ESTI DWI KUSUMA, 050312731
(2009)
PENENTUAN INTERVAL PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JOHAR (Cassia siamea Lamk) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Plasmodium berghei PADA MENCIT.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Malaria merupakan salah satu penyakit yang memiliki resiko penularan yang tinggi di beberapa daerah di Indonesia, terutama di luar Jawa Bali. Diperkirakan 15 juta kasus baru terjadi setiap tahun. Beban penyakit malaria ini sangat tinggi. Selain berdampak pada kesehatan pada diri penderita, juga berdampak pada bidang ekonomi yakni dapat menurunkan tingkat perekonomian di daerah endemik. Untuk itu, dilakukan penanggulangan malaria di beberapa daerah. Salah satu faktor yang menjadi permasalahan dalam pemberantasan malaria adalah menurunnya efikasi obat antimalaria yang selama ini dipergunakan yang ditandai dengan munculnya kasus resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat antimalaria. Sebagai pemecahan masalah tersebut adalah dilakukan pencarian dan pengembangan obat antimalaria baru.
Tanaman Cassia siamea Lamk atau yang biasa dikenal dengan sebutan johar merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai antimalaria. Berdasarkan pengalaman empiris ataupun penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa daun tanaman C. siamea Lamk memiliki efek sebagai antimalaria. Kandungan dari daun C. siamea Lamk yang diduga bertanggung jawab atas aktivitas antimalaria adalah alkaloid. Langkah awal yang dilakukan untuk mengembangkan tanaman C. siamea Lamk sebagai sediaan obat fitofarmasi antimalaria adalah melakukan uji farmakologi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Nugroho (2006) menghasilkan bahwa fraksi etil asetat daun C: siamea Lamk yang diberikan sekali sehari selama 4 hari, memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Plasmodium berghei pada mencit dengan ED50, sebesar 0,56 mg/kg BB. Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan interval pemberian dari fraksi etil asetat daun C: siamea Lamk yang efektif dalam memberikan hambatan terhadap pertumbuhan P. berghei pada mencit.
Rangkaian ekstraksi secara bertingkat dilakukan untuk memperoleh fraksi etil asetat daun C. siamea Lamk Tahap pertama dilakukan ekstraksi serbuk daun C. siamea Lamk menggunakan pelarut non polar, n-heksana. Kemudian ekstraksi dilanjutkan dengan mengekstrak residu n-heksana menggunakan etanol 90% yang mengandung asam tartrat 1%. Dan pada tahap akhir, ekstrak etanol yang diperoleh diekstraksi cair-cair menggunakan pelarut etil asetat sehingga didapatkan fraksi etil asetat sebesar 1,34% dari serbuk daun C
siamea Lamk. Fraksi ini diberikan secara peroral selama 4 hari pada mencit yang terinfeksi P. berghei dengan dosis 1 mg/kg BB dan 42 mg/kg BB dengan aturan pakai sekali sehari, dua kali sehari, dan tiga kali sehari. Dari tiap mencit, diambil hapusan darah mulai hari pertama (DO) hingga hari ke tujuh (D6) untuk dihitung persen parasitemianya. Persen pertumbuhan parasit dihitung menggunakan data persen parasitemia hari pertama (DO) hingga hari ke lima (D4). Dengan mengurangkan nilai perbandingan persen pertumbuhan kelompok uji dengan kelompok kontrol negatif terhadap 1, akan diperoleh persen penghambatan kelompok uji. Sedangkan data persen parasitemia hari ke enam (D5) hingga ke tujuh (D6) digunakan untuk mengetahui profil parasitemia setelah pemberian fraksi etil asetat daun C. siamea Lamk dihentikan.
Data persentase penghambatan parasit terhadap dosis dan interval pemberian yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian dua arah ( two-way ANOVA ) pada batas kepercayaan α = 0,05. Untuk membandingkan data dari kelompok uji yang sama, digunakan analisis varian satu arah ( one-way ANOVA ). Sedangkan, untuk membandingkan data antar kelompok yang berbeda digunakan independent sample t-test. Dari analisis ini diperoleh hasil bahwa kelompok uji yang menerima dosis 42 mg/kg BB tiga kali sehari memberikan nilai penghambatan yang paling besar.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa interval pemberian fraksi etil asetat daun C. siamea Lamk yang memberikan penghambatan terbesar terhadap pertumbuhan P. berghei pada mencit adalah tiga kali sehari dengan dosis 42 mg/kg BB. Sehingga dapat disarankan untuk melakukan penelitian dalam rangka menentukan senyawa aktif didalam fraksi etil asetat yang memiliki aktivitas antimalaria. Selain itu, disarankan pula untuk dilakukan penelitian terkait keamanannya bagi manusia seperti uji toksisitas ataupun uji teratogenik. Dengan demikian, daun C : siamea Lamk dalam bentuk fraksi etil asetat dapat dijadikan salah satu pilihan dalam mengobati penyakit malaria baik dalam penggunaan tunggal maupun dalam kombinasi dengan antimalaria yang sudah ada.
Item Type: |
Thesis
(Skripsi)
|
Additional Information: |
KKB KK-2 FF.10/08 Kus p |
Uncontrolled Keywords: |
ANTI MALARIALS; PLASMODIUM BERGHEI |
Subjects: |
R Medicine |
Divisions: |
05. Fakultas Farmasi |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
ESTI DWI KUSUMA, 050312731 | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | WIWIED EKASARI, Dra. ,Apt., M.Si | UNSPECIFIED | Thesis advisor | Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt. | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Nn Deby Felnia
|
Date Deposited: |
23 Jan 2009 12:00 |
Last Modified: |
06 Jun 2017 18:28 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10206 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |