Pengembangan dan Uji Biodistribusi Kombinasi Obat Primakuin dan Klorokuin yang Dienkapsulasi dalam Stealth Liposome Guna Penanganan Infeksi Malaria Fase Hepatik

Andang Miatmoko, Ph.D., Apt. and Retno Sari, Dr., M.Sc., Apt. and Febri Annuryanti, M.Sc., Apt. and Esti Hendradi, M.Si., Ph.D., Apt. (2018) Pengembangan dan Uji Biodistribusi Kombinasi Obat Primakuin dan Klorokuin yang Dienkapsulasi dalam Stealth Liposome Guna Penanganan Infeksi Malaria Fase Hepatik. Laporan Penelitian. LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA. (Unpublished)

[img] Text (FULLTEXT)
LP 114-19 PEN.pdf

Download (9MB)
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Malaria merupakan penyakit endemik daerah sub-tropis dan tropis yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles sp. betina yang terinfeksi Plasmodium sp. Tahapan penyakit malaria sangat kompleks dan di antara tahapan tersebut, fase hepatik menjadi titik krusial. Sampai saat ini, terapi pengobatan untuk infeksi malaria fase hepatik masih terbatas pada penggunaan primakuin (PQ). Durasi pengobatan yang panjang serta derajat toksisitas obat yang tinggi membatasi efikasi pengobatan dengan menggunakan PQ. Hal ini menjadi hambatan terapi malaria secara efektif serta menyebabkan terjadinya resistensi obat pada terapi malaria. Terapi infeksi malaria yang komprehensif diusulkan melalui upaya penggunaan kombinasi PQ dan klorokuin (CQ), dimana CQ telah dilaporkan dapat meningkatkan efektifitas terapi PQ melalui hambatan metabolisme PQ yang menghasilkan perubahan profil farmakokinetik PQ dan penurunan efek toksiknya. Selain itu, penggunaan kombinasi PQ dan CQ dalam sediaan liposom juga dimaksudkan sebagai terapi ganda, dimana PQ ditujukan sebagai terapi untuk membunuh sporozoit dan hipnozoit Plasmodium sp. pada infeksi fase hepatik, sementara penggunaan CQ diharapkan dapat memberikan efek profilaksis terhadap kernungkinan terbentuknya merozoit yang dapat menyebabkan infeksi malaria fase eritrositik. Pada infeksi malaria fase hepatik, sporozoit yang masuk ke dalam tubuh secara spesifik hanya akan menyerang sel hepatosit daripada sel-sel non-parenkim lainnya di hepar. Dengan demikian, hantaran obat yang spesifik ditujukan untuk sel hepatosit akan bermanfaat untuk peningkatan efektifitas terapi serta penurunan toksisitas PQ dan CQ. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hantaran dan efikasi kedua obat tersebut, liposom akan digunakan sebagai pembawa obat. Pada penelitian ini, telah dilakukan tahapan formulasi tunggal liposom primakuin dan liposom tunggal klorokuin sebagai pengembangan awal formulasi liposom kombinasi primakuin dan klorokuin. Liposom dibuat dengan komposisi lipid HSPC, kolesterol, DSPE-mPEG2000 dengan rasio molar sebesar 55:40:5 menggunakan metode lapis tipis. Penjebakan obat dilakukan dengan menggunakan pH gradien transmembran, dimana pH intraliposom 5,0 dengan buffer sitrat, dan pH 7,4 untuk fase ekstraliposom. Liposom yang dibuat kemudian diamati ukuran partikel, C-potensial, dan efisiensi enkapsulasi untuk menentukan suhu inkubasi, waktu inkubasi, dan rasio obat:lipid yang optimal. Pada optimasi penentuan suhu inkubasi, diperoleh data bahwa efisiensi enkapsulasi semakin meningkat seiring dengan peningkatan suhu inkubasi. Adapun dengan waktu inkubasi sekitar 20 menit, dihasilkan liposom dengan efisiensi enkapsulasi relatif lebih tinggi dibandingkan yang lain. Pada optimasi penentuan rasio obat:lipid untuk pembuatan liposom klorokuin, hasil menunjukkan bahwa peningkatan rasio obat:lipid akan meningkatkan efisiensi enkapsulasi. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil yang ditunjukkan pada liposom primakuin yaitu efisiensi enkapsulasi akan semakin besar apabila rasio obat:lipid semakin kecil. Adapun ukuran partikel yang dihasilkan pada seluruh formula berkisar antara 121,0 nm sampai 175,8 nrn, dengan nilai PDI antara 0,150 sampai 0,569, dan dengan nilai potential antara -34,55 mV sampai -7,35 mV. Dari hasil tersebut diatas, suhu inkubasi yang optimal adalah 60°C dengan waktu inkubasi selama 20 menit, dengan rasio obat:lipid liposom klorokuin adalah 1:3, sedangkan pada liposom primakuin adalah 1:10 yang memiliki efisiensi enkapsulasi paling tinggi. Kondisi optimal ini digunakan untuk pembuatan liposom kombinasi primakuin dan klorokuin. Pada pembuatan liposom kombinasi, PQ dan CQ ditambahkan pada rasio massa yang berbeda, yaitu 1:1 (P1C1), 1:3 (PIC3), dan 1:5 (P1C5). Dari penelitian ini diperoleh hasil pemeriksaan ukuran partikel formula liposom PQ tunggal (P1CO), liposom CQ tunggal (POO), liposom kombinasi PQ dan CQ (P1C1, P1C3, P1C5) berturut-turut sebesar 175,8 ± 27,06; 149,1 ± 27,40; 96,7 ± 6,65; 172,3 ± 21,88; dan 102,4 ± 3,72. Hasil PDI yang didapatkan untuk formula POC1 adalah sebesar 0,21 ± 0,02. Hal ini menunjukkan ukuran partikel dari sediaan yang homogen. Sedangkan nilai PDI untuk formula NCO, P1C1, P1C3, P1C5 secara berturut-turut adalah sebesar 0,34 ± 0,05; 0,39 ± 0,02; 0,32 ± 0,01, dan 0,34 ± 0,06. Nilai PDI >3 menunjukkan polidispersitas yang tinggi dan distribusi ukuran partikel liposom yang masih heterogen. Selain itu, nilai zeta potensial untuk selurub formula diperoleh nilai yang berkisar antara -22,11± 3,32 sampai -9,70 ± 4,01 mV. Hasil pengukuran % efisiensi enkapsulasi liposom tunggal PQ (P1CO) menunjukkan nilai sebesar 75% ± 0,089, formula POC1 sebesar 56% ± 0,15. Sedangkan untuk liposom kombinasi formula P1C1 sebesar 7% untuk PQ dan 27% untuk CQ, formula P1C3 sebesar 20% ± 0,037 untuk PQ dan 16% ± 0,014 untuk CQ, formula P1C5 sebesar 16% ± 0,028 untuk PQ dan 12% ± 0,01 untuk CQ. Selanjutnya, telah dilakukan uji pelepasan obat dari liposom dnegan menggunakan media phosphate buffered saline (PBS) pH 7,4. Dari hasil uji tersebut, didapatkan hasil jwnlah kumulatif obat terlepas (%) pada jam ke 48, untuk liposom tunggal formula PICO adalah sebesar 41,69°A, dan formula POC1 sebesar 48,91%.. Sedangkan untuk liposom kombinasi formula P1C1 adalah sebesar 43,95% untuk PQ dan 27,73% untuk CQ. Profil pelepasan liposom kombinasi menunjukkan pelepasan yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan liposom tunggal. Dari hasil karakterisasi dan pelepasan liposom primakuin dan klorokuin, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi primakuin dan klorokuin dalam satu fonnulasi liposom menurunkan efisiensi enkapsulasi PQ dan CQ ke dalam liposom dan memperlambat pelepasannya.

Item Type: Monograph (Laporan Penelitian)
Uncontrolled Keywords: KKC KK LP 114/19 Pen
Subjects: R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology > RM300-666 Drugs and their actions
Divisions: 05. Fakultas Farmasi > Ilmu Kefarmasian
Creators:
CreatorsNIM
Andang Miatmoko, Ph.D., Apt.UNSPECIFIED
Retno Sari, Dr., M.Sc., Apt.UNSPECIFIED
Febri Annuryanti, M.Sc., Apt.UNSPECIFIED
Esti Hendradi, M.Si., Ph.D., Apt.UNSPECIFIED
Depositing User: Sulistiorini
Date Deposited: 27 May 2022 07:03
Last Modified: 27 May 2022 07:03
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/116516
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item