ANDI SETIAWAN, 030610222 (2011) KARTELISASI INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA (ANALISIS PUTUSAN PERKARA NOMOR 24/KPPU-I/2009). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Text (FULLTEXT) gdlhub-gdl-s1-2011-setiawanan-17437-fh1061-k.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Kartel adalah suatu perjanjian resmi diantara beberapa perusahaan dalam oligopoli. Perjanjian tersebut menetapkan harga yang akan dibebankan seluruh perusahaan dan sering menetapkan kuota atau pangsa pasar dari berbagai perusahaan. Perjanjian kartel bertujuan untuk mengkoordinasi perilaku persaingan usaha. Monopoli pada industri minyak goreng termasuk dalam jenis kartel harga, karena pada industri minyak goreng harga barang yang diperjualbelikan memiliki harga yang sama atau selisih harga yang tidak terlampau signifikan. Harga mengacu kepada perusahaan yang menjadi market leader, sedangkan market follower berhak menetapkan harga diatas harga yang telah ditetapkan, namun dengan menanggung resikonya sendiri. Price Parallelism adalah suatu kondisi yang terjadi pada hukum persaingan usaha untuk menjelaskan adanya penetapan harga antara para pesaing pada pasar oligopoli yang terjadi tanpa adanya perjanjian tertulis diantara perusahaan-perusahaan tersebut. Pada segmen minyak goreng curah, kapasitas produksi rata-rata pertahun antara Musim Mas Group dan Wilmar Group selaku market leader relatif sama yang produknya tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan pada segmen minyak goreng kemasan, kapasitas produksi rata-rata pertahun PT Salim Ivomas Pratama, Wilmar Group, PT Smart, Tbk dan PT Bina Karya Prima selaku market leader relatif sama.

Actions (login required)

View Item