WIJAYA, KRISHNA T., NIM. 070216669 (2007) BANYU GIRI (Studi Deskriptif Mengenai Makna Dan Fungsi `Air Pada Masyarakat Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik). Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Preview	Text (ABSTRAK) ABSTRAK KKB KK-2 Fis. Ant 18_07 Wij b.pdf Download (493kB) | Preview
	Text (FULLTEXT) 17146.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Kepercayaan rakyat sebagai suatu bagian dari kebudayaan merupakan suatu objek kajian yang menarik untuk diulas. Kepercayaan rakyat yang dimaksudkan disini adalah kepercayaan atas keberadaan suatu air yang dianggap suci, sakral, mengandung barokah, berkaromah, ataupun dalam bahasa-bahasa lokal lainnya. Kepercayaan masyarakat Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik terhadap keberadaan banyu giri yang diyakini mengandung karomah Sunan sehingga dapat dikatakan sebagai air barokah yang dapat digunakan untuk membantu mereka untuk memecahkan permasalahan kehidupan, menciptakan sebuah keunikan dalam ragam budaya mereka. Banyu giri sebagai sebuah simbol yang bersifat sakral, dimiliki dan diakui oleh masyarakat Desa Giri, memberikan suatu pengertian makna dan fungsi tersendiri yang berbeda dengan air pada umumnya. Berdasarkan sedikit gambaran keunikan budaya diatas, maka pertanyaan penelitian yang kemudian muncul adalah "Bagaimanakah Masyarakat Desa Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik memberikan makna pada banyu giri sebagai sebuah simbol, yang berbeda dengan air pada umumnya? dan Fungsi apakah yang dapat diambil dari penggunaan banyu giri itu sendiri?" Penelitian ini sendiri dilakukan dengan menggunakan data dan informasi yang dikumpulkan secara kualitatif. Pengumpulan data selain dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada subyek penelitian serta proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, juga didukung oleh data sekunder yang didapatkan dari instansi pemerintah tempat penelitian dilakukan. Oleh karena penelitian ini membahas mengenai permasalahan makna banyu giri sebagai sebuah simbol, maka wawancara yang dilakukan ditujukan kepada subyek penelitian, dan lebih diarahkan lagi kepada masyarakat Desa Giri sebagai masyarakat yang paling dekat secara geografis dengan lokasi banyu girl itu sendiri. Membahas banyu giri sebagai suatu simbol, maka pembahasan tersebut didasarkan atas konsep tiga tingkatan simbol oleh Turner; (1) Tingkat Penafsiran Makna, dibagi menjadi (a) Makna yang terkandung dalam perilaku masyarakat yang memanfaatkan banyu giri, terdiri dari Makna religi, Makna Edukatif dan Makna Filosofis, (b) Makna yang terkandung dalam tata cara pemanfaatan banyu giri, terdiri dari: makna permohonan doa yang diucapkan, makna bacaan Basmallah, dan makna pengiriman bacaan Al-Fatihah kepada Tokoh-tokoh Islam, (c) Makna yang terkandung pada banyu giri dalam wujud materialnya. (2) Tingkat Posisional, dalam tingkatan ini banyu giri dikaitkan dengan simbol-simbol lain yang terikat dalam tata urutan pemanfaatannya, seperti pengucapan bacaan Basmallah, pengiriman surat Al-Fatihah, dan doa atau permohonan yang diucapkan. (3) Tingkat operasional, dalam tingkatan ini lebih diarahkan kepada Fungsi dari banyu giri. Fungsi ini meliputi Fungsi religi, yaitu terkait dengan keeksistensian konsep karomah. Fungsi Sosial berkaitan dengan etika dan pelaksanaan kegiatan silaturahmi, dan Fungsi Medis yang terkait dengan pengobatan.

Actions (login required)

View Item