Prevelensi Praktek Sunat Perempuan Dan Konstruksi Budaya Atas Seksualitas Perempuan di Madura

Rachmah Ida, - (2018) Prevelensi Praktek Sunat Perempuan Dan Konstruksi Budaya Atas Seksualitas Perempuan di Madura. Laporan Penelitian. UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA.

[img] Text
2022_03_17_14_48_49.pdf

Download (12MB)
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Studi ini mengungkap praktek sunat anak perempuan di Madura dengan melihat angka prevalensi sunat perempuan dan konstruksi sosial budaya masyarakat tentang sunat terhadap perempuan, tentama dari sudut pandang laki-laki remaja dan usia dewasa. Selain itu, pada penelitian ini juga menjabarkan mengenai upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah, tokoh masyarakat, ulama, dan petugas kesehatan terhadap penghentian praktek sunat perempuan di Madura, atau justru upaya untuk terus melanggengkan budaya tersebut. Penelitian ini juga membongkar konstruksi sosial dan budaya terhadap mitos-mitos seksualitas perempuan yang telah menjadi "tradisi" dan kepercayaan di antara etnis Madura, dengan menggunakan perspektif komunikasi gender. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa angka prevalensi sunat perempuan masih tinggi di Madura. Dalam penelitian ini, mekipun laki-laki tidak banyak tahu secara teknis pelaksanaan sunat perempuan, namun mereka mengaku mengetahui bahwa budaya sunat perempuan masih eksis dan perlu untuk dilakukan. Pelaksanaan praktek sunat perempuan yang masih tinggi dikarenakan masih kuatnya mitos dan kebiasaan masyarakat terkait persoalan seksualitas terhadap perempuan oleh laki-laki di Madura. Sampai pada saat ini, belum ada upaya dari aparat, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama untuk mengurangi budaya sunat terhadap perempuan di Madura. Justru sebaliknya, yang terjadi adalah tokoh agama dan tokoh masyarakat (sesepuh adat) terus melakukan reproduksi budaya, melanggengkan budaya sunat perempuan dengan cara terus menerus mengajarkan kepada anak keturunan mereka. Pelanggengan budaya sunat perempuan di Madura ini mayoritas dilakukan atas dasar ajaran agarna Islam, juga sebagai salah satu budaya lokal yang tidak ingin dihilangkan. Namun lain halnya dengan tenaga medis seperti bidan atau mantri yang biasanya menjadi tenaga penolong sunat perempuan. Karena secara kesehatan sunat perempuan justru akan memberikan dampak negatif yang lebih banyak untuk perempuan, maka tenaga kesehatan melakukan berbagai upaya untuk mengurangi budaya tersebut. Salah satunya adalah dengan memberikan penawaran terlebih dahulu kepada pasien, apakah akan disunat atau tidak. Tenaga kesehatan juga telah memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai dampak buruk dari sunat perempuan

Item Type: Monograph (Laporan Penelitian)
Subjects: H Social Sciences
Divisions: 07. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Komunikasi
Creators:
CreatorsNIM
Rachmah Ida, -UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
AuthorKacung Marijan, -UNSPECIFIED
AuthorSuko Widodo, -UNSPECIFIED
Depositing User: Agung BK
Date Deposited: 22 Apr 2022 03:05
Last Modified: 22 Apr 2022 03:05
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/115795
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item