Tuti Budirahayu, - (2002) Analisis Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di Tingkat Sekolah Dasar Dalam Upaya Mewujudkan Pengelolaan Sekolah Yang Otonom. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya. (Unpublished)

Text (Laporan Penelitian) KKB 306.432 BUD A.pdf Download (5MB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan: (1) bagaimana mekanisme pelaksanaan model Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang telah diterapkan di tingkat SL TP di beberapa sekolah di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik; (2) bentuk kerja sarna apa saja yang telah dilakukan oleh sekolah dengan masyarakat setempat, melalui komite sekolah, sebagai upaya mewujudkan pengelolaan sekolah yang mandiri dan pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan; (3) bagaimana mekanisme pendanaan yang telah ditetapkan oleh sekolah dan Komite Sekolah untuk menyelenggarakan segala aktivitas dan program belajar-mengajar di Sekolah; (4) apakah warga sekolah mendapat manfaat positif dengan diterapkannya program MPMBS. Tujuan penelitian ini adalah : (1) ingin mengetahui mekanisme pelaksanaan model manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) di beberapa SL TP yang telah terpilih untuk menjalankan program rintisan tersebut; (2) mengidentifikasi berbagai bentuk kerja sarna yang telah, sedang dan mungkin akan dilakukan oleh sekolah dengan masyarakat setempat; (3) ingin mengetahui mekanisme pendanaan yang telah ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah dalam menyelenggarakan segala aktivitas dan program belajar-mengajar di sekolah; (4) ingin mengetahui hal-hal positif apa saja yang telah didapat warga sekolah dengan diterapkannya program MPMBS. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan model MPMBS di tingkat SL TP dengan demikikan maka tipe penelitian ini adalah deskriptif, yaitu berupaya menggali dan menggambarkan berbagai hal atau informasi yang berkaitan, dengan pelaksanaan dan penerapan model pendidikan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Lokasi penelitian adalah di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik. Penetapan ketiga wilayah tersebut bersifat purposive dengan pertimbangan bahwa di tiga wilayah itu memiliki kekhasan atau karakteristik masyarakat yang berbeda (Surabaya sebagai Kota Besar atau metropolis, Sidoarjo sebagai kota industri yang sedang berkembang dan Gresik juga sebagai kota industri yang sedang berkembang namun nuansa pedesaannya masih terasa) sehingga variasi perbedaan tersebut dapat memperkaya khasanah temuan penelitian. Dari ketiga wilayah tersebut, diambil 9 sekolah sebagai subyek penelitian, yaitu: SLTP Negeri 30, 22, 17 dan 2 di Kota Surabaya, SL TP Negeri 1 Driyorejo dan SL TP Negeri 1 Manyar di Kabupaten Gresik, dan SL TP Negeri 1 Sidoarjo, SL TP Negeri 2 Wonoayu serta SL TP Negeri 1 Krian, di Kabupaten Sidoa~o. Kesembilan sekolah itu diambil sebagai subyek penelitian karena berdasarkan data yang oimiliki oleh Kantor Wilayah Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Tirnur, kesembilan sekolah tersebut telah ditunjuk untuk melaksanakan program rintisan MPMBS. Data diambil dengan menggunakan seperangkat daftar pertanyaan yang terstruktur dan bersifat terbuka. Sumber data adalah pimpinan sekolah dan beberapa orang guru yang dianggap berkompeten dalam menjelaskan kronologis dan mekanisme pelaksanaan MPMBS di sekolah masing-masing. Data dianalisis dengan mendeskripsikan selengkap mung kin berbagai informasi yang menjadi focus point penelitian ini. Dari hasil analisis dibuat kategorisasi dengan tujuan agar dapat diperoleh berbagai variasi karakteristik penerapan MPMBS di masing-masing sekolah yang menjadi subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) mekanisme pelaksanaan MPMBS di sembilan sekolah yang menjadi subyek penelitian dapat dikategorikan menjadi dua versi. Pertama, dengan mengajukan proposal tentang upaya peningkatan mutu sekolah ke Kantor Wilayah Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Timur, dan kedua, kepala sekolah atau wakilnya tidak mengajukan proposal tetapi merasa telah mengikuti penataran tentang pelaksanaan program MPMBS, sehingga secara otomatis mereka menganggap sekolahnya diikutkan oleh Diknas dalam program rintisan . MPMBS; (2) bent uk kerja sarna yang dilakukan komite sekolah dengan masing-masing sekolah cukup bervariasi, namun sebagian besar sekolah lebih banyak yang berinisiatif lebih dulu untuk meminta bantua dana dari pihak komite sekolah, terutama guna membangun sarana fisik sekolah (Iaboratorium, aula, musholla, dll), jadi dalam hal ini peran komite sekolah tak ubahnya seperti BP3. Meskipun ada beberapa sekolah yang memiliki komite sekolah yang cukup baik, tetapi peran komite sekolah masih banyak yang pasif dan nampak belum memiliki visi dan misi yang jelas tentang upaya pengembangan sekolah di masa yang akan datang; (3) Mekanisme pendanaan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di hampir semua sekolah yang menjadi subyek penelitian masih bergantung pada . subsidi pemerintah dan dana dari iuran orang tua siswa (BP3). Peran komite sekolah untuk untuk ikut membantu mengatur mekanisme pendanaan masih belum nampak, meskipun memang ada beberapa sekolah yang telah bekerja sarna dengan komite sekolahnya untuk mengatur pendanaan sekolah dan bahkan mep1buat unit-unit usaha yang dapat memberi pemasukan bagi sekolah (income generating); (4) Manfaat positif yang diperoleh sekolah dari pelaksanaan MPMBS cukup beragam, salah satunya muncul banyak inisiatif dan ide-ide kreatif dari para guru dan murid dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar di sekolah. Oleh karena program MPMBS ini baru dilakukan dalam kurun waktu dua tahun, maka memang banyak hal yang harus dibenahi dan dievaluasi pelaksanaannya agar untuk masa yang akan datang program ini dapat lebih efektif dan berdaya guna.

Actions (login required)

View Item