Strategi Kesantunan Respon Terhadap Kritik Dalam Masyarakat Budaya Jawa Mataraman: Kajian Sosiopragmatik

Edy Jauhari, - and Dwi Purnanto, - and Miftah Nugroho, - (2018) Strategi Kesantunan Respon Terhadap Kritik Dalam Masyarakat Budaya Jawa Mataraman: Kajian Sosiopragmatik. Laporan Penelitian. FAKULTAS ILMU BUDAYA. (Unpublished)

[img] Text (LAPORAN PENELITIAN)
2022_03_18_08_22_59.pdf

Download (5MB)
Official URL: http://www.lib.unair.ac.id

Abstract

Kritik dan respon terhadap kritik merupakan dua jenis tindakan linguistik yang salingberhubungan. Kritik membutuhkan respon dan respon terhadap kritik diekspresikan untukmemberikan reaksi atas kritik. Dilihat dari sisi ancamannya, kritik jelas rawan mengancarnmuka (face threatening act). Mengapa demikian, karena kritik salalu diekspresikan dengan cara memberikan evaluasi negatif (negative evaluation) atau penilaian buruk terhadap perilaku atau perbuatan orang yang menjadi sasaran kritik (Mulac et.al, 2000; Nguyen, 2005; Hoang Thi Xuang Hoa, 2007; MIN Shang-chao, 2008;). Jadi, melakukan kritik sesungguhnya adalah memberikan evaluasi negatif atau memberikan penilaian buruk atas perilaku atauperbuatan orang yang menjadi sasaran kritik (penerima kritik). Memberikan penilaian negative berarti pelaku kritik tidak menghargai perilaku penerirna kritik. Sikap tidak menghargai inilah yang kemudian menjadi pemicu terancamnya muka penerima kritik. Akan tetapi, sesungguhnya, tidak hanya muka penerima kritik yang rawan terancam (tercoreng). Muka pelaku kritik pun bisa rawan terancam sebab kritik bisa saja menjadisenjata makan tuan. Kritik bisa saja akan "menampar balik" muka pelaku kritik, khususnyaapabila penerirna kritik ternyata memberikan reaksi atau respon negatif terhadap kritik.Memberikan respon negatif berarti penerima kritik menolak kritik. Menolak kritik berartipenerima kritik tidak menghargai pelaku kritik. Menolak kritik bisa saja dilakukan dengantajam sebagaimana tajamnya kritik. Oleh karena itu, muka pelaku kritik pun bisa terancamatau tercoreng sebagaimana halnya muka penerima kritik. Dalam artikel ini orang yang melakukan kritik disebut Pelaku Kritik (PK), sedangkan orang yang menerima kritik atau menjadi sasaran kritik dan kemudian memberikan respon atas kritik disebut Penanggap Kritik (PnK). Karena yang rawan terancam tidak hanya muka PnK (akibat kritik), tetapi juga mukaPK (akibat respon negatif), maka dalam sebuah komunikasi tidak hanya PK yang dituntut harus menjaga muka atau melindungi muka PnK. PnK pun dituntut melakukan hal yang sama, yakni melindungi muka PK. Oleh karena itu, respon terhadap kritik juga harusdiekspresikan dengan hati-hati. PnK harus mampu menggunakan strategi kesantunan respon secara tepat, sesuai dengan konteksnya dan sesuai dengan nilai-nilai sosiobudaya yang berlaku. Di samping itu, PnK juga dituntut harus mampu menggunakan modifier-modifier yang sesuai agar kadar kekerasan respon bisa berkurang beberapa derajad. Jika hal ini diabaikan, maka respon terhadap krltik bisa terasa sangat menyengat dan rawan mengancam muka. Bisa dibayangkan apa yang terjadi bila PK dan PnK saling membiarkan rnuka mereka terancam. Barangkali yang terjadi adalah ketegangan atau bahkan konflik di antara PK dan PnK. Kajian mengenai tindak tutur mengkritik sudah pernah dilakukan oleh sejumlah ahli dari berbagai negara. Mereka itu adalah Tracy, et.al. (1987), Tracy dan Eissenberg (1990), Wajnryb (1993), Gunarwan (1996), Toplak dan Katz (2000), Nguyen (2005), Hoang Thi Xuang Hoa (2007), dan Farnia & Hiba Qusay Abdul Sattar (2015). Akan tetapi, kajian mengenai tindak tutur respon terhadap kritik belum banyak dilakukan oleh para ahli. Oleh karena itu, kajian ini akan difokuskan pada tindak tutur respon terhadap kritik. Masyarakat yang menjadi sasaran kajian adalah masyarakat budaya Jawa (salah satu suku yang ada di Indonesia). Setting kajian dikhususkan pada setting perkantoran, khususnya kantor pemerintah. Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah (a) menjelaskan bentuk- bentuk criticisrn response dalam masyarakat budaya Jawa Mataraman, (b) menjelaskan kecenderungan bentuk respon yang secara kultural terjadi dalarn tnasyarakat budaya Jawa mataraman, dan (c) menjelaskan formula semantik yang digunakan untuk mengekspresikan criticism response. Data dikumpulkan dengan metode Discouse Completion Task. Hasil analisis data menunjukkan bahwa respon terhadap kritik dalam masyarakat budaya Jawa Mataraman dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu (a) total acceptance), (b) total resistance), dan (c) partial resistance/ acceptance. Akan tetapi, karena makna kritik dallam masyarakat budaya Jawa Mataraman tengah rnengalatril proses peyorasi, maka respon terhadap kritik yang paling umum digunakan adalah respon yang berbentuk totai acceptance. Setiap jenis respon, baik yang berbentuk totai acceptance, total resistance, maupun patial acceptanceiresbtance selalu dikespresikan dengan formula semantik tertentu. Formula semantik yang digunakan untuk mengekspresikan tiap-tiap bentuk respon tersebut bisa bermacam-macam. Walaupun demikian, formula semantik biasanya dapat menjadi penanda apakah sebuah respon itu berbentuk totall acceptance, total resistance, atau patial acceptanceiresistance. Dengan kata lain, bentuk respon bisa dipaharni dari formula semantik yang digunakan. Respon terhadap kritik yang berbentuk total acceptance datam masyarakat budaya Jawa Mataraman pada umumnya diekspresikan dengan formula semantik (a) agreement, (b) prornise of repair, dan (c) asking for advice. Formula sernantik respon yang berbentuk total resistance. Sementara itu, resport yang berbentuk total resistance pada umumnya diekspresikan dengan formula semantik (a) disagreement, (b) retum of criticism, (c) jugification, dan (d) seeking evidence. Berikutnya, respon yang berbentuk partiat acceptance/resistance pada umumnya diekpresikan dengan menggabungkan dua jensi formula semantik yang berbeda. Yang pertarna berupa justifikasi, yakni membenarkan kritik C pada bagian tertentu dan yang kedua berupa resistensi, yakni menolak kritik C pada bagian yang lainnya. Antara justifikasi dan resistensi ini biasanya dipertentangkan dengan kata penghubung tetapi atau namun. iv

Item Type: Monograph (Laporan Penelitian)
Additional Information: KKB KK-2 LP. 69/1 Jau s
Uncontrolled Keywords: kesantunan Respon, Budaya Jawa Mataraman, Kajian Sosiopragmatik
Subjects: P Language and Literature
Divisions: 12. Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Indonesia
Creators:
CreatorsNIM
Edy Jauhari, -NIDN0010016306
Dwi Purnanto, -NIDN0011116108
Miftah Nugroho, -NIDN0025077703
Depositing User: Mrs Amalia Tri
Date Deposited: 08 Apr 2022 04:47
Last Modified: 08 Apr 2022 04:47
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/114702
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item