Mitos Tradisional Geisha: Representasi Perempuan Penghibur Jepang dalam Novel Yukigumi, Memoar of Geisha dan Kembang Jepun

Syahrur Marta D, - and Ida Nurul Chasanah, - and Eli Rostinah, - (2005) Mitos Tradisional Geisha: Representasi Perempuan Penghibur Jepang dalam Novel Yukigumi, Memoar of Geisha dan Kembang Jepun. Laporan Penelitian. UNIVERSITAS AIRLANGGA, Surabaya.

[img] Text (LAPORAN PENELITIAN)
KKB LP.19-08 Dwi m.pdf

Download (4MB)
Official URL: http://www.lib.unair.ac.id

Abstract

Geisha, sebagai salah satu simbal budaya tradisional Jepang yang eksotis telah banyak di eksplorasi dalam berbagai media representasi scperti: sastra, cinematografi maupun dalam bentuk produk budaya material seperti, fashion. Selain menjadi simbol tradisionalisme dari sebuah komunitas bangsa, secara khusus Geisha juga telah menjadi representasi dari perempuan yang menjadi atribut dari dominasi budaya tradisonal yang patriarkis. Bahkan penyajian ataupun pemunculan atmosfer tradisionalisme Jepang melalui Geisha akan identik dengan sasok berbaju berkimono, bersanggul, bermake-up tebal dan berperilaku pendiam dan lemah lembut dihadapan pria. Lebih parah lagi, reduksi makna Geisha menjadi sekadar pelacur ala Jepang yang keberadaannya sebagai pemuas nafsu laki-Iaki, sudah persepsi umum yang banyak dianut oleh komunitas dunia, termasuk Indonesia. Stigma dan stereotype ini masih berlanjut dan melekat sampai sekarang ini sebagai sebuah pemahaman komunal masyarakat terhadap simbol budaya tersebut. Stigma-stigma dan mitos tradisional tersebut diatas yang masih kuat menyertainya dalam karya-karya sastra modern, baik di Jepang sendiri maupun negara lain, meskipun pemaknaan terhadap figur Geisha mengalami deversifikasi dan keragaman, setelah mengalami proses transformasi bahasa dan budaya. Yukiguni (Kawabala Yasunari), Kembang Jepun (Remy Silado) dan Memoar of Geisha (Arthur Gordon) adalah novel-novel yang mencoba merepresentasikan Geisha dalam dunia kata-kata melalui konsep estetika budaya masing-masing. Ketiganya memakai penandaan yang sarna, yaitu kata Geisha, untuk menandai identitas tokoh ceritanya, akan tetapi perbedaan tampak dalam pengembangan karakter yang mempresentasikan oleh tokoh Geisha dalam masing-masing novel itu sendiri. Dengan menggunakan metode pendekatan representasi konstruktif yang memperhatikan fungsi kebahasaan dalam membangun suatu konsep kebudayaan dan meletakkan landasan pada teori-teori aliran New Historicism yang meletakkan aspek kesadaran manusia disamping sebab-sebab sejarah dari karya-karya sastra dan menghubungkan karya-karya sastra dengan berbagai fenomena budaya dalam satu periode dengan wilayah kajian ilmu lainnya dalam deskripsinya, penelitian ini mencoba menjelaskan, mengungkap dan menarik hubungan antara representasi Geisha dalam karya sastra yang berbeda latar budaya dengan mitos-mitos dasar yang memproduksinya, serta sebab-sebab yang menyertainya. Dari hasil analisis yang dilakukan, perbedaan konsepsi dasar tentang Geisha yang disebabkan oleh adanya rentangan budaya, kesejarahan dan proses penciptaan yang melibatkan tokoh-tokoh nyata menyebabkan representasi yang beragam dalam mempresentasikan Geisha. Keberadaan pengarang laki-laki sebagai pencipta karya sastra itu sendiri juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketiga novel tersebut masih bertumpu pada tokoh wanita dan mengekalkan Geisha sebagai objek seksualitas dunia laki-laki dalam representasi sastranya.

Item Type: Monograph (Laporan Penelitian)
Additional Information: KKB LP. 19-08 Dwi m
Uncontrolled Keywords: Geisha, Representasi Perempuan, Jepang
Subjects: P Language and Literature
Divisions: 12. Fakultas Ilmu Budaya > Sastra Inggris
Creators:
CreatorsNIM
Syahrur Marta D, --
Ida Nurul Chasanah, --
Eli Rostinah, --
Depositing User: S.Sos. Sukma Kartikasari
Date Deposited: 14 Apr 2022 03:55
Last Modified: 14 Apr 2022 03:55
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/115323
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item