Johan Avie, 030810071 (2013) PENYALAHGUNAAN DAN PENODAAN AGAMA DALAM KASUS TAJUL MULUK DI SAMPANG MADURA: STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SAMPANG, PENGADILAN TINGGI JAWA TIMUR, dan MAHKAMAH AGUNG RI. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) gdlhub-gdl-s1-2014-aviejohan-32170-10.bab-p.pdf Download (258kB) | Preview
	Text (FULLTEXT) Binder10.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy

Abstract

Tindak Pidana Penodaan Agama di Indonesia diatur dalam pasal 156a KUHP yang berbunyi, “Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan dan melakukan perbuatan: (a) Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap agama yang dianut di Indonesia. (b) Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tindak Pidana sebagaimana dijelaskan dalam pasal 156a KUHP merupakan kategori Delik Agama sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Seno Adji dalam Seminar Hukum Nasional I. Yaitu Delik yang berhubungan dengan Agama. Pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Sampang, Pengadilan Tinggi Jawa Timur, dan Mahkamah Agung Republik Indonesia, ditemukan banyak ketimpangan. Majelis hakim tidak memperhatikan teori kausalitas untuk membuktikan keterkaitan antara tindakan Tajul Muluk dengan terganggunya ketertiban Umum. Dalam pertimbangannya, majelis hakim juga mengabaikan Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan Agama.

Actions (login required)

View Item