Nancy M. Agitya Oktrianti.S, 079815734 (2006) FAKTOR-FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI RENCANA PEMBUKAAN HUBUNGAN DAGANG DENGAN ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ABDURRAHMAN WAHID. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2006-rrnancymag-1563-fishi3-t.pdf Download (299kB) | Preview |
|
Text (FULLTEXT)
gdlhub-gdl-s1-2006-rrnancymag-1563-fis.hi.3-6.pdf Restricted to Registered users only Download (913kB) | Request a copy |
Abstract
Sejak awal Abdurrahman Wahid diangkat menjadi Presiden RI mempunyai berbagai masalah yang sangat kompleks dan harus segera diatasi. Mulai dari masalah ekonomi yaitu belum stabilnya perekonomian Indonesia yang terpuruk karena krisis dan masalah politik. Pemulihan stabilitas ekonomi Indonesia dan penanganan terhadap masalah-masalah yang ada ditujukan untuk memperbaiki citra Indonesia dimata internasional yang sempat memburuk. Sehingga peningkatan dukungan dan kerjasama internasional dapat tercapai. Dengan pemikiran bahwa kepentingan nasional Indonesia yang utama adalah pemulihan perekonomian nasional, Presiden Abdurrahman Wahid mengemukakan gagasannya ingin membuka hubungan dagang dengan Israel. Dengan harapan bahwa Israel merupakan negara yang kecil tetapi kuat dalam ekonomi, lobi dalam menarik ivestasi asing, bidang teknologi canggih dapat membantu proses pemulihan ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori persepsi, kepentingan nasional, kekuatan lobi, perspektif liberalisme dalam usaha menjawab pertanyaan mengapa Presiden Abdurrahman Wahid mengajukan rencana pembukaan hubungan dagang dengan Israel. Peringkat analisis yang digunakan adalah individu dan nation state. Secara metodologis, penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan yang memanfaatkan sumber resmi berupa buku, majalah, surat kabar dan dari internet. Jangkauan penelitian dibatasi sejak Abdurrahman Wahid diberi mandat oleh MPR pada tanggal 20 Oktober 1999 sampai dengan di cabutnya mandat Abdurrahman Wahid oleh MPR pada tanggal 23 Juli 2001. Setelah melalui pembahasan, hipotesis yang diajukan bahwa Israel mempunyai posisi yang strategis dalam perekonomian internasional dan memiliki kekuatan ekonomi. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan penulis tidak tepat. Hal tersebut didasari oleh alasan bahwa pembukaan hubungan dagang dengan negara lain di Asia seperti Cina dirasa lebih menguntungkan dan lebih bisa menjanjikan pemulihan ekonomi Indonesia. Hubungan Indonesia dengan Israel hanya mengurangi sedikit masalah ekonomi apabila dibandingkan dengan resiko yang akan dihadapi Indonesia.
Actions (login required)
View Item |