Lisha Triwidiyati, 070116494 (2006) AFILIASI POLITIK ETNIS TIONGHOA MUSLIM SURABAYA DALAM PILKADA SURABAYA 2005. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
|
Text (ABSTRAK)
gdlhub-gdl-s1-2006-triwidiyat-1400-fisp04-t.pdf Download (314kB) | Preview |
|
|
Text (FULLTEXT)
17349.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Pilkada merupakan salah satu peristiwa politik yang pertama kali diselenggarakan dalam sistem politik Indonesia, didalamnya semua warga negara tanpa memandang batasan etnis, ras, suku ataupun agama berhak untuk ikut berpartisipasi melalui pemberian dukungan pada salah satu pasangan calon. Dukungan ini merupakan bentuk dari afiliasi politik seorang individu kepada calon yang dia percayai. Begitu juga dengan Tionghoa Muslim Surabaya yang bernaung dalam PITI berhak untuk menentukan afiliasi politik mereka. Dengan demikian PITI dapat dilihat dari dua sisi yakni sebagai lembaga dan individu. Kedua sisi PITI tersebut merupakan sesuatu yang unik dalam sistem masyarakat Indonesia, sebab Tionghoa Muslim berbeda dengan Tionghoa non muslim. Meskipun demikian mereka cenderung memiliki sikap politik wait and see atau dengan kata lain sikap politik yang mengambang. Sehingga perlu ada penjelasan terkait dengan bagaimana arah kecenderungan afiliasi politik mereka serta faktor-faktor apa saja yang mendasari tindakan mereka. Karena fokus kajian ini melihat PITI selain sebagai lembaga juga individu, maka secara metodologis kajian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif, dengan sumber data primernya adalah wawancara dengan informan yang telah ditentukan lebih dahulu. Sedangkan analisis datanya memakai analisis context dengan metode deskriptif. Sebagai intrumen untuk analisisnya digunakan kerangka teori voting behavior, yang didalamnya terdapat tiga pendekatan yakni pendekatan sosiologis, psiokologis dan pilihan rasional. Selain itu juga dipakai teori agen untuk menjelaskan posisi anggota PITI dalam Pilkada Surabaya 2005. Dari analisis temuan data afiliasi politik Tionghoa muslim Surabaya yang bernaung dalam PITI dalam Pilkada Surabaya 2005, dapat dibedakan menjadi dua, yakni PITI sebagai lembaga tidak berafiliasi dengan partai atau calon manapun karena sikap politik yang digariskan oleh AD/ ART organisasi adalah netral. Meskipun demikian dalam PITI pada akhirnya lahir faksi-faksi yang berkepentingan untuk mengarahkan afiliasi politik anggota yang lain, tetapi sepanjang itu tidak mengganggu kinerja organisasi tidak ada larangan secara resmi. Sedangkan PITI sebagai individu memiliki arah afiliasi politik yang cenderung untuk mengerucut pada salah satu pasangan kandidat, dalam hal ini adalah kandidat incumbent. Arah afiliasi politik ini didasari oleh beberapa faktor diantaranya yang paling besar pengaruhnya adalah pilihan rasional/ ekonomis dan individu sebagai agen, sedang faktor partai atau ideologis relatif kecil pengaruhnya.Dengan demikian dasar pertimbangan afiliasi politik etnis Tionghoa muslim lebih didasarkan pada kemampuan problem solving.
Actions (login required)
View Item |