Erina Yatmasari
(2004)
Efektifitas Pemeriksaan Tinja Menggunakan Larutan Mertiolat-Iodium-Formadehida untuk Deteksi Trofozoit Entamoeba Histolytica.
Thesis thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Setiap tahun terjadi 100.000 kematian di dunia akibat infeksi Entamoeba histolytica, merupakan peringkat tertinggi kedua kematian akibat infeksi parasit protozoa. Penyakit yang tersering ditimbulkan adalah amubiasis intestinalis, dengan gastroenteritis atau kolitis non disenteri sebagai inanifestasi klinis yang tersering, dan gejalanya adalah diare akut maupun kronis, namun dapat berlanjut sebagai disenteri amuba. Trofozoit Entamoebe histolytica dapat keluar bersama tinja diare tersebut.
Pemeriksaan rutin tinja secara mikroskopis yang direkomendasikan WHO (dibuat sediaan langsung dengan larutan garam fisiologis) memberi hasil deteksi trofozoit Entamoeba histolytica yang positif sangat kecil (10-20%), sebab syaratnya harus diperiksa tinja yang barn dikeluarkan, supaya dapat teramati trofozoit hidup dengan pergerakan yang khas, dan trofozoit segera mengalami degenerasi beg-itu keluar dari tubuh manusia.
Larutan .Mertiolat-Iodium-Fonnaldeh.ida (MIF), salah satu bahan pemeriksaan mikroskopis tinja untuk deteksi infeksi protozoa, yang belum digunakan secara rutin untuk deteksi trofozoit Entamoeba histolytica dalam tinja diare.
Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah benar bahwa pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan larutan MIF lebih efektif daripada pemeriksaan rutin tinja, untuk deteksi trofozoit Entamoeba histolytica dalam tinja diare, berdasarkan persentase hasil pemeriksaan yang dinyatakan positif?
Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan bahwa pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan larutan MIF lebih efektif daripada pemeriksaan rutin tinja, untuk deteksi trofozoit Entamoeba histolytica dalam tinja diare, berdasarkan persentase hasil pemeriksaan yang dinyatakan positif, baik yang dilakukan segera setelah tinja dikeluarkan penderita, maupun dilakukan pada waktu yang ditunda.
Berdasarkan tinjauan pustaka, diketahui bahwa larutan MIF telah lama dikenal dan terdiri dan bahan-bahan yang dapat mengawetkan tinja, sekaligus memfiksasi morfologi protozoa yang ada dalam tinja dan memberi warna protozoa-protozoa itu.
Penelitian ini dilakukan dengan memeriksa secara mikroskopis 27 sampel tinja diare pasien gastroenteritis yang memenuhi syarat (bare, tidak tercemar dan tidak mengkonsumsi obat selama dua minggu). Tinja dan setiap sampel penelitian, diambil sebanyak 0,5 ml, untuk dilakukan pemeriksaan rutin tinja. Tinja dalam jumlah yang sama dicampur merata dengan larutan MW sebanyak 2,5 ml (dibuat seeara recenter paratus dan 2,35 ml larutan MF dan 0,15 ml larutan Iodium dalam lugol), dan diperiksa pada tiga waktu pemeriksaan yang berbeda, (pemeriksaan MIF pertama, dilakukan segera setelah tinja dikeluarkan penderita, pemeriksaan MIF kedua, dilakukan dua jam setelah tinja dikeluarkan penderita, pemeriksaan MIF ketiga, dilakukan 24 jam setelah tinja dikeluarkan penderita).
Pengarnatan mikroskopis menggunakan lensa obyektif dengan pembesaran 10 kali dan 40 kali, berpedoman pada kriteria gerakan khas untuk pemeriksaan rutin tinja, dan kriteria morfologi untuk pemeriksan tinja menggunakan larutan MIF.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemeriksaan rutin tinja, hasil yang dinyatakan positif hanya tiga dari 27 sampel (11,1% sampel), sedangkan pada pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan lanitan MIF, hasil pemeriksaan yang dinyatakan positif adalah sebanyak 14 dari 27 sampel (51,9%).
Analisis hasil dengan uji statistik Mc Nemar, menunjukkan perbedaan yang bermakna (p,001), dengan demikian terbukti bahwa pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan larutan MIF lebih efektif daripada pemeriksaan rutin, untuk deteksi trofozoit Entamoeba histolytica dalam tinja diare penderita gastroenteritis, berdasarkan persentase hasil pemeriksaan yang dinyatakan positif.
Hasil pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan larutan MIF, pada ketiga waktu pemeriksaan (segera setelah tinja dikeluarkan penderita, dua dan 24 jam setelah tinja dikeluarkan penderita) memberikan hasil yang sama besar untuk hasil-hasil yang dinyatakan positif (tetap 14 dari 27 atau 51,9% sampel). Analisis hasil dengan uji statistik Mc Nemar, menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,001), bail: antara hasil pemeriksaan MIF kedua maupun pemeriksaan MIF ketiga, terhadap hasil pemeriksaan rutin tinja.
Analisis dengan uji statistik Mc Nemar menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna, antar pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan larutan MIF pada tiga waktu pemeriksan yang berbeda (p=1,000). Dengan demikian terbukti bahwa pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan larutan MIF lebih efektif daripada pemeriksaan rutin tinja, walaupun dilakukan pada waktu yang ditunda, dan tidak berbeda secara bermakna dari pemeriksaan yang dilakukan segera setelah pemeriksaan rutin tinja.
Berdasarkan penelitian ini, disarankan pemeriksaan mikroskopis tinja menggunakan larutan MIF untuk deteksi trofozoit Entamoeba histolytica dalam tinja diare penderita gastroenteritis.
Actions (login required)
|
View Item |