DANING IRAWATI, 050212503
(2007)
EFEKTIFITAS ANTAGONIS DOPAMIN DALAM MENURUNKAN GEJALA WITHDRAWAL PADA MENCIT DENGAN KETERGANTUNGAN MORFIN.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Penyalahgunaan obat adalah penggunaan obat bukan untuk tujuan medis/pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya. Berdasarkan laporan United Nation Office On Drug And ('rime (ODC) pada tahun 2002, sekitar 185 juta orang atau 3,1% dari total populasi penduduk dunia menggunakan obat-obat terlarang, dimana 2,8% dari jumlah tersebut merupakan penyalahgunaan opioid. Penyalahgunaan obat bisa memiliki dampak yang membahayakan bagi
pengguna maupun bagi masyarakat. Bahaya penyalahgunaan obat bagi pengguna dapat berupa gangguan fisik maupun psikologi yang diawali dengan adanya ketergantungan terhadap obat atau bahan yang digunakan. Diantara berbagai jenis opioid, morfin merupakan prototipe dari golongan opioid yang prevalensi penyalahgunaannya tinggi. Pemakaian morfin jangka panjang dapat menimbulkan ketergantungan baik secara fisik maupun psikis. Apabila dalam keadaan ketergantungan tersebut tidak diberikan morfin maka akan menimbulkan gejala¬-gejala yang dikenal dengan withdrawal. Gejala ini juga akan muncul apabila diberikan antagonis reseptor dimana morfin berikatan seperti nalokson, nalorfin, naltrekson atau levalorfan.
Sampai saat ini mekanisme terjadinya ketergantungan akibat penggunaan morfin masih belum jelas. Beberapa penelitian melaporkan adanya keterlibatan sistem dopamin mesolimbik dalam ketergantungan obat. Pada sistem ini neuron dopamin mengalami stimulasi melalui reseptor opioid µ pada interneuron GABA di Ventral Tegmental Area (VTA). Stimulasi tersebut menyebabkan peningkatan kadar dopamin pada saraf dopaminergik di Nucleus Accumbens (NAC), amigdala dan korteks prefrontal. Peningkatan neurotransmiter ini memegang peranan dalam efek rewarding dan reinforce morfin.
Berdasarkan mekanisme tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antagonis dopamin dalam menurunkan gejala withdrawal pada mencit yang mengalami ketergantungan morfin. Dimana antagonis dopamin yang digunakan adalah Haloperidol dan CPZ yang memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin. Pemberian antagonis dopamin akan menurunkan intensitas ikatan dopamin endogen pada reseptornya, sehingga gejala fisik dan psikis yang timbul pada keadaan withdrawal dapat diturunkan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan hewan coba mencit yang dibuat mengalami ketergantungan morfin dengan memberikan morfin 2 kali sehari selama 8 hari dengan dosis yang meningkat. Gejala withdrawal dipercepat dengan pemberian 12 mg/kg nalokson. Hasilnya pada kelompok yang mendapat morfin kronik mengalami peningkatan aktivitas locomotion, jumping dan rearing dengan derajat kepercayaan berturut-turut 0,025; 0,027 dan 0,026.
Pra perlakuan antagonis dopamin haloperidol dan CPZ yang diberikan 2 kali selama 7 hari dapat menurunkan gejala withdrawal jumping dan rearing. Penurunan gejala withdrawal yang disebabkan oleh haloperidol dan CPZ pada dasarnya sama, walaupun terdapat perbedaan pada gejala penurunan berat badan I jam setelah pemberian nalokson. Dari penelitian tersebut menujukkan bahwa antagonis dopamin dapat menurunkan sebagian gejala withdrawal yang diinduksi oleh nalokson.
Item Type: |
Thesis
(Skripsi)
|
Additional Information: |
KKB KK-2 FF 137/07 Ira e |
Uncontrolled Keywords: |
DOPAMIN |
Subjects: |
R Medicine > RS Pharmacy and materia medica |
Divisions: |
05. Fakultas Farmasi |
Creators: |
Creators | NIM |
---|
DANING IRAWATI, 050212503 | UNSPECIFIED |
|
Contributors: |
Contribution | Name | NIDN / NIDK |
---|
Thesis advisor | Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt. | UNSPECIFIED | Thesis advisor | TOETIK ARYANI, Dra. M.Si. | UNSPECIFIED |
|
Depositing User: |
Nn Deby Felnia
|
Date Deposited: |
07 May 2007 12:00 |
Last Modified: |
07 Jun 2017 20:57 |
URI: |
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10639 |
Sosial Share: |
|
|
|
Actions (login required)
|
View Item |