196kB) |
|
Text (Fulltext)
ppds BPRE 03 19.pdf Restricted to Registered users only until 27 June 2022. Download (693kB) | Request a copy |
Abstract
Latar Belakang: Peningkatan prevalensi craniosynostosis dikaitkan dengan peningkatan prevalensi obstructive sleep apnea (OSA). Anak-anak dengan kelainan kraniofasial kongenital biasanya memiliki kelainan bentuk rahang atas, hipoplasia mandibula, makroglosia, atau tonus motorik buruk yang menjadi predisposisi gangguan jalan napas bagian atas dan bawah sehingga berisiko tinggi terhadap perkembangan OSA. Pada anak-anak, gejala OSA termasuk mendengkur, arousals, dan jeda dalam respirasi, mengantuk di siang hari, dan masalah neurobehavioral. Objektif: Untuk mencari hubungan antara kelainan kraniofasial kongenital dan obstrucyive sleep apnea (OSA) pada populasi anak – anak. Metodologi: Ini adalah penelitian retrospektif dengan rancang bangun cross sectional. Riwayat medis dari 33 anak (0-18 tahun) yang dirujuk untuk penilaian OSA diperiksa secara retrospektif. Anak-anak menjalani polisomnografi dan diklasifikasikan sebagai memiliki primary snoring (PS) menggunakan apnea hipopnea index (AHI). Informasi diperoleh dari nilai prediktif faktor-faktor berikut untuk menentukan keparahan OSA: jenis kelamin, indeks massa tubuh, usia, dan kelainan kongenital. Analisis chi-squared digunakan untuk membandingkan distribusi faktor demografi dan klinis di seluruh kelompok. Faktor-faktor risiko yang signifikan secara statistik kemudian dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik. Hasil: Terdapat 64% pasien yang didiagnosis dengan sleep apnea dengan polysomnography, 62% adalah laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Berdasarkan jenis anomali, 66,67% pasien dengan kelainan kraniofasial kongenital didiagnosis dengan sleep apnea, dan 60% pasien tanpa kelainan kraniofasial didiagnosis dengan sleep apnea. Terdapat 21 pasien yang didiagnosis dengan sleep apnea, di antaranya 57,14% memiliki kelainan kraniofasial bawaan. Secara statistik, tidak ada perbedaan dalam proporsi antara kelompok kelainan kraniofasial kongenital dan kelompok nonkelainan kraniofasial (p = 0,692), dengan risk ratio adalah 1,33. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara insiden OSA pada kelaianan kraniofasial kongenital dan non kelainan kraniofasial. Tetapi kelainan kraniofasial bawaan akan meningkatkan risiko OSA 1,33 kali pada populasi.
Item Type: | Thesis (Other) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKA KK PPDS BPRE 03/19 Pra p | ||||||
Uncontrolled Keywords: | Obstructive sleep apnea, kelainan craniofasial, kongenital, polisomnografi | ||||||
Subjects: | R Medicine > RJ Pediatrics | ||||||
Divisions: | 01. Fakultas Kedokteran > Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik (Spesialis) | ||||||
Creators: |
|
||||||
Contributors: |
|
||||||
Depositing User: | Turwulandari | ||||||
Date Deposited: | 27 Jun 2019 06:43 | ||||||
Last Modified: | 27 Jun 2019 06:43 | ||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/84129 | ||||||
Sosial Share: | |||||||
Actions (login required)
View Item |