TEGUH PRIYANTO, 070216638
(2007)
SCOOTERIST BANDUNG: Studi Etnografi Tentang Gaya Hidup Pada Komunitas "Scooter Owners Group" Bandung.
Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Abstract
Keberadaan komunitas penggemar scooter pada SOG (Scooter Owners Group) merupakan suatu bentuk fenomena sosial yang menarik dengan gaya hidup khas yang menyertainya. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya yaitu, bagaimanakah gaya hidup scooterist yang terdapat dalam komunitas SOG (Scooter Owners Group) Cabang Bandung Raya dan gaya hidup apakah yang dapat diungkap.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan suatu studi etnografi yang mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan apa adanya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam mengumpulkan data dilakukan pengamatan terlibat pada komunitas SOG Bandung, wawancara mendalam (indepth interview) dan juga referensi lain yang relevan. Dalam analisa data dilakukan pengkategorian dan pemilahan data. Dari pengkategorian tersebut kemudian diinterpretasikan untuk membentuk suatu pola yang runtut dan holistik, sehingga dapat diperoleh hasil mengenai bagaimana scooterist menyikapi scooter yang kemudian melatarbelakangi berbagai modifikasi scooter serta munculnya gaya hidup yang khas scooterist.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa; kuatnya jaringan scooterist, sebagi contoh ialah seringnya scooterist mendapatkan diskon barang diantara scooterist bahkan hingga yang ada di luar negeri. Peran keluarga pun tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan para scooterist, yaitu scooterist yang belum menikah/berkeluarga akan lebih bebas mengaktualisasikan dirinya sebagai scooterist, demikian sebaliknya dengan scooterist yang sudah bekeluarga. Untuk menjaga eksistensinya, SOG Bandung rutin mengadakan nongkrong bareng, rolling thunder (konvoi) setiap Sabtu malam, touring, mengadakan acara kumpul antar komunitas, dan lainnya. SOG selalu memakai cara damai dan kekeluargaan dalam penyelesaian pertikaian terhadap gengster sepeda motor, namun cara kasar dengan mengadakan perang terhadap gengster pun dilakukan saat jalan damai tidak bisa dicapai.
Scooterist cenderung menganggap scooter sebagai suatu benda yang dipuja-puja dalam kehidupannya dan memberikan hal terbaik bagi scooter-nya. Hal tersebut diantaranya dengan memodifikasi scooter mulai dari aksesoris hingga seluruh rangkaian scooter yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan dana yang tidak sedikit. Sebagian scooterist lebih mementingkan gaya, yaitu dengan mengganti substansi fungsi sebuah scooter sebagai kendaraan, dengan menganggap gaya lebih penting daripada fungsi, sehingga yang menjadi "fungsi" itu sendiri adalah gaya, namun ada juga yang tetap menganggap fungsi dalam arti substansi lebih penting daripada gaya, scooterist tersebut menganggap suatu fungsi yang sifatnya substantif harus tetap dijaga. Kini kelas sosial dan golongan usia para scooterist SOG terdiri dari berbagai berbagai kelas sosial dan usia, para scooterist yang memiliki status sosial tinggi berbaur tanpa batas kelas sosial dan usia saat berada dalam lingkungan SOG. Demikian juga dengan gaya bicara antar scooterist di SOG, dimana kata-kata kasar/umpatan menjadi suatu kata pengakrab sesama scooterist, sehingga SOG sebagai komunitas para scooterist pun telah menjadi komunitas semua kelas sosial dan golongan.
Actions (login required)
 |
View Item |
