PEMAKNAAN KLK (KELAS LAYANAN KHUSUS) DI SDN PEGIRIAN I SURABAYA

ALVIAN CHASANAL MUBARROQ, 070517730 (2010) PEMAKNAAN KLK (KELAS LAYANAN KHUSUS) DI SDN PEGIRIAN I SURABAYA. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

[img]
Preview
Text (Abstrak)
gdlhub-gdl-s1-2010-mubarroqal-18521-abstrak-0.pdf

Download (711kB) | Preview
[img] Text (Fulltext)
gdlhub-gdl-s1-2010-mubarroqal-15240-fis.s.41-0.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
Official URL: http://lib.unair.ac.id

Abstract

Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara dan hal tersebut diatur di dalam UUD 1945 Pasal 31 yang menyatakan secara tegas bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Namun masih banyak anak yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak angka partisipasi sekolah (APS)—rasio penduduk yang bersekolah menurut kelompok usia sekolah---masih belum sesuai. Susenas 2003 menunjukkan bahwa APS untuk penduduk usia 7-12 tahun sudah mencapai 96,4 persen, namun APS penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 81,0 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat sekitar 19 persen anak usai 13-15 tahun yang tidak bersekolah baik karena belum/ tidak pernah sekolah maupun karena putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mengapa timbul fenomena pendidikan seperti ini? Nampaknya persoalan bukan terletak pada kualitas manusianya namun lebih pada kualitas dan sistem pendidikan di Indonesia. Karena itu diperlukan beberapa kebijakan penting yang harus diambil agar bisa menyelesaikan sederet permasalahan pendidikan yang dihadaapi oleh bangsa Indonesia tersebut. Salah satunya adalah KLK. Dengan adanya KLK kesempatan anak putus sekolah untuk kembali mengakses pendidikan menjadi lebih terbuka. Namun, walaupun sudah ada Kelas Layanan Khusus (KLK), belum tentu orang tua mereka akan mau kembali menyekolahkan anak mereka. Masalahnya adalah walaupun seluruh biaya pendidikan di kelas Layanan Khusus (KLK) ditanggung oleh pemerintah tetapi orang tua sulit untuk mendorong anak mereka kembali ke sekolah kerena saat anak sudah putus sekolah maka mereka cenderung akan turun ke jalanan atau mereka akan membantu orang tua untuk bekerja. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi sosial dengan perspektif interaksionisme simbolik. Pendekatan ini dipilih karena dinilai relevan dengan permasalahan yang hendak dijawab. Studi ini ingin memahami bagaimana program KLK dimaknai oleh orang tua yang tidak mampu dan anaknya telah putus sekolah. Penelitian ini menggunkan analisis dan metode dari Blumer sebagai salah satu tokoh interkasionisme simbolik. Hasil dari penelitian ini adalah Pembimbing program, kepala sekolah, guru, siswa maupun orang tua murid KLK berinteraksi bersama dalam sebuah struktur sosial yaitu sekolah KLK tersebut. Masyarakat tidak serta merta secara langsung akan menyekolahkan mereka jika pendidikan gratis sudah direalisasisikan tapi pendidikan gratis sebagai sebuah simbol akan dimaknai dulu oleh individu sebelum akhirnya individu tersebut bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dari istilah pendidikan gratis tersebut. Maka tindakan individu untuk menyekolahkan anak mereka tergantung dari pemaknaan KLK tersebut

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: KK KKB Fis S 41/10 Mub p
Uncontrolled Keywords: STUDENTS - ELEMENTARY SCHOOL
Subjects: H Social Sciences > HQ The family. Marriage. Woman > HQ1-2044 The Family. Marriage. Women > HQ503-1064 The family. Marriage. Home > HQ767.8-792.2 Children. Child development
L Education > LB Theory and practice of education > LB5-3640 Theory and practice of education > LB1101-1139 Child study
Divisions: 07. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi
Creators:
CreatorsNIM
ALVIAN CHASANAL MUBARROQ, 070517730UNSPECIFIED
Contributors:
ContributionNameNIDN / NIDK
Thesis advisorTuti Budi Rahayu, Dra, M.SiUNSPECIFIED
Depositing User: Nurma Harumiaty
Date Deposited: 02 Jul 1905 12:00
Last Modified: 31 Oct 2016 19:58
URI: http://repository.unair.ac.id/id/eprint/17089
Sosial Share:

Actions (login required)

View Item View Item