TOTAL NEGOTIATED ORDER DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Fenomenologl tenting Pengalaman Petugas dan Narapidana dalam Negotiated Order dl Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang)

SUGENG PUJILEKSONO, - (2012) TOTAL NEGOTIATED ORDER DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (Studi Fenomenologl tenting Pengalaman Petugas dan Narapidana dalam Negotiated Order dl Lembaga Pemasyarakatan Klas I Lowokwaru Malang). Doctoral thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img] Text
KK-2 DIS. Sugeng Pujilaksono - ABSTRAK.pdf

Download (871kB)
[img] Text
KK-2 DIS. Sugeng Pujilaksono.pdf

Download (12MB)
Official URL: http://www.lib.unair.ac.id

Abstract

Penjara (prison) atau Lembaga Pemasyarakatan (LP) merupakan komunitas unik, tertutup, dan terisolasi dari masyarakat. Clemmer menyebutnya sebagai masyarakat mikrokosmos dan sebagai sekolah kejahatan (school of crime), sedangkan menurut Sykes penjara merupakan tipe masyarakat mandiri. Sosiolog kontemporer, Goffman menyebutnya sebagai institusi total atau asylum, karena sebagian besar tingkah laku anggotanya dikendalikan oleh sebuah kekuasaan. Di penjara dihuni oleh dua kelompok sosial yang berbeda, yaitu petugas dan napi. Petugas merupakan kelompok sosial yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengawasi aktivitas keseharian napi. Napi adalah orang-orang yang kehilangan kebebasannya karena melakukan tindak pidanalpelanggaran hukum. Interaksi keduanya selama di penjara memiliki sifat yang dinamis, mulai dari kooperatif, kompromi, sampai konflik. Diantara sifat interaksi yang terjadi antara keduanya yang menjadi fokus studi ini adalah negosiasi (negotiation). Pilihan pada interaksi yang negosiatif didasari atas pertimbangan bahwa praktekpraktek negosiasi di penjara seringkali mebhirkan tatanan yang dinegosiasikan (negotiated order). Tatanan yang dinegosiasikan menjadi tatanan yang dapat menciptakan tertib sosial (social order) dibandingkan tata tertib yang baku, kaku, dan formal. Bagaimana keduanya memahami negosiasi dan tatanan yang dinegosiasikan di penjara, menjadi fokus studi ini. Tujuan studi ini untuk (a) Mengungkap motif negosiasi antara napi dan petugas. (b) Mengungkap dan mendeskripsikan konstruksi sosial napi dan petugas tentang negoslasl dan negotiated order di LP. (c) Mengungkap dan mendeskripsikan 'drama' yang terjadi antara napi dan petugas dalam proses negosiasi di LP. (d) Mendeskripsikan dan menganalisis bentuk-bentuk negotiated order di LP. Studi ini lebih menekankan pada pemahaman dan pengaiaman napi dan petugas daiam melakukan negosiasi yang melahirkan tatanan so sial yang dinegosiasikan di penjara. Fokus penelitian semaca111 ini iebih tepat 111enggunakan metode penelitian feno111enologi. Fenomenologi merupakan salah satu met ode penelitian yang memiliki kelebihan untuk mengungkap dan mengembalikan realitas sosial sebagaimana mestinya seperti yang dialami subyek. Metode ini juga sangat tepat untuk mengungkap pemahaman subyek penelitian pada realitas sosial yang dialami dan dihadapinya secara sadar. Untuk menganalisa realitas yang diteliti, dipilih teori yang relevan dengan metode penelitian, yaitu Teori Fenomenologi (Schutz), Teori Konstruksi Sosial (Berger) dan Teori Dramaturgi (Goffinan). Teori Fenomenologi digunakan untuk menganalisis motif-motif napi dan petugas dalam melakukan negosiasi di penjara. Teori Konstruksi Sosial digunakan untuk menganalisis konstruksi sosial napi dan petugas tentang negosiasi dan tatanan yang dinegosiakan di dalam penjara. Teori Dramaturgi digunakan untuk menganalisis praktek -praktek negosiasi yang dilakukan napi dan petugas di dalam penjara. Selain menggunakan teori tersebut, analisis teoritik juga mengacu pada beberapa teori Sosiologi Kepenjaraan, seperti Teori Prisonisasi (Clemmer), Masyarakat Tahanan (Sykes), Teori Importansi (Irwin), dan Teori Panopticon (Faucoult). Berdasarkan temuan di lapangan dan analisis teoritik yang dilakukan diperoleh kesimpulan. Pertama, napi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu napi 'berduit', napi 'glundung', dan napi 'cari muka'. Petugas dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu petugas 'bapak wali', petugas 'bapak-bapakan', dan petugas 'bapak nakal'. Keduanya saling berinteraksi secara dinamis pada saat bemegosiasi. Setiap kategori napi bisa bemegosiasi dengan setiap kategori petugas, karena negosiasi merupakan proses sosial untuk mencapai kesepakatan. Misalnya, jika, napi 'berduit' tidak bisa bernegosiasi dengan petugas 'bapak wali', maka akan berusaha bemegosiasi dengan petugas 'bapak-bapakan' atau petugas 'bapak nakal' sampai pada akhrinya tetjadi negosiasi. Begitu pula sebaliknya. Interaksi keduanya berlangsung dalam kondisi 'waspada jangan-jangan'.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: KK-2 DIS.
Uncontrolled Keywords: prison, inmates, corrections officer, negotiations and negotiated order
Subjects: H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
Divisions: 07. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Doktor Ilmu Sosial
Creators:
CreatorsNIM
SUGENG PUJILEKSONO, -NIM090610327 D
Depositing User: Dewi Puspita
Date Deposited: 11 Jan 2024 07:54
Last Modified: 20 Feb 2024 03:09
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/129116
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item