Priyo Hadi and Bagoes Soebadi (2018) Validitas deteksi mycobacterium tuberculosis pada mukosa rongga mulut pasien Tuberkulosis paru. Laporan Penelitian. Universitas Airlangga, Surabaya. (Unpublished)

Text KKA LP.08-19 HAD V.pdf Download (8MB)

Abstract

Tuberkulosis sebagai salah satu penyakit infeksi mematikan di dunia memberikan dampak cukup besar pada negara berkembang, sebagai mana di kemukakan oleh WHO bahwa pada tahun 2015 diperkirakan insidensi Tuberkulosis baru mencapai 10,4 juta dan kematian dari 1,8 juta jiwa. Enam Negara yang menghasilkan 60% kasus tuberkulosisantara lain adalah India, Indonesia. Cina, Nigeria, Pakistan. dan Afrika Selatan. Upaya pengendalian tuberkulosis adalah strategi TB DOTS ( tuberkolosis directly observed treatment of course) yang telah diterapkan di banyak negara sejak tahun 1995, termasuk Indonesia. Salah satu pilar strategi tersebut adalah integrasi layanan TB yang berpusat pada pasien dan pencegahan TB yang termasuk di dalamnya adalah diagnosis TB sedini mungkin. Pemeriksaan bakteriologi untuk mengidentifikasi mycobacterium tuberculosis sangat penting dalam penegakan diagnosis tuberkulosis. Pemeriksaan kultur sebagai baku emas diagnosis memerlukan waktu lama sehingga memperlambat penegakan diagnosis dan pencapaian strategi pengendalian infeksi. Metode diagnosis tuberkulosis yang hingga kini digunakan selama 15 tahun implementasi dan ekspansi program strategi TB DOTS adalah pemeriksaan BTA (basil tahan asam) pada direct Smear sputum. Namun uji ini memiliki sensitifitas yang berkisar antara 20-60%.

Actions (login required)

View Item