GUSTIN WAHYU DIYANTI, 050212605 (2007) STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA: Penelitian Dilakukan pada Pasien Rawat Inap di Ruang Penyakit Tropik lnfeksi Pria dan Wanita RSU Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s1-2007-diyantigus-4467-ff8007-k.pdf Download (392kB)
Preview	Text (FULLTEXT) gdlhub-gdl-s1-2007-diyantigus-4467-ff8007.pdf Download (1MB) | Preview

Abstract

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan atau inflamasi pada daerah usus, yang disebabkan karena infeksi virus, bakteri, atau parasit, terutama ditandai dengan gejala-gejala: diare, mual, muntah, anoreksia, dan rasa tidak enak pada daerah perut (Anonim, 2005). Penanganan terhadap kasus gastroenteritis dapat dibagi menjadi dua yaitu: yang pertama melalui terapi suportif yang meliputi penggantian cairan tubuh dan menghilangkan gejala yang timbul, yang kedua dengan terapi kausatif dengan menggunakan antibiotik yang bertujuan untuk menghilangkan kuman penyebab. Terapi antibiotik hanya boleh diberikan jika ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan, atau jika ditemukan darah/leukosit pada pemeriksaan makroskopik dan atau mikroskopik feses. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara data laboratorium dan data klinik dengan terapi yang diberikan; pola penggunaan antibiotik pada pasien gastroenteritis dewasa di Ruang Penyakit Tropik Infeksi Pria dan Wanita. RSU Dr. Soetomo Surabaya. Pola penggunaan antibiotik mengenai jenis, rute, dosis, dan lama rata-rata penggunaan antibiotik selama berada di rumah sakit. Selain itu juga ingin diketahui kemungkinan terjadinya Drug Related Problems (DRPs) pada pasien selama berada di rumah sakit. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan mengambil dan mengumpulkan data dari Dokumen Medik Kesehatan (DMK) pasien gastroenteritis dewasa yang KRS selama periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni 2005. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian antibiotik pada pasien gastroenteritis masih bersifat empirik, hanya 6,8% dari seluruh sampel penelitian yang melakukan pemeriksaan mikroskopik feses, dan hanya ada 3 pasien yang melakukan kultur mikrobiologi. Antibiotik yang paling banyak digunakan pada pasien gastroenteritis dewasa adalah kotrimoksazol PO dengan dosis 960 mg tiap 12 jam. Antibiotik lain yang digunakan antara lain; siprofloksasin, seftriakson, sefotaksim, seftazidim, metronidazol, tetrasiklin, amoksilin, dan ampisilin. Ada beberapa pasien mendapat terapi dengan antibiotik kombinasi yaitu: kotrimoksazol, kotrimoksazol + metronidazol, kotrimoksazol + seftazidim, siprofloksasin + seftazidim, dan metronidazol + seftriakson. Kategori DRP yang terjadi antara lain; tidak memerlukan terapi obat/antibiotik, salah obat, dosis terlalu rendah/terlalu tinggi, serta ketidakpatuhan. Dan hasil penelitian ini disarankan agar selalu dilakukan pemeriksaan mikroskopik feses pada pasien gastroenteritis untuk lebih memastikan perlu atau tidaknya diberikan terapi antibiotik dan perlu penelitian yang sama secara prospektif untuk mendapatkan hasil penelitian yang seksama.

Actions (login required)

View Item