Produktivitas Industri Manufaktur di Indonesia : Studi Produktivitas Eksportir dan Non-Eksportir

Rudi Purwono, Dr (2019) Produktivitas Industri Manufaktur di Indonesia : Studi Produktivitas Eksportir dan Non-Eksportir. In: Bunga Rampai Rekomendasi Kebijakan, Forum Ekonomi Kementerian KeuanganTahun 2019. Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan, Jakarta, indonesia, pp. 209-234. ISBN 978-602-53083-7-6

[img] Text (Artikel)
Rudi P_ Artikel703_Produktivitas Industri.pdf

Download (2MB)
[img] Text (Peer Review)
Rudi Purwono_Peer Review703.pdf

Download (1MB)

Abstract

Dalam teori perdagangan internasional, aktivitas ekspor dapat dikaitkan dengan adanya learning by exporting dan self selection. Industri yang melakukan ekspor memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibanding dengan industri yang tidak melakukan ekspor. Hal ini sejalan dengan penelitian Van Biesebroeck (2003) di Afrika dan Kawasan Sub-Sahara yang menyimpulkan bahwa industri yang mengekspor memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana tingkat produktivitas industri manufaktur di Indonesia, dengan membandingkan produktivitas eksportir dan non-eksportir. Fluktuasi pertumbuhan nilai ekspor di Indonesia mengindikasikan kemungkinan adanya permasalahan pada industri manufaktur. Penelitian ini menjelaskan mengenai: Pertama, bagaimana pertumbuhan produktivitas industri manufaktur yang eksportir dan non-eksportir di Indonesia. Kedua, menghitung Total Factor Productivity (TFP) dengan menggunakan Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk mengetahui dekomposisi TFP industri manufaktur. Ketiga, bagaimana karakteristik produktivitas industri manufaktur yang masuk-keluar pasar ekspor (switcher). Data yang digunakan adalah data survei industri manufaktur menengah dan besar pada tahun 2009-2015. Hasilnya adalah, TFP industri manufaktur yang eksportir dan industri manufaktur yang masuk-keluar pasar ekspor (switcher) lebih tinggi jika dibandingkan dengan industri manufaktur yang hanya menjual produknya di pasar domestik. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa industri manufaktur di Indonesia yang masuk-keluar pasar ekspor (switcher) cukup besar, jika dibandingkan dengan industri manufaktur yang konsisten melakukan ekspor. Secara efisiensi, industri manufaktur yang switcher lebih efisien jika dibandingkan industri manufaktur eksportir. Permintaan pasar luar negeri dan biaya mungkin yang menyebabkan industri manufaktur lebih memilih untuk masuk-keluar pasar ekspor. Indonesia mengalami defisit neraca transaksi berjalan sejak tahun 2014. Industri manufaktur merupakan industri yang potensial, di mana ekspornya dalam kategori non-migas masih mengalami pertumbuhan dan neraca perdagangannya surplus. Pengembangan industri orientasi ekspor dapat difokuskan juga pada pengembangan industri manufaktur yang masuk-keluar pasar ekspor. Diperlukan kajian ke depan yang lebih mendalam mengenai industri manufaktur dengan karakteristik ini. Sehingga dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan transaksi berjalan di Indonesia.

Item Type: Book Section
Subjects: H Social Sciences
H Social Sciences > HB Economic Theory
Divisions: 04. Fakultas Ekonomi dan Bisnis > Ekonomi Pembangunan
Creators:
CreatorsNIM
Rudi Purwono, DrUNSPECIFIED
Depositing User: Tn Sugeng Riyanto
Date Deposited: 05 Mar 2022 11:38
Last Modified: 05 Mar 2022 11:38
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/113942
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item