GAYUH AGENG GUNAN, - (2006) MANAJEMEN KESEHATAN TIKTOK PADA FASE FINISHER DI BPT DAN HMT BRANGGAHAN KEDIRI JAWA TIMUR. Tugas Akhir D3 thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Text (FULL TEXT) GAYUH AGENG GUNANI_060310656 K.pdf Download (8MB)

Abstract

Itik pedaging di Indonesia belum begitu berkembang secepat itik petelur. Walaupun demikian pada masa lalu dikenal tiga sumber utama daging itik di rndonesia yaitu itik jantan yang digemukan selama 10-12 minggu, itik afkir yang berumur sekitar dua tahun, itik peking yang diimpor dari luar negeri. Beberapa tahun terakhir ini swnber daging di Indonesia bertambah satu lagi yaitu tiktok. Tiktok di dunia intemasional dikenal dengan nama Mule duck yang rnerupakan hasil persilangan antara entok jantan (Cairina moschata) dengan itik betina (Anas platyrhynchos). Tingkat fertilitas telur hasil perkawinan alarni antara entok jatan dengan itik betina relatif rendah, sehingga diperlukan teknologi reproduksi yaitu teknik inseminasi buatan (IB) untuk menghasilkan tiktok (Balai Pembibitan Temak dan Hijauan Makanan Temak Branggahan - Kediri). Hasil persilangan ini di Nusantara dikenal dengan nama serati, beranti, togri, ritog, tongki, mandalung atau pandalungan. Pertumbuhan atau perkembangan berat badan tiktok relatif cukup singkat dan mudah perawatannya bila dibandingkan dengan temak unggas lainnya. Tiktok tumbuh lebih cepat bila dibandingkan dengan itik jantan yang digemukkan. Pada umur delapan minggu tiktok sudah bisa mencapai berat badan 1,8 - 2 kg sedangkan pada itik jantan baru mencapai 0,6 - I kg. Dari hasil analisis para ahli menunjukan bahwa kadar lemak pada daging tiktok lebih rendah bila dibandingkan dengan daging unggas yang lainnya. Selain kandungan lemaknya yang rendah, temyata daging tiktok rasanya juga lebih gurih dan empuk, tidak amis seperti pada beberapajenis daging itik lainnya.

Actions (login required)

View Item