Tracheotomi : Beberapa Aspek Mengenai Tehnik Dan Perawatan Pasca Bedah Dibagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung Dan Kerongkongan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya 1974 - 1977

Sri Herawati J. Prasetyo - Boestan, Ny. (1979) Tracheotomi : Beberapa Aspek Mengenai Tehnik Dan Perawatan Pasca Bedah Dibagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung Dan Kerongkongan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya 1974 - 1977. Laporan Penelitian. LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA. (Unpublished)

[img] Text (FULLTEXT)
R 616.21 Boe t-12.pdf

Download (19MB)
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

1. Telah dibahas tehnik tracheotomil perawatan pasca bedah dan peranan Bagian Anestesi pada 153 kasus tracheotomi yang dikerja¬kan di Bagian THK RS. Dr. Soetomo selana tahun 1974-1977. 2. Dapat diambil kesimpulan bahwa tehnik operasi untuk mengiris trachea, sebaiknya dipakai cara incisi, waIaupun belum terbukti bahwa cara melubangi trachea dapat menyebabkan stenose. 3. Komplikasi yang timbul sebagai akibat tehnik operasi yang kurang benar, yalah : emphysema subkutan/mediastinum (5,9%) granulasi (5,2%) dan fistel tracheo-oesophageal (2%) Komplikasi ini dapat dicegah : a. Granulasi : dengan cara tidak membuat lubang pada trachea dan perawatan pasca bedah yang baik. b. Fistel : dengan cara tidak mengiris trachea waktu penderita batuk dan mengirisnya tidak terlalu dalam. c. Emphysema : dengan cara menjahit kulit tidak terlalu rapat. Komplikasi juga dapat timbul bila perawatan pasca bedah ku¬rang balk. Dengan perawatan pasca bedah yang lebih baik, didapatkan penurunan angka komplikasi sebagai berikut tahun 1974 : 12,5%, 1975 : 42,5%, 1976 : 52,8% dan 1977 : 5,4%. 4. Perawatan pasca bedah yang ideal berdasarkan komplikasi yang ditemui dan yang ada dalam kepustakaan ialah : a. Pencegahan terjadinya kesulitan dekanulasi dengan menjaga sterilitas perawatan kanula. b. Pengawasan yang intensif selama 48 jam pertama, terutama pada dini hari, i berupa : 1) pemberian stoom 2) pengawasan kanula : penghisapan sekret,, pembersihan anak kanula dan penetesan larutan garam fisiologis. 3) memperhatikan kemungkinan terjadi lagi obstruksi oleh krusta dan "displacement". 5. Telah dilakukan kcrja snma dengan Bagian Anestesi dalam usaha mengurangi "oxygen debt" dengan oksigenasi (pemberian oksigen). Bantuan anestesi unum diperlukan pada kasus yang sulit seperti banyaknya cicatrix sesudah strumectomi dengan komplikasi bilateral abductor paralyse. Walaupun didaerah perifer mungkin tidak ada tenaga ahli anestesi, metode oksigenasi ini dapat diterapkan

Item Type: Monograph (Laporan Penelitian)
Additional Information: KKA KK 616.21 Boe t-1
Subjects: R Medicine > RF Otorhinolaryngology
Divisions: 01. Fakultas Kedokteran > Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (Spesialis)
Creators:
CreatorsNIM
Sri Herawati J. Prasetyo - Boestan, Ny.UNSPECIFIED
Depositing User: Sulistiorini
Date Deposited: 07 Jun 2022 04:22
Last Modified: 07 Jun 2022 04:23
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/116654
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item