Faidur Rochman, - and H.J. Mukono, - and Philip Kristanto, - (2009) Peningkatan Kadar Metil Ester Asam Lemak Dalam Biosolar Untuk Mengurangi Ketergantungan Pada Minyak Bumi. Laporan Penelitian. Universitas Airlangga. (Unpublished)

Text (FULLTEXT) 2022_03_28_11_34_43.pdf Download (2MB)

Abstract

Pertamina sebagai produsen tunggal biosolar di Indonesia, hanya mampu menghasilkan biosolar dengan kadar FAME (Fatty Acid Methyl Ester) 5%. Hal ini masih belum menyelesalkan masalah krisis energi secara signifikan. Upaya peninglcatan komposisi BIOSOLAR yang dengan kadar metilester minyak nabati yang cukup besar (-- 50%), akan mengurangi ketergantungan minyak fosil yang tak terbanikan, dapat didiversifikasi dengan minyak nabati yang terbarukan secara lebih signifikan. Biofuel yang popular dengan nama Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah bahan bakar berbasis tanaman yang tergolong dalam bahan bakar terbarukan serta ramah lingkungan. Minyak nabati, terkandung deret homolog asam lemak yang bervariasi. Panjang rantai hidrokarbon dalam asam lemak tersebut juga mempengaruhi titik nyala dari BBN. Makin panjang ranrai hidrokarbon, makin tinggi titik nyalanya. Dengan melakukan frkasinasi metilester asam lemak hasil transesterifilcasi, dapat dipisahkan fraksi asam lemak rantai panjang dan rantai pendek. Pengunaan metilester minyak nabati dengan kandung asam lemak ranti pendek, akan menurunIcan titik nyala dari BBN. Dengan demikian sangat dimungikinkan prosentase metilester dalam BBN dapat ditingkatkan lebih besar dari 5%. Untuk mencapai maksud tersebut dibuat 4 (empat) buah formulasi biosolar, kemudian masing-masing formulasi diuji (1) bilangan setana, (2) titik nyala , (3) viskositas kinematik dan (4) masa jenis. Dari keempat formulasi dipilih komposisi FAME tertinggi tetapi masih masuk dalam spesifikasi biosolar standar menurut SNI 04- 7182-2006.

Actions (login required)

View Item