Ita Mamlu’atul Mufidah, -
(2020)
Pemetaan Sebaran Angka Gizi Buruk Dan Penyebabnya Di Jawa Timur Tahun 2015-2019.
Laporan Magang thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text
Ita Mamlu'atul Mufidah_101611133165_Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.pdf
Download (1MB)
|
Abstract
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi (Depkes RI, 2009). Status gizi memberikan gambaran tentang keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh yang dapat dilihat melalui pertumbuhan fisik, ukuran tubuh dan antropometri (Almatsier, 2013). Status gizi balita merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khusunya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations Children’s Fund (UNICEF), menyatakan status gizi balita buruk merupakan penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5 tahun di dunia (UNICEF, 2008). Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Pada kelompok umur tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok umur lainnya sehingga balita paling mudah mengalami kelainan gizi (Notoadmojo, 2003). Kejadian gizi buruk seperti fenomena gunung es dimana kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian. Pengertian gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Berat Badan menurut mur (BB/U) < -3 SD yang merupakan padanan istilah severely underweight (Kememkes RI, 2011). Terdapat 3 jenis gizi buruk yang sering dijumpai yaitu kwarshiorkor, marasmus dan gabungan dari keduanya marasmiks-kwarshiorkor (Kumar S. Global, 2007). Pengertian kwarshiorkor sendiri adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat (Tropical medicine, 2008). Kwarshiorkor dapat dibedakan dengan marasmus yang disebabkan oleh asupan dengan kurang dalam kuantitas tetapi kualitas yang normal, sedangkan marasmiks-kwaarshirkor adalah gabungan dari kwarshiorkor dengan marasmus yang disertai dengan oedema (Pudjiadi, 2005). Di Jawa Timur menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2018 terdapat 573.928 keelahiran bayi hidup dengan 21.544 bayi lahir memiliki berat badan rendah (BBLR) dan 6.195 balita yang mengalami gizi buruk. Kabupaten Jember merupakan kabupaten yang terdapat jumlah BBLR dan kasus gizi buruk terbanyak di Jawa Timur, yaitu sebanyak 1.887 bayi yang lahir dengan berat rendah (BBLR) dan 1.629 balita dengan gizi buruk.
Actions (login required)
|
View Item |