Sri Indrarti
(1993)
Analisis Kuantitatif Residu Ampiclox Dalam Air Susu Sapi Pada Kasus Mastitis Subklinis Di Wilayah Kerja KUD “Setia Kawan”.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Analisis kuantitatif residu ampiclox da¬lam air susu sapi pada kasus mastitis subklinis di wilayah kerja KUD -Setia Kawan-. Penelitian ini dilakukan di bawah bimbingan Bapak Dr. Ismudiono, Drh., H.S. sebagai dosen pem¬bimbing pertama dan Ibu Soetji Prawesthirini, Drh., S.U. se¬bagai dosen pembimbing kedua.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya mulai tanggal 17 Nupember 1992 sampai dengan 17 Ja¬nuari 1993.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui -waktu bebas¬residu ampiclox yang berada dalam air susu dapat dihitung secara kuantitatif berdasarkan selang waktu pemeriksaan, se¬telah sekali pengobatan dengan ampiclox secara intramamnae.
Hetoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah peme¬riksaan mikrobiologis dengan menggunakan Uji Sensitivitas metoda difusi secara in vitro. Mikroba uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya residu ampiclox dalam air susu pada ambing yang diobati dengan ambing sehat (kontrol) ada-
ti
lah Staphylococcus aureus dengan berdasarkan ada tidaknya diameter hambatan yang ditimbulkan. Penetapan kadar residu ampiclox didasarkan atas kurva bake ampiclox. Diameter ham¬batan dengan kadar ampiclox tertentu yang mendekati diameter
hambatan hasil pemeriksaan residu, dianggnp sebagai hasil pemeriksaan kadar residu ampiclox, sehingga didapatkan hu¬bungan yang menyatakan antara diameter hambatan dengan kadar residu ampiclox.
Hasil penelitian adalah pada ambing sehat (kontrol) ti¬dak terdapat residu ampiclox dalam air susu untuk Easing-easing hari pemeriksaan. Hal ini membuktikan bahwa antara keempat kuartir ambing tidak terdapat hubungan secara lang¬sung, karena adanya suatu jaringan ikat penggantung "liga¬mentum suspensorium medians dan transversarium- pada am¬bing. Radar residu ampiclox dalam air susu pada kasus MSS titis subklinis setelah sekali pengobatan secara intramammae menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p < 0.01) untuk masing-masing hari pemeriksaan. Hal ini berarti bahwa kadar residu ampiclox dipengaruhi oleh selang waktu pemeriksaan setelah pengobatan.
L)engan melihat hail penelitian ini, masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mencari metoda lain dalam peneraan kadar residu ampiclox dalam air susu sebagai pembanding dari hasil penelitian ini.
Actions (login required)
|
View Item |