ERWIN FIRMAN SYAIFUDIN, 050212501
(2007)
STUDI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK ( Penelitian dilakukan pada Pasien Rawat inap Di IRNA I RSSA Malang ).
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit pare kronis ditandai oleh adanya hambatan aliran udara disaluran nafas yang bersifat progresif non revesible atau reversible parsial. Hambatan aliran udara tersebut bersifat progresif dan disertai dengan respon inflamasi abnormal dari paru terhadap partikel atau udara yang masuk ke pernafasan
PPOK merupakan penyebab kematian yang keempat dan menjangkit lebih dari 16 juta orang di Amerika Serikat. Angka kematian PPOK naik seiring dengan peningkatan usia, dan pada tahun 1998, angka untuk pria dan wanita relatif seimbang, dengan total 112.584 orang meninggal. PPOK diperkirakan pada tahun 2O20 akan mencapai urutan ketiga yang menyebabkan kematian secara umum
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April 2006 hingga 31 Mei 2006 dibagian Instalasi Rawat Inap (IRNA I) ruang 22, 23, 24, 25, 27, dan 28 Rumah sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang secara prospektif dengan mengikuti perkembangan pasien dari segi terapi serta perkembangan kondisi klinis pasien dan didapatkan 23 pasien PPOK.
Hasil penelitian menunjukkan distribusi jenis kelamin yaitu 65% pasien Ali-laki dan 35% perempuan dengan rentang usia 60-76 tahun 78% dan 50-60 tahun 22% sedangkan faktor resiko PPOK yaitu 52% merokok dan 48% tidak diketahui. Manifestasi gejala utama berupa sesak dan batuk, data analsis gas darah (pCO2>50 mmHg dan pO2<50 mmHg) menunjukkan respiratory failure, hemoglobin (>16 gr/dl) , dan hematokrit (>55%).
Untuk penggunaan obat yaitu bronkodilator golongan β2 agonis ( salbutamol, fenoterol HBr, procaterol HC1) diberikan pada 95% pasien, antikolinergik (Ipratropium bromida) 91% pasien, dan metilxantin (aminofilin) 60 % pasien. Untuk kortikosteroid (Metil prednisolon, dexametason, dan bedusonide) merupakan tambahan khusus pada keadaan akut ekserbasi dan diberikan pada 70% pasien. Antibiotik golongan spektrum luas utamanya sefalosporin (sefotasim dan seftriazone) diberikan pada 91% pasien, kuinolon (le fofloksasilin dan siprofloksasilin) 60% pasien, dan makrolid (azitromisin dan eritromisin ) 30% pasien merupakan antibiotik utama untuk terapi infeksi pada PPOK sedangkan antibiotik yang tak sesuai panduan golongan aminoglikosida 34% pasien. Terapi untuk mengatasi komplikasi PPOK meliputi diuretik (furosemid dan/atau spironolakton) 39% pasien, ACEI (lisinopril dan kaptopril) 48%, dan ekspektoran-mukolitik (bromhexin, GG, amboxol, dan erdostein) pada 83 % pasien
Dari hasil penelitian menunjukkan kompleknya penggunaan obat pada PPOK baik dari aspek jenis, banyaknya produk, penggunaan inhaler, efek samping obat, dan pemilihan antibiotik maka peran famasis sangat diperlukan dalam tim untuk memberikan edukasi informasi ke pasien dan juga informasi produk-produk obat serta aturan dosis pada klinisi terkait data laboratorik individu pasien. Selain itu kompleksnya penggunaan obat di rumah sakit diantaranya PPOK memberikan gambaran nyata perlunya peran farmasis dalam Health Care system dan sebaiknya segera untuk direalisasikan adanya farmasis ruangan dalam upaya peningkatan kesehatan dan kualitas hidup pasien PPOK.
Item Type: |
Thesis
(Skripsi)
|
Additional Information: |
KKB KK -2 FF 107/07 Sya s |
Uncontrolled Keywords: |
DRUG UTILIZATION; TUBERCOLUSIS PULMONARY |
Subjects: |
R Medicine |
Divisions: |
05. Fakultas Farmasi |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
ERWIN FIRMAN SYAIFUDIN, 050212501 | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | SITI SJAMSIAH, Prof. Dr. Hj. .,Apt. | UNSPECIFIED | Thesis advisor | BAMBANG S Z, S.Si.,M.Clin.Pharm. | UNSPECIFIED | Thesis advisor | SANTOSO, Dra. Apt. | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Nn Deby Felnia
|
Date Deposited: |
08 May 2007 12:00 |
Last Modified: |
07 Jun 2017 17:34 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10511 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |