Annisa Kurnia Indah, 050710289 (2012) PROFIL PERESEPAN OBAT BATUK BERBENTUK SERBUK TERBAGI DI BEBERAPA APOTEK WILAYAH SURABAYA SELATAN. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2012-indahannis-24079-ff.-22---k.pdf Download (402kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2012-indahannis-20450-ff.22--k.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Dewasa ini sediaan obat batuk dalam bentuk serbuk terbagi masih banyak diresepkan oleh dokter dan masih merupakan salah satu solusi dalam dunia pengobatan. Untuk mengobati batuk akut, digunakan obatobatan simptomatis yang dapat meredakan gejala. Pada batuk kronis, diperlukan kombinasi obat lain yang ditujukan sebagai pengobatan spesifik terhadap penyebab batuk tersebut, seperti pada batuk yang disebabkan oleh infeksi atau batuk karena asma. Terapi antibiotika diperlukan untuk mengobati batuk yang disebabkan oleh infeksi, karena antibiotika dapat membunuh atau menghambat perkembangbiakan bakteri penyebab infeksi. Untuk mencegah DRP (Drug Related Problem), obat batuk dan antibiotika pada sediaan serbuk terbagi harus dipisahkan dalam peracikannya. Pembagian obat batuk berdasarkan mekanisme farmakologinya adalah antitusif, ekspektoran, dan mukolitik. Antitusif digunakan untuk batuk kering, sedangkan ekspektoran dan mukolitik untuk batuk berdahak, sehingga pemberiannya tidak baik apabila dikombinasikan antara antitusif dengan ekspektoran karena mekanisme kerjanya berlawanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil peresepan obat batuk berbentuk serbuk terbagi di beberapa apotek wilayah Surabaya Selatan yang meliputi jumlah resep yang mengandung obat batuk sediaan serbuk terbagi, komposisi obat batuk dalam sediaan serbuk terbagi, jumlah bungkus dan aturan pakai tiap R/ obat batuk sediaan serbuk terbagi, nama generik atau nama dagang yang dituliskan dalam peresepan obat batuk sediaan serbuk terbagi, serta ada atau tidaknya antibiotika pada resep obat batuk sediaan serbuk terbagi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pemilihan apotek yang digunakan sebagai tempat pengambilan sampel resep, yaitu sebanyak 8 apotek, dilakukan secara purposive sampling. Data yang diamati dalam penelitian ini adalah resep bulan Januari – Maret 2011. Data yang diperoleh dari resep tersebut kemudian dituliskan ke dalam lembar pengumpulan data, dan diolah menggunakan program Microsoft Office Excel. Kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak dokter yang meresepkan obat batuk dalam bentuk sediaan serbuk terbagi untuk pasien anak. Dari keseluruhan resep yang dilayani didapatkan 10,74 % obat batuk yang diresepkan dalam bentuk sediaan serbuk terbagi. Jumlah R/ obat batuk serbuk terbagi yang mengandung 1 macam obat batuk mencapai 65,11 % , lebih banyak dibandingkan R/ yang mengandung 2 macam obat batuk. Profil jumlah bungkus yang paling banyak diresepkan dokter antara 11-15 bungkus dengan aturan pemakaian 3 kali sehari. Sehingga lama terapi terbanyak yang diinginkan dokter adalah sekitar 3-5 hari. Untuk penulisan signa p.r.n pada R/ obat batuk sediaan serbuk terbagi, sejumlah 0,89 % R/ yang mencantumkan keterangan tersebut dan dalam resep yang tidak tercantum signa p.r.n, 21,33 % adalah obat batuk serbuk terbagi yang digabung dengan antibiotika. Sedangkan sisanya, sebanyak 78,44 % merupakan obat batuk yang dipisah dengan antibiotika sehingga penulisannya kurang tepat. Hasil paling banyak menunjukkan bahwa obat batuk yang diresepkan dokter adalah obat dengan nama dagang dengan jumlah 69,34 %. Sisanya, sebanyak 30,66 % obat batuk yang diresepkan dalam bentuk sediaan serbuk terbagi ditulis dengan nama generik. Hal ini menunjukkan kurang suksesnya program pemerintah dalam sosialisasi obat generik kepada dokter-dokter yang ada di luar instansi pemerintah. Obat batuk yang dikombinasikan dengan antibiotika adalah yang paling banyak diresepkan dokter dalam resep obat batuk sediaan serbuk terbagi. Hal tersebut menunjukkan berdasarkan penulisan resep bahwa kemungkinan banyak pasien yang menderita batuk karena infeksi. Namun, kesadaran dokter dalam memisahkan penulisan resep antibiotika dengan obat batuk pada sediaan serbuk terbagi masih kurang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak dokter yang meresepkan obat batuk dalam bentuk serbuk terbagi untuk pasien anak. Namun, penulisan resep oleh dokter terkait hal tersebut masih kurang tepat. Ada banyak kemungkinan DRP yang dapat terjadi sebagai akibat dari penulisan tersebut. Sehingga sebagai apoteker yang bertanggung jawab atas pekerjaan kefarmasian yang mengetahui segala masalah terkait obat, harus memberi informasi kepada penulis resep agar tidak terjadi DRP terkait pengobatan pasien dan outcome terapi yang diinginkan dapat tercapai.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 FF. 22 / 12 Ind p | |||||||||
Uncontrolled Keywords: | DRUG UTILIZATION; PRESCRIPTION | |||||||||
Subjects: | R Medicine > RS Pharmacy and materia medica > RS1-441 Pharmacy and materia medica R Medicine > RS Pharmacy and materia medica > RS200-201 Pharmaceutical dosage forms |
|||||||||
Divisions: | 05. Fakultas Farmasi > Farmasi Komunitas | |||||||||
Creators: |
|
|||||||||
Contributors: |
|
|||||||||
Depositing User: | Ani Sistarina | |||||||||
Date Deposited: | 02 Jul 2012 12:00 | |||||||||
Last Modified: | 28 Jul 2016 04:21 | |||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10388 | |||||||||
Sosial Share: | ||||||||||
Actions (login required)
View Item |