PRASASTI P, 070517853 (2009) Pendidikan Kaum Tertindas (Analisis Kritis Pendidikan di FISIP Universitas Airlangga Perspektif Paulo Freire). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

	Text (Fulltext) gdlhub-gdl-s1-2010-prasastip-12954-fis.s.22-0.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy
Preview	Text (Abstrak) gdlhub-gdl-s1-2010-prasastip-15599-abstrak-0.pdf Download (550kB) | Preview

Abstract

Pelaksanaan Pendidikan di Negeri ini ternyata tidak banyak memberikan keuntungan bagi peserta didiknya. Prestasi yang bersifat akademik masih saja menjadi tolok ukur pendidikan di Indonesia. Seorang Ibu akan bangga ketika menerima rapor sang anak yang mengantongi ranking pertama di sekolahnya, tak pelak sang orang tua juga bangga terhadap anaknya ketika sang anak wisuda dengan predikat cumloude. Pendidikan seharusnya tidak bisa memandang peserta didik secara holistik semata. Aspek kecerdasan moral sama sekali tidak diperhitungkan. Inilah akibat dari adanya Komunikasi Paksa (coercion) dan Komunikasi Perintah (instruction). Dalam Komunikasi Paksa, sang Mahasiswa mau ataupun tak mau akan selalu menerima segala sesuatu yang disampaikan Dosen dalam kelas. Mahasiswa hanya mendengarkan dan mencatat semua keterangan Dosen, tanpa harus menambah atau malah mengkritiknya. Karena Dosen dianggap orang yang mengetahui segala sesuatu, jadi apapun yang disampaikannya bersifat mutlak, tidak dapat diganggu gugat. Sedangkan dalam Komunikasi Perintah, sang Dosen bebas untuk memerintahkan apa saja kepada Mahasiswanya, terlepas perintah itu bermanfaat atau tidak bagi Mahasiswanya. Dan begitu pula Mahasiswa, mereka tidak diberi kesempatan untuk memberi masukan atau bahkan menolak terhadap perintah Dosen, tugasnya hanyalah sebagai pelaksana saja, seperti contohnya adalah perintah untuk mengerjakan tugas. Proses Pendidikan yang demikian terjadi juga pada Perguruan tinggi terkemuka, yaitu Universitas Airlangga. Terutama pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ironis memang pada Fakultas ini masih terjadi Penindasan semacam itu, mengingat dari namanya saja Fakultas ini setidaknya dapat menjadi Fakultas Demokrasi. Akibatnya adalah, Mahasiswa selalu menggantungkan diri kepada sang Dosen dan selalu mengikuti aturan Dosen demi mendapatkan nilai yang memuaskan. Tidak terlalu banyak tingkah, asalkan bisa cepat lulus kuliah dan mendapatkan kerja, tanpa mengerti, memahami dan kritis terhadap setiap mata kuliah yang diajarkan serta mentransformasikannya kepada realitas yang ada di sekitar. Lalu, Bagaimana Humanisme Pendidikan Kampus bisa Runtuh? Serta Mengapa Kepekaaan Mahasiswa Terhadap Realitas hilang? Menggunakan paradigma berfikir humanis radikal, penelitian ini mencoba untuk mengembangkan perubahan dari pandangan subjektivitas yaitu berpijak pada kesadaran manusia mengenai humanisme pendidikan. Dimana peraturan akademis adalah bukan peraturan mutlak yang harus dijalankan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peraturan akademis disini bersifat membelenggu dan menguasai, atau membuat manusia berada dalam kesadaran palsu. Oleh karena itu, penelitian ini nantinya akan berusaha memahami kesulitan Mahasiswa dan atau Dosen dalam membebaskan dirinya dari semua bentuk tatanan sosial yang menghambat kreativitasnya sebagai manusia. Tipe penelitian yang akan dipakai adalah tipe penelitian Kualitatif dengan menggunakan metode penelitian Studi Kasus. Studi Kasus adalah suatu metode yang digunakan untuk memetakan satu kasus yang sama yang terjadi pada berbagai tempat. Teknik pengumpulan data berasal dari pertama Dokumentasi, Kedua Rekaman Arsip, Ketiga observasi langsung, Keempat Observasi Partisipan, Kelima wawancara. Data yang nantinya akan dianalisis adalah data-data yang sudah terkumpul melalui pengumpulan data. Analisis yang dilakukan nantinya akan bersifat bebas, artinya bahwa analisis tidak hanya mengacu pada data primer saja, namun juga melalui data sekunder seperti artikel, kliping, foto, ataupun kutipan-kutipan dari buku, majalah, jurnal, surat kabar dan internet.

Actions (login required)

View Item