Dadang Hermawan, -
(2009)
Hubungan Pengetahuan Perawat Degan Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Pasien Paska Bedah Di RSUD Brig.Jend H.Hassan Basry Kandangan Kalimantan Selatan: Penelitian Cross Sectional.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Teori Bloom (1989) mengatakan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Disini dijelaskan bahwa suatu sistem palayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan sangat mempengaruhi usaha-usaha pencapaian derajat kesehatan masyarakat (Dep.Kes RI, 1994) Ketetapan MPR RI/1988 tentang GBHN menyatakan bahwa arah kebijaksanaan pembangunan dibidang kesehatan yang ditempuh akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar makin dapat diwujudkan perbaikan kualitas manusia dan kualitas kehidupan masyarakat. Arah dan kebijaksanaan yang ditetapkan tersebut antara lain menyatakan bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu terus ditingkatkan mutu pelayanan rumah sakit (Muslimin, 1994). Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan. Penderita yang berobat di rumah sakit selalu mengharapkan dirinya akan segera sembuh. Namun, selain keberhasilan dalam pengobatan banyak pula dilaporkan kegagalannya. Pada dasarnya rumah sakit merupakan berkumpulnya penderita dengan berbagai masalah penyakit, baik ringan maupun berat yang sebagian diantaranya memiliki penyakit yang berhubungan dengan kuman patogen, sehingga akan menyebabkan terjadinya penularan silang serta memperlambat penyembuhan dan pemulihan pasien. Di ruang rawat kebidanan paska operasi ginekologi berencana didapat angka infeksi nosokomial yang berupa infeksi saluran kemih yang tinggi. Pemasangan kateter dan lamanya pemasangann sangat mempengaruhi kejadian: dipasang satu kali menyebabkan infeksi 1,7%. Intermiten 3,5%, sedangkan bila dipasang dower kateter sebanyak 10%. Pada sistem terbuka, kejadian demam lebih sering dari pada sitem tertutup. Bila kateter dipasang selama 2(dua) hari, infeksi dapat terjadi 15%, bila 10 (sepuluh) hari, menjadi 50%. Di unit bedah, infeksi luka operasi (ILO) dan infeksi luka bakar merupakan kejadian infeksi nosokomial utama. Angka ILO akan lebih tinggi bila dilakukan pada luka bersih terkontaminasi dan luka kotor dibandingkan pada luka operasi bersih. Infeksi pada luka bakar dapat mencapai angka 79%. Peran peralatan bedah yang terkontaminasi, ketidak disiplinanan dalam melakukan tindakan aseptik dan anti septik menyebabkan infeksi nosokomial (Iskandar,Z 2006). Perawat lebih banyak waktunya kontak dengan pasien sehingga dimungkinkan perawat bisa menjadi penyebab terjadinya infeksi nosokomial, namun sampai saat ini belum diketahui hubungan pengetahuan perawat dengan perilaku dalam mencegah terjadinya infeksi silang pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit Brig Jend H.Hassan Basry Kandangan.
Actions (login required)
|
View Item |