MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA (2018) Campuran Ekstrak Herbal Mengandung Pegagan (Centella asiatica), Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Anti Tuberkulosis. IDP000050087.
Text (FULLTEXT)
C-35 PATEN.pdf Download (1MB) |
|
Text (KUALITAS KARIL)
C-35 Kualitas Karil.pdf Download (603kB) |
Abstract
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan yang mendunia. Penyakit yang disebabkan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis ini menjadi “pembunuh” nomor satu untuk kategori penyakit infeksi. Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kendati penyakit ini disebabkan oleh bakteri, namun sistem kekebalan tubuh penderita mempunyai pengaruh yang cukup besar. Untuk itu, salah satu bentuk penyembuhannya adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh selain mengobati penyebab penyakit itu. Obat anti TB (OAT) diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah dan dosis yang tepat selama 6-9 bulan supaya kuman dapat dibunuh. Peran obat herbal atau obat fitofarmaka yang dikembangkan dari tanaman obat Indonesia diharapkan dapat menjadi adjuvan dalam terapi penyakit TB. Adjuvan dalam terapi ini adalah untuk meningkatkan atau mengoptimalkan hasil terapi diantaranya adalah untuk meningkatkan fungsi dan aktivitas sistem imun sehingga dapat membantu mengeradikasi penyebab terjadinya infeksi. Penggunaan obat herbal yang merupakan adjuvan ini dapat dipadukan bersama-sama dengan OAT. Centella asiatica (pegagan), Morinda citrifolia (mengkudu) dan Andrographis paniculata (sambiloto) merupakan tanaman-tanaman yang menunjukkan potensi untuk dikembangkan menjadi obat fitofarmaka untuk terapi TB, baik secara tunggal maupun kombinasi. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui kadar kandungan masing-masing senyawa markernya, asiaticosida dalam ekstrak pegagan, andrographolid dalam ekstrak sambiloto dan skopoletin dalam ekstrak mengkudu. Kadar senyawa marker ini digunakan untuk menentukan berapa ekstrak yang digunakan dalam komposisi obat herbal ini. Kandungan senyawa dalam ekstrak merupakan senyawa yang berstruktur molekul besar sehingga akan sulit diabsorbsi melalui membran usus. Dengan mengubahnya menjadi bentuk kompleks seperti bentuk fitosom yaitu bentuk kompleks dengan menggunakan fosfolipid, maka akan dapat meningkatkan kemampuan absorbsinya. Invensi yang diajukan ini telah menemukan bahwa baik dalam bentuk aslinya maupun dalam bentuk fitosomnya, ekstrak pegagan, ekstrak sambloto dan ekstrak mengkudu baik tunggal maupun campuran ketiganya mmpunyai aktivitas antituberculosis.
Item Type: | Patent | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Subjects: | R Medicine R Medicine > RS Pharmacy and materia medica R Medicine > RS Pharmacy and materia medica > RS1-441 Pharmacy and materia medica R Medicine > RS Pharmacy and materia medica > RS200-201 Pharmaceutical dosage forms |
||||||||
Divisions: | 05. Fakultas Farmasi > Farmakognosi Fitokimia | ||||||||
Creators: |
|
||||||||
Depositing User: | Mr M. Fuad Sofyan | ||||||||
Date Deposited: | 12 Jul 2022 02:57 | ||||||||
Last Modified: | 26 Mar 2023 08:44 | ||||||||
URI: | http://repository.unair.ac.id/id/eprint/117031 | ||||||||
Sosial Share: | |||||||||
Actions (login required)
View Item |