IMELDA, 050312717 (2007) STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA KASUS BEDAH APENDIKS :IRNA BEDAH RSU DR SOETOMO SURABAYA. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2009-imelda-8791-ff3808.pdf Download (305kB) | Preview |
|
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2009-imelda-8791-ff3808.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Apendisitis merupakan penyebab utama dari kondisi abdomen akut yang setidaknya dialami oleh 10% dari populasi . Apendisitis dapat disebabkan oleh adanya sumbatan lumen apendiks akibat fekalit (tinja yang membantu), tumor apendiks, cacing askaris, serta hiperplasia jaringan limfoid. Apendisitis diklasifikasikan menjadi apendisitis akut dan kronik. Apendisitis akut sendiri diklasifikasikan lagi menjadi tiga jenis yaitu simple appendicitis, apendisitis gangrenosa, dan apendisitis perforata. Penanganan apendisitis meliputi tindakan operasi yaitu apendektomi dan terapi obat. Terapi obat pada apendisitis terutama adalah antibiotik. Pada apendektomi yang melibatkan pembukaan usus bagian bawah, diperlukan pemberian antibiotika profilaksis pre-operasi untuk mencegah infeksi luka operasi yang merupakan komplikasi utama dari apendektomi. Kemudiaan, bila saat operasi ditemukan perforasi maka pemberian antibiotik akan diperpanjang sebagai terapi. Mengingat eratnya kaitan penggunaan antibiotika dengan bedah apendiks maka dilakukan penelitian tentang penggunaan antibiotika pada kasus Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan DMK (Dokumen Medik Kesehatan) pasien bedah apendiks bagian IRNA Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya sebagai bahan penelitian. Populasi penelitian adalah DMK seluruh pasien dengan diagnosa apendisitis dan dilakukan apendektomi di RSU Dr. Soetomo Surabaya. Sampel penelitian adalah DMK seluruh pasien dengan diagnosa apendisitis di RSU Dr. Soetomo Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dalam jangka waktu satu tahun yaitu mulai tanggal MRS antara 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2006, diikuti sampai tanggal KRS dengan menggunakan metode time limited. Pada penelitian ini, sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 101 DMK. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah pasien bedah apendiks yang terbanyak adalah pada rentang usia 17-64 tahun, yaitu sebesar 82,18% dengan kejadian yang paling banyak terjadi adalah apendisitis akut tanpa penyulit (simple appendicitis) (54,46% ). Rasio insiden apendisitis pada penelitian ini hampir sama antara laki-laki dan perempuan yaitu 1,1:1. Jenis pembedahan yang dilakukan pada pasien bedah apendiks adalah 98,02% apendektomi terbuka, dengan 3,96% disertai operasi tambahan omentektomi dan 0,99% histerektomi, dan 1,98% apendektomi laparoskopik. Jenis antibiotika profilaksis yang digunakan dalam bedah apendiks adalah golongan sefalosporin yaitu seftriakson (20,79%), sefazolin (16,83%), sefuroksim (10,89%), dan sefotaksim (9,9%). Selain itu, juga digunakan antibiotika profilaksis kombinasi yaitu sefazolin / metronidazol (0,99%), sefuroksim / metronidazol (0,99%) dan seftriakson / metronidazol (0,99%). Antibiotika terapi yang paling banyak digunakan adalah seftriakson / metronidazol (12,73%), sefotaksim / metronidazol (9,09%) dan amoksisilin / asam klavulanat (3,64%). Penggunaan antibiotika pada penelitian ini telah sesuai dengan guideline (ASHP) dan pedoman penggunaan antibiotika profilaksis di bidang bedah (Bagian/SMF Ilmu bedah RSU Dr. Soetomo) dimana direkomendasikan penggunaan sefalosporin pada pasien apendisitis. Dalam penelitian ini didapatkan penggunaan obat tanpa indikasi, yaitu penggunaan antibiotika per-oral pada 48,37% pasien apendisitis tanpa penyulit. Selain itu juga didapatkan penggantian antibiotika yang kurang tepat pada 10,89% pasien dimana antibiotika yang diberikan berbeda setiap harinya. Keberhasilan terapi antibiotika pada penelitian ini terlihat dari data luka operasi pasien yang menunjukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi dan data klinik pasien yang menunjukkan perbaikan kondisi pasien. Berdasarkan hasil penelitian, hal-hal yang perlu menjadi masukan adalah hendaknya ditinjau kembali mengenai penggunaan antibiotika per-oral pada pasien apendisitis tanpa penyulit, dan penggantian antibiotika pada pasien yang kurang tepat. Karena kurang lengkapnya data dalam DMK, disarankan dilakukannya penelitian lanjutan secara prospektif.
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | KKB KK-2 FF 38/08 Ime s | ||||||||||||
Uncontrolled Keywords: | ANTIBIOTICS-ANALYSIS; APPENDECTOMY | ||||||||||||
Subjects: | R Medicine > RC Internal medicine R Medicine > RD Surgery R Medicine > RS Pharmacy and materia medica > RS200-201 Pharmaceutical dosage forms |
||||||||||||
Divisions: | 05. Fakultas Farmasi | ||||||||||||
Creators: |
|
||||||||||||
Contributors: |
|
||||||||||||
Depositing User: | Nn Deby Felnia | ||||||||||||
Date Deposited: | 03 Feb 2009 12:00 | ||||||||||||
Last Modified: | 08 Jun 2017 20:25 | ||||||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/10699 | ||||||||||||
Sosial Share: | |||||||||||||
Actions (login required)
View Item |