Kejadian Retensio Secundinae pada Sapi Perah di KUD Sriwigati Desa Penjor Kecamatan Pagerwojo Tulungagung

Yenny Rachmawati (2002) Kejadian Retensio Secundinae pada Sapi Perah di KUD Sriwigati Desa Penjor Kecamatan Pagerwojo Tulungagung. Tugas Akhir D3 thesis, Universitas Airlangga.

[img] Text (FULLTEXT)
KKC KK TA 411 Rac k.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Kejadian retcnsio secundinae pada sapi-sapi perah di KUD Sriwigati desa Penjor, kecamatan Pagcrwojo, kabupaten Tulungagung cukup tinggi yaitu mencapai 23,3 % terhadap gangguan reproduksi yang lain. 2. Secara fsiologis, pengeluaran selaput fetus dari uterus terjadi karena hal-hal: - terlepasnya villi-villi khorion dari kripta pada mukosa uterus - gerakan peristaltik dinding uterus yang terus-menerus - beratnya selaput fetus yang menggantung didepan vulva 3. Faktor-faktor penyebab terjadinya retensio secundinae pada sapi perah adalah sebagai berikut : - faktor genetis - faktor fisiologis - faktor pathologis - faktor lingkungan - faktor nutrisi 4. Gangguan pelepasan secundinae dari karunkula induk disebabkan adanya perlekatan atau adhesi antara plasenta foetalis dengan plasenta materna 5. Perlekatan yang erat antara plasenta foetalis dengan plasenta maternal disebabkan oleh radang yang akut pada kotiledon sehingga menjadi plasentitis atau kotilcdonitis 6. Infeksi saluran kelamin olch berbagai mikroorganisme infeksius maupun non infeksius pada masa kebuntingan menyebabkan terjadinya retensio secundinae 7. Pada kasus retensio secundinae yang berat biasanya diikuti dengan metritis, metritis septic, peritonitis, vaginitis nekrotik, paresis puerpuralis, acetonemia dan infeksi kuman tetanus 8. Lamanya selaput fetus tertahan didalam uterus antara lain ada tidaknya selaput fetus yang masuk kedalam kornoa uteri, luasnya daerah perlekatan selaput fetus, kecepatan involusio uteri, ada tidaknya eksudat uterus dan banyaknya bagian plasenta yang. sampai dilumen servik ketika retensio secundinae mulai terjadi 9. Kerugian akibat retensio secundinae yang dialami petemak adalah pcnurunan produksi SlISlI, ganggllan reproduksi dan kematlan ternaknya sendiri 10. Sterilitas permanen yang biasa menyertai retensio secundinae adalah karena tcrjadinya komplikasi pyometra, perimctritis, salphingitis, ovaritis, kerusakan berat pada endometrium dan sebab-sebab yang lain 11. Retensio sccundinac dapat menyebabkan penurunan efisiensi reproduksi 12. Tindakan pcncegahan retensio sccundinae dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menghindari faktor-faktor penyebab terjadinya retensio secundinae dan dilakukan penyuntikan preparat hormon secara intra muscular 13. Tindakan pengobatan kasus retensio secundinae yang senng dilakukan adalah dengan penanganan sccara manual yaitu dengan cam pengelupasan plasenta dari karunkula induk. Lalu diirigasi dengan larutan antiseptik kedalam uterus 14. Pemberian antibiotik sccara intra uterin dan intra muscular berfungsi sebagai antibacterial agar tidak terjadi infeksi 1. Untuk mencegah terjadinya retensio secundinae secara umum maka faktor-faktor penyebab harus dapat diatasi seperti dibawah ini : - pemberian preparat glukokortikoid pada sapi bunting - pathologi kelahiran seperti distokia, kelahiran kembar, premature, abortius, kelahiran mati, kebuntingan yang terlalu lama, milk fever dan penyakit-penyakit kelamin pada masa kebuntingan - manajemen dan sanitasi kandang yang buruk - exercise selama kcbuntingan yang tidak pernah dan yang terlalu sering dilakukan - defisiensi vitamin A, vitamin E, selenium, karoten, yodium, calsium dan magnesium 2. Efisiensi reproduksi dapat dicapai secara maksimal apabila petemak mempllnyai keinginan dan usaha untuk meningkatkan peternakannya dengan menambah pengetahuan dibidang peternakan dan mengubah cara pengelolaan menjadi lebih baik. 3. Penanganan retcnsio secundinae harus dilakukan dengan hati-hati karena bila terjadi luka-Iuka pada mukosa uterus maka bakteri yang normal terdapat pada alat kelamin menjadi patogen sehingga dapat menyebabkan infeksi. 4. Tindakan pcncegahan terjadinya retensio secundinae harus dilakukan sedini mungkin untuk menghindari kerugian yang dialami oleh peternak. 5. Pengobatan kasus retensio secundinae bila kejadiannya kurang dari 12 jam dapat dilakukan pcnyuntikan subkutan atau intra muscular hormon oksitosin dengan dosis 100 I U. Tetapi bila kejadiannya antara 24-48 jam dilakukan penanganan secara manual. 6. Sebelum melakukan eksplorasi pervaginal sebaiknya tangan menggunakan bahan pelicin yaitu sabun, sekaligus untuk mcnghindari infeksi. 7. Ternak sapi yang mengalami retensio secundinae harus ditangani sampai sembuh secara total dan dilakukan kontrol terhadap infeksi lebih lanjut yang dapat mempengaruhi reproduksi ternak.

Item Type: Thesis (Tugas Akhir D3)
Additional Information: KKC KK TA 411 Rac k
Subjects: S Agriculture > SF Animal culture > SF600-1100 Veterinary medicine > SF811-909 Veterinary medicine of special organs, regions, and systems
Divisions: 06. Fakultas Kedokteran Hewan > Ilmu Peternakan
Creators:
CreatorsNIM
Yenny Rachmawati069910392K
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorJulien Supraptini, Drh., S.U.UNSPECIFIED
Depositing User: Sulistiorini
Date Deposited: 16 Jan 2024 04:24
Last Modified: 16 Jan 2024 04:24
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/129314
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item