MELISA, 030516169 (2009) KEABSAHAN PERJANJIAN ASURANSI JIWA TERKAIT PELAKSANAAN UTMOST GOOD FAITH (Studi di Perusahaan Asuransi Jiwa AJB Bumiputera 1912). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s1-2009-melisa-10674-fh132m-k.pdf Download (368kB) | Preview
	Text (FULL TEXT) gdlhub-gdl-s1-2009-melisa-9978-fh13209.pdf Restricted to Registered users only Download (667kB) | Request a copy

Abstract

Perjanjian asuransi jiwa bersifat konsensuil, artinya secara hukum suatu perjanjian asuransi antara penanggung dan tertanggung sudah dianggap terbentuk sejak tercapainya kata sepakat atau konsensus. Sifat konsensuil dari perjanjian asuransi ini disimpulkan dari ketentuan Pasal 257 ayat (1) KUHD. Meskipun polis belum terbentuk saat pembentukan perjanjian asuransi namun perjanjian tersebut tetap sah. Utmost Good Faith yang diatur dalam Pasal 251 KUHD, apabila tidak dilaksanakan tidak mengakibatkan perjanjian asuransi batal tetapi dapat dipakai alasan untuk membatalkan perjanjian asuransi tersebut yaitu apabila mempunyai arti penting bagi penanggung, artinya bila penanggung mengetahui keterangan yang disembunyikan tersebut sebelum perjanjian ditutup, penanggung tidak akan menyetujui perjanjian asuransi ditutup dengan syarat-syarat yang sama. Penanggung dapat memakai hal tersebut untuk tidak membayar ganti rugi. Kewajiban membayar ganti rugi timbul apabila suatu peristiwa tidak pasti yaitu meninggalnya tertanggung terjadi. Apabila setelah pembayaran ganti rugi kemudian diketahui bahwa tertanggung tidak beritikad baik dimana dalam Hukum Perdata hal tersebut sama dengan penipuan, maka secara hukum timbul hak gugat penanggung untuk menggugat tertanggung dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Tidak beritikad baik tersebut antara lain penyembunyian keterangan-keterangan yang diperlukan oleh penanggung yang seharusnya dilakukan oleh tertanggung sesuai dengan Pasal 251 KUHD.

Actions (login required)

View Item